Begitu terdengar suara motor, gue langsung membuka pintu pagar. Dengan menarik napas panjang gue keluar lalu menutupnya rapat.
"Hai." Dapat gue lihat sekilas ia duduk di jok motor dengan senyuman lebar.
"Julid amat neng, belum juga gue gedor, lu udah keluar. Nungguin ya?" Gue menutup mata jengah. Bisa nggak sih jangan mancing-mancing emosi? Udah berbaik hati gue keluar rumah secara baik-baik gini, nggak minta digedor dulu. Masih juga bacot.
"Je sama Orka mana?" Jelaslah gue tanya mereka. Cowok itu tadi malam bilang kalau dua sejoli itu ikutan. Malah katanya mereka yang maksa biar gue ikutan. Lalu mana batang hidungnya?
"Udah disana. Yuk."
"Lu agak mencurigakan." Gue memandang penuh padanya, mencari kebohongan. Dia hanya mengacungkan jari tengah dan telunjuk dengan senyum narsisnya. Berhenti tersenyum! Ingin gue teriak begitu padanya.
"Masih pagi. Jangan emosi dulu atuh."
"Cepetan!"
"Iya-iya."
Motor melaju pelan. Lalu kencang. Lalu pelan lagi, membuat gue terhuyung-huyung dibelakang. Kalau kayak gini namanya ngajak perang dunia.
"Lu bisa bawa motor biasa aja nggak?!" Gue berteriak di telinganya biar saja budeg. Siapa suruh tarik ulur perasaan gue, maksudnya tarik ulur emosi. "Kalau nggak biar gue yang bawa."
"Emang lu bisa?"
Meremehkan sekali. Gini-gini gue bisa bawa motor gede. Cuman nggak boleh aja sama ortu. Biasalah, kecemasan tingkat tinggi orang tua emang gitu.
"Bisalah. Berhenti cepet. Biar gue bawa."
Motor berhenti di bahu jalan. Dengan cepat kami bertukar posisi. Lihat nih gimana seharusnya bawa motor gede.
Baru aja motor mulai berjalan kembali. Sesuatu tiba-tiba saja melingkar di perut gue. Gue yang tadinya mau ngebut terpaksa membatalkannya.
"Eh tangan lu ngapa disitu. Lepas!" Gue berteriak di depan mukanya. Laki-laki ini meletakkan kepalanya di bahu gue! Kurang asem!
"Gue 'kan pegangan. Emangnya elu, nggak mau pegangan." Oh jadi ini alasan lu bawa motor kek orang belajar hah? Sabar Miki. Sabar.
"Jangan dipinggang gue juga. Gue sesak." Jantung gue bekerja ekstra.
"Kalau gitu, gue aja yang bawa lu yang pegangan. Gue gapapa kok lu peluk." Apa katanya tadi? Gapapa kok di peluk? Emang laki-laki nggak punya otak!
Gue ngak mau! Daripada gue yang meluk dia, lebih baik gini. "Brisik!"
Gue melajukan motor dengan kecepatan diatas rata-rata membelah jalanan yang masih lengang. Berusaha mengabaikan detak jantung yang bertalu-talu tak mau tenang.
Cepatlah sampai.
♥️♥️♥️
Cobaan apa ini Tuhan? Emang boleh sesulit ini menghindar? Tandanya apa? Menyerah atau berjuang?
-
Mission failed.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Aturan Ketika Jatuh Cinta ala Mikita (Tamat)
Teen FictionApa jadinya ketika kamu ingin hijrah, melupakan cinta monyetmu, tapi tiba-tiba crush ngasih kode ngukapin rasa. Ditolak apa diterima? Ini hanyalah kumpulan strategi seorang gadis yang berupaya agar tidak jatuh cinta terlalu dalam hingga membuatnya t...