Di perjalanan keluar dari kantin, Kai melihat Aish dan sasa yang ternyata memilih meja yang berbeda dari biasanya. Mungkin karena menghindarinya dan teman-temannya juga ia tak tau. Lama Kai berdiri pada posisinya saat ini, memperhatikan Aish di ujung sana. Kenapa dengan perasaanya ini? Ada rasa untuk selalu melindungi wanita yang sedang di perhatikannya saat ini.
Di sisi lain, Aish yang tak sadar ada yang memperhatikannya sedari tadi hanya fokus dengan makanannya dan sesekali mengobrol dengan Sasa di hadapanya.
"Ai, sebenarnya Kai tadi kenapa sih?" Sasa sang biang kepo itu bertanya, meski sebenarnya ia juga tau jika pertengkaran pak Bambang dan Kai itu sudah biasa. Hanya saja, khusus yang tadi itu seperti ada yang berbeda saja dari mereka berdua.
"Ya mana aku tau lah, aku juga gak tau apa-apa masalah tadi. Udah lah jangan di bahas lagi. Aku mau cuci tangan bentar ya." Saat Aish baru ingin beranjak dari duduknya, seperti ada yang berteriak. Kejadian itu sangat cepat, Kai yang dengan cepat memeluk Aish dari belakang, karena Aish hampir saja ketumpahan kuah bakso panas jika tidak Kai selamatkan.
"Maaf kak maaf gak sengaja," Ucap anak itu terlihat takut berurusan dengan ank-anak hits di sekolah.
"Ai, gapapa?" Tanya Sasa yang tak kalah syok melihat kejadian itu. Bagaimana tidak, kejadiannya begitu cepat, dan tepat ada di depan matanya.
Kai melepas pelukannya pada Aish, dan sekarang Aish sudah berbalik menghadapnya. "Makasih Kai." Ucapannya singkat yang dibalas dengan senyuman paling manis yang Kai miliki.
"Your welcome sayang," Balas Kai dengan seringai menggodanya itu. Seakan ia lupa jika mereka sedang jadi pusat perhatian sekarang. Bahkan anak yang menumpahkan baksonya tadi masih berdiri ketakutan di sana.
"Hello, Ai, Kai, masih di sini kan? Gila' di tanyain malah di cuekin. Liat tuh anak orang masih takut gitu." Sasa membuat mereka berdua tersadar, jika perhatian orang-orang di kantin adalah pada mereka berdua.
Lalu pandangan Aish beralih pada anak yang menumpahkan baksonya tadi, "Gak apa kok, gak usah takut gitu. Udah sana, lain kali hati-hati ya." Ucap Aish pada anak itu yang diikuti anggukan kecil olehnya dan langung pergi.
Tatapan Aish kembali pada Kai, namun kali ini fokusnya adalah pada tangan Kai yang sudah memerah mungkin karena terkena kuah bakso yang panas tadi. "Kai tangan kamu?" Ucapnya setelah melihat itu.
Kai yang juga baru sadar pun melihat tangannya yang memerah, "Oh ini, gak masalah lah, cuman gini doang kan. Jagoan masak sakit, bentaran juga sembuh."
"Udah sini ke uks, aku obatin tangan kamu." Aish menarik tangan Kai "Mmm, Sa aku duluan ya, mau obatin tangan Kai di uks dulu." Begitulah pamitnya pada Sasa yang hanya dibalas dengan senyum menggoda di sana.
"Kai, kenapa kamu bisa ada di sana dan nolongin aku?" Di sela perjalananya menuju uks, Aish bertanya kenapa Kai bisa ada di sana. Karena setahunya, Kai makan di tempat yang berbeda dan bersama teman-temannya.
"Aku kan udah bilang kalo aku akan selalu neglindungin kamu." Jelas bukan ini jawaban yang Aish mau. Hanya saja ia tak berniat melanjutkan pertanyaannya, karena ia tau Kai pasti akan menjawab berbeda dari apa yang di tanyakannya.
Tak menunggu waktu lama untuk sampai di uks, "Tunggu di sini, aku mau ambilin air dingin untuk kompres tangan kamu." Aish meninggalkan Kai untuk mencari bahan-bahan yang dibutukan. Heran juga ia kenapa uks bisa kosong seperti ini. Mana juga anak pmr yang jaga, jika ada kan dia bisa minta tolong mereka dan bisa meninggalkan Kai disini.
Jika seperti ini kondisinya, terpaksa ia sendiri yang harus mengobati tangan Kai. Entah kenapa, akhir-akhir ini ia mulai tak nayaman jika hanya berdua saja dengan Kai seperti ini. Karena sifat Kai juga yang memancingnya untuk menjauh.
