Kaisar Adalson

56 8 0
                                    

Hari ini memang hari minggu, sebenarnya cocok sekali waktunya untuk istirahat. Apalagi sebulan ini memang aku disibukan mengurus anak-anak baru itu. Tapi rasanya hari ini tak bisa ditunda lagi, aku ingin sekali mengajak Aish ngetrip ke gunung. Pokoknya pengen aja lah, toh ada juga gunung yang deket-deket sini aja. Gak usah yang jauh-jauh amat. Aku tau Aish pasti bakalan marah sama aku karena aku datang sepagi ini, dia juga pasti lagi istirahat. Tapi biarin lah, toh kapan juga aku tak membuatnya kesal.

Sampe depan rumahnya, aku udah bisa ngeliat bibi yang baru aja buka pintu. Kayaknya sih mau pergi ke pasar. Sebelum bibi nanya ke aku, aku udah lebih dulu Tanya ke bibi. "Mauk kemana bi? Ke pasar yah? Aish nya ada kan?" hadeuh, dasar aku emang. Aku yang nanya tapi aku juga yang jawab sendiri. Tapi emang iya sih, toh aku nanya juga cuman basa-basi kan. Karena yang sebenarnya aku udah tau jawabannya.

"Kebiasaan mas Kai kalo nanya di jawab sendiri. Lagian udah tau juga bibi mau ke pasar. Emang kenapa nanya-nanya? Mau nemenin? Lagian mas Kai kenapa datang pagi-pagi begini?" Bi inah yang memang sudah akrab dengan Kaisar itu pun dapat berbicara dengan santai. Lagian mereka juga sebenarnya sudah dekat dan sudah sering bercanda seperti ini.

"Yah bibi kaya baru kenal aku aja. Itu namanya basa-basi bi. Aku kesini cari Aish, pasti dia belum bangun ya? Iyalah mana mungkin dia bangun sepagi ini. Lagian ini kan hari minggu." Kai malah nyerocos dengan si bibi padahal ia sudah tau bibi buru-buru, tapi masih saja diajak cerita seperti itu.

"Kamu ini, sudah tau bibi sedang buru-buru. Kalo kamu mau cari non Aish, masuk saja ke dalam. Belum pikun kan sama rumah ini? Toh kamu juga sudah menjelajah di sini. Eits tunggu dulu, tapi jangan sampe macem-macem kamu." Setelah mengatakan itu bi Inah lantas bergegas pergi. Ia takut telat, apalagi ini hari minggu, pasar pasti sangat ramai di hari libur seperti ini.

Berhubung Aish juga dari tadi tak bisa ku hubungi. Ralat, bukan tak bisa di hubungi. Tapi lebih tepatnya ia pasti masih molor makanya tak menerima semua panggilan telepon ku. Sudah pasti handphone nya ini di silent.

Lagi dan lagi, baru selangkah kakiku masuk ke dalam rumah, orang yang kucari sudah ada di hadapanku saat ini. "Eh bolot, udah disini? Tau aja sih aku mau jemput kamu sekarang." Tentu saja Kai langsung menyapa manis wanita di hadapanya itu.

"Lah Kai, kamu disini? Ngapain pagi-pagi gini udah disini? Tumben banget, hari minggu lagi ini. Biasanya juga balas dendam tidur kan abis kegiatan kaya gini." Aish berkata seperti itu tentu saja bukan tanpa alasan. Bahkan itu dengan alasan yang kuat. Karena dia juga sudah mengerti sekali bagaimana kebiasaan Kai. Tentu saja itu karena kami sudah saling kenal tak hanya sehari dua hari. Tapi sudah dalam hitungan tahun.

"Iya, aku pengen aja kamu naik gunung. Itu loh yang lagi viral banyak di omongin sama anak-anak. Gak tinggi kok, tapi pemandanganya bagus banget. Lagian liat terbitnya matahari dari sana pasti keren banget tau." Aku mulai melancarkan niatku untuk mempengaruhi Aish. Yah meskipun dia gak mau, bakalan aku pastikan kalo kita tetap berangkat. Tau sendiri kelakuan maksaku itu gimana. Pasti bisa manjur lah, kalo hanya buat narik Aish doang mah bukan masalah besar itu.

