40. ternyata dia Pria Asy-Syams

47 5 1
                                    

Aish hanya diam memperhatikan Kavi tengah sibuk berfoto ria dengan semua teman-temannya yang hadir. Entah teman sesama yang berwisuda hari ini, atau teman yang hanya hadir saja karena mereka belum wisuda bersamaan pada hari ini.

Sesungguhnya, Aish tengah menunggu satu momen untuk menanyakan hal yang sangat penting. Rasanya, ia memang harus mengetahui jawaban itu sekarang. Seperti petunjuk-petunjuknya sudah semakin jelas berada di depan mata.

"Dek, sini foto bareng kita-kita." Salah satu teman Kavi mungkin itu memanggil Aish untuk bergabung foto bersama mereka.

Kavi juga terlihat mengangguk sambil tersenyum. Sepeti isyarat untuk Aish agar segera bergabung. "Jangan sungkan ya? Ini semua teman-teman saya. Mereka semua anak-anak baik kok walaupun kadang suka usil." Begitu ucapnya ketika Aish sudah menghampiri mereka. itu juga setelah di desak oleh kedua orangtua Kavi baru akhirnya Aish mau.

Aish hanya tersenyum menanggapi itu. banyak sekali foto yang mereka ambil bersama-sama. Namun, setelah beberapa foto mendadak teman-teman Kavi malah menyingkir dari lapangan tempat mereka berfoto. Menyisakan Aish dan Kavi saja yang masih ada di sana.

"Loh ini ngapain? Udah selesai foto-fotonya?" Aish juga ingin pergi, namun diteriaki oleh yang lain membuatnya langsung menghentikan langkahnya.

"Eh jangan dulu, buru-buru kemana sih? Kalian harus foto berdua dulu sana di tengah."

Salah satu teman Kavi mengambil komando, untuk membuat sesi foto khusus antara Kavi dan Aish. Keduanya tampak malu-malu namun mengikuti saja semua intruksi yang dberikan.

Maka jadilah, ada beberapa foto yang berhasil di dapatkan. Meskipun semua ekspresi dan gaya itu tuntunan semua dari anak-anak yang di luar.

...

Semua acara selesai. Sesi foto bahkan Aish juga sempat ikut makan dengan keluarga Kavi. Bahkan sekarang Kavi juga mengantar Aish pulang karena tadi Aish memang tidak membawa kendaraanya sendiri.

"Makasih ya Ai udah mau datang. Maaf kalau ngerepotin tadi sama teman-teman saya juga."

Aish sudah membuka pintu kos-kosannya namun ia belum masuk. Karena Kavi masih ada di depan bersamanya. "Gak pa-pa mas Kavi. Harusnya Aish juga yang minta maf. Udah di undang tapi segala ngerepotin di kasih baju segala gini." Aish baru sadar memang, jika baju yang digunakakanya ini adalah baju couple dengan keluarga Kavi. Rasanya benar-benar malu. Dia hadir sudah seperti pacarnya Kavi di sana.

Kavi tersenyum. Masih belum bisa ia lupakan bahwa hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan baginya. Mungkin, hari ini akan selalu ia ingat sebagai hari paling bahagia baginya.

"Mas Kavi, boleh Aish tanya sesuatu?"

Kavi mengangguk. "Tentu dong. Tanya aja apa yang mau kamu tanya. Emang mau nanyain apa?"

"mmm...." Aish sedikit ragu untuk menanyakanya.

"Kenapa?"

"Itu, dulu mas Kavi pernah mondok?"

Kavi mengangguk. "Iya, darimana kamu tau?"

"Waktu SMP ya?"

Kavi kembali mengangguk atas pertanyaan itu.

"Pernah ikut majlisnya bapak-bapak yang datang ke masjid-masjid, terus pernah jadi imam dan baca surah Asy-Syams?" Aish tak bisa menahan untuk tidak menanyakan semua itu. jika pertanyaan inipun Kavi masih menjawabnya dengan jawaban iya, maka memang Kavi lah selama ini orang yang berusaha ia cari.

"Majlis itu pernah ikut. Cuman kalo jadi imam..."

Aish harap-harap cemas menunggu jawaban yang terakhir. "Pernah juga?"

"Jadi imam sering lah dulu. Untuk surah Asy-Sayms juga sering banget saya baca emang waktu sholat. Soalnya, itu surah panjang pertama yang saya hafal. Jadi sebagai bentuk apresiasi untuk diri sendiri, surah itu pasti di baca setiap sholat."