Semuanya kan sudah tau jika ia tak mau pacaran, tapi Kai menghancurkan segalanya. Apa tidak bisa antara cewek dan cowok itu hanya bersahabat saja? Lagian harus berapa kali juga ia harus bilang jika Kai bukanlah tipe pria idamannya.
Nampaknya saja dia cool kalau dari luar, tapi sebenarnya Kai itu tak lebih dari sekedar cowok pembuat rusuh. Lagian juga, lebel sahabat untuk Kai rasanya sudah sangat pas untuk saat ini.
"Lot, lama banget sih tinggal ambil air dingin aja." Panggilan Kai membuyarkan lamunan Aish. Sudah kumat juga menyebalkannya jika Kai sudah memanggilnya dengan panggilan bolot seperti itu.
"Iya-iya bentar," Aish mempercepat gerakannya. "Mana sini tangan kamu." Tak ada lembut-lembutnya sama sekali Aish memperlakukan Kai. Sedangkan Kai makin asik mengerjainya sekarang.
"Lot, dimana-mana kalo ngobatin orang itu pake senyum. Terus lemah lembut, kalo dokternya kaya gitu, yang ada pasiennya kabur atau gak malah mati tau gak sih jantungan gara-gara di bentak." Kai menarik tangan Aish, membawa pandangan Gadis itu mengikuti pergerakannya.
Lama Aish baru tersadar, lalu menarik kembali tangannya. "Ish, apaan sih Kai. Diem deh kalo mau di obatin, lagian gak ada cita-citaku buat jadi dokter juga." Aish tetap mengobati tangan Kai dengan kasar.
Setelah selesai dengan adegan obat-mengobati, Aish lansung meninggalkan Kai tanpa pamit untuk menuju kelas. Karena bel masuk juga sudah bunyi dari tadi. Lagian entah kenapa, Aish mudah sekali emosi dengan tingkah Kai. Meski sebenarnya ia juga perduli.
"Lot, bolot. Aku tau kamu itu perduli sama aku, tapi kenapa kamu berusaha cuek kaya gitu?" Kai berkata dengan dirinya sendiri sambil menuju loker untuk mengabil baju ganti. Aktifiats yang tadi sempat tertunda karena adegan kecil itu.
...
Bel pulang sekolah sudah terdengar se antero sekolah sejak 10 menit yang lalu. Sekarang, tim basket Kai sedang bersiap-siap untuk main. Mereka sudah kumpul dan sudah siap menuju tempat untuk ganti baju.
"Kai, lo beneran gak iku main hari ini?" Begitulah Tanya Bayu memastikan sekali lagi jika temannya itu benar-benar mengorbankan jadwal basketnya demi urususan yang katanya penting itu.
"Iya, santai lah. Hari ini kalian main tanpa gue, bisa kan? Katanya pada jago, masak gue break sekali aja udah pada heboh gini sih."
"Bukanya pada heboh Kai, cuman urusan lo itu sepenting apa sih sampe gak latihan gini? Biasanya juga apapun itu gak bisa ngalangin lo buat main. Ya hari ini beda aja gitu, kita kan jadi heran. Iya gak guys?" Tanya Erwin meminta dukungan karena tak terima dengan pernyataan Kai tadi.
"Yoi." Ucap mereka semua singkat. Tentunya mereka setuju dengan apa yang Erwin Katakan. Mereka sudah saling mengetahui karakter satu sama lain, mereka sudah bersama cukup lama, jadi tidak mungkin kiranya urusan Kai ini urusan yang biasa saja.
Jika urusan itu darurat, mereka juga tak begitu yakin karena setau mereka Kai sejauh ini terlihat baik-baik saja. Toh tak ada hal lain juga, akhir-akhir ini kan kesibukanya sama, yaitu kesibukanya di osis dan itupun pekerjaan bersama. Mana mungkin Kai memusingkan hal itu sendiri. Apalagi jika disitu ada Aish sang pemecah masalah. Kecuali masalahnya memang dengan oknum itu langsung.
"Masalah gue itu tentang__"
...
Holla
Follow Ig author dong.
@nurhidayah202Jum'at, 20 November 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria As-Syams(END)✅
Jugendliteratur*Cerita masih lengkap* tak ada alasan lain selain dia, pria As-Syams yang mampu membuat hati seorang Azura Rumaisha tak karuan. seseorang yang mampu membawa perubahan dalam dirinya. tapi kini pria As-Syams hanyalah masa lalu, yang tanpa sempat tau s...