"Duh demen banget sih Kai dadakan. Lagian bilang kek dari kemarin biar aku juga ada persiapan. Kalo ini apaan, gak ah males. Minggu depan aja." Pertamanya Aish nolak untuk pergi. Walaupun aku tau banget dia pasti juga pengen, secara dia paling suka yang namanya sunrice ataupuan sunset. Cuman salah satu pertimbanganya pasti karena penampilanya itu gak siap kalo sekarang.

"Udah ayo, kamu tetep cantik kok kaya gini. Lagian udah pas banget ini dandanan kamu. Udah pake sepatu juga." Tanpa menunggu persetujuan kedua kali dari Aish, Kai sudah lebih dulu menariknya menaiki motor antiknya itu.

"Astaga Kai, kapan sih kamu gak nekat kaya gini? Untung aja aku orangnya sabar."

"Udah naik aja cepetan, keburu kesiangan nanti sia-sia kita kesana." Setelah aku mengucapka itu Aish langsung naik tanpa kata-kata lagi. Dia memang tipe yang malas berdebat terlalu panjang.

Tak menunggu waktu lama juga, aku segera melajukan motor antik ku itu menuju tempat yang sedari tadi kami bahas. Pernah nonton film dilan? Nah kira-kira begitulah adegan kami berdua di atas motor. Motorku juga persis banget sama motor Dilan yang sering dipakainya membonceng milea itu, atau juga motor yang sering dipakainya tawuran. Hanya saja bedanya, tak ada adegan romatis di atasnaya. Selain hanya bising suara motor yang memecah keheningan kami berdua pagi itu.

Sekitar setengah perjalanan, akhirnya Aish membuka suara. "Kai, apa kamu tidak melihat hari sudah mulai terang? Walaupun menurutmu ini awal, tapi tetap saja ini sudah kesiangan. Kan aku juga udah bilang lain kali aja, dan jangan lupa juga dengan persiapan. Kalo dengan persiapan, pastinnya kan lebih enak."

Benar juga kata si bolot, ini udah terlalu terang. Matahari pasti juga sudah keluar dari persembunyiannya. Kalo kita tetap kesana, yang ada hanya hanya capek dan tak mendapatkan apa yang kita cari. "Hmm, bener juga kata kamu lot. Jadi gimana? Udah terlanjur di luar juga ini kita. Kemana kek gitu lah walaupun gak jadi kesana." Lantas aku menanyakan opsi lain jika kita tak jadi kesana. Kan mana mungkin kita pulang gitu aja, dengan aku yang udah bela-belain bangun di hari libur begini.

"Ya mau gimana lagi. Oiya, mumpung deket sini juga kan, ke gor aja lah kita olahraga. Tadinya niat aku juga kan mau olahraga." Aish lantas mengajakku keg or, setelah dipikir daripada pulang nganggur gajadi cari pemandangan yang indah.

...

"Lot, mau nambah gak ini gado-gadonya?" Iya, akhirnya tadi setelah pertimbangan, kita tak jadi pergi cari pemandangan indah. Jadinya, kita hanya ke gor, itupun cuman numpang makan, tak ada sama sekali olahraga.

"Gak lah, lagian perut ku juga kecil ini. Aku gak pernah banyak makan kayak kamu." Bolot memang taka da salahnya. Semua itu benar, makanan apa saja rasanya enak terus di lidahku ini. Tak pernah makan sedikit, rasanya kalo belum nambah itu belum afdol gitu.

Disela aku lagi asik makan, si bolot kan udah selesai. Terus dia mau jalan-jalan katanya. Yaudah aku biarin aja, toh bagus lah dia gak nambah. Jadi gak abis banyak juga uang di saku ku ini. Tapi masih bisa ku lihat, apa yang dia lakukan saat ini. Dia berbicara dengan