Aish terduduk di pinggiran teras rumahya. Kakinya mendadak lemas. Dulu rasanya susah sekali dan seperti mustahil mencari sosok pria Asy-Syams yang bahkan tidak dikenalnya. Namun ternyata tuhan punya caranya sendiri untuk mempertemukan mereka dengan cara sederhana. Bahkan Aish tidak pernah menyangka akan dipertemukan dengan cara yang seperti ini.

"Aish Hei, kamu gak pa-pa? kenapa sih kamu nanya kaya gitu?"

"Emm, enggak. Tadi waktu mas Kavi ngaji suaranya bagus. Persis seperti suara yang selama ini Aish rindukan."

"Maksudnya?"

"Mungkin, kalo Aish gak salah, kita dulu pernah bertemu. Udah lama sih, lama banget malah. Tapi emang gak pernah saling kenal, makanya nyari orang dibalik suara itu tu kayak susah banget."

"Saya masih belum paham apa maksudnya."

Aish lantas menjelaskan semuanya pada Kavi. Bagaimana dulu dia yang sangat menyukai suara dan orang di balik suara itu. namun sayangnya waktu itu hanya sebentar dan Aish juga tidak sempat tau namanya alih-alih berkenalan.

Lama dirinya coba mencari darimana asal orang-orang itu tapi tak juga ketemua. Hingga akhirnya Aish memutuskan masuk pondok pun juga tidak berhasil bertema dengan orang itu. jangankan bertemu dengan orangnya, bahkan petunjuknya saja tidak.

Namun Allah punya kuasa. Disaat Aish sudah melonggarkan semuanya dan tidak lagi mencari seperti dulu. Kesempatan itu malah datang dengan sendiri. Takdir Allah memang begitu indah.

"Saya ingat momen itu. walaupun saya gak ingat kamu yang mana. Rasanya, dulu kamu juga masih terlalu kecil ya?"

Aish tersenyum malu. Dengan menceritakan semuanya itu artinya juga ia sudah membuka aibnya sendiri. "Iya. Aish juga heran kenapa anak sekecil itu bisa-bisanya punya niat yang gigih banget sampe sekarang. Ternyata Allah benar-benar mengabulkan dan mempertemukan Aish dengan orang itu."

"Besok saya pulang." Ucapan Kavi membuat Aish dan Kavi sama-sama terdiam.

Beberapa saat setelah itu Aish baru bersuara. "Hati-hati ya." Ucapnya singkat. Baru saja bertemu ternyata Allah tidak menyediakan waktu yang lama. Namun meskipun begitu, Aish sedikitnya lega karena rasa penasaranya sudah dapat terobati. Semuanya sudah terbongkar tentang siapa laki-laki yang selama ini dicarinya. Firasatnya ternyata tidak salah.

Setelah mereka bercerita panjang lebar, Kavi akhirnya pulang. Orangtuanya juga pasti sudah menunggu di rumah. Lagipula besok mereka akan pulang. Masih ada sesuatu yang mereka cari sebelum pulang ke rumah.

"Tunggu saya datang lagi ya Ai. Saya akan datang lagi ke kamu dengan niat baik yang saya bawa." Kavi berkata seperti itu dalam hatinya. Tidak terucap, ia hanya berjanji pada dirinya sendiri untuk datang lagi nanti pada waktu yang tepat.

Aish masuk dan segera mengganti pakaianya. Senyumnya terus mengembang. Ingin sekali ia menceritakan ini pada Kai. Namun berkali-kali di hubungi, Ponselnya seperti tidak aktif.

Ahirnya Aish memutuskan untuk mengirim pesan singkat pada Sasa. Bukan Sasa sahabatnya semasa kuliah, melainkan Sasa sahabatnya waktu SMA dulu.

"Sa, aku udah ketemu sama dia. Kamu tau siapa? Aku udah ketemu sama Pria Asy-Syams yang dari dulu aku cari dan aku ceritakan sama kamu itu. kamu tau gak? Aku seneng banget akhirnya bisa ketemu dia. Kini rasa penasaran aku terobati sudah. Bahkan aku udah cerita juga sama dia tentang ini. Pokoknya, nanti aku bakalan cerita semuanya ke kamu kalo aku pulang. Tungguin ya, bentar lagi libur semester dan aku akan langsung pulang."

...

4 Desember 2021
Jangan lupa tinggalin jejak setelah baca

Pria As-Syams(END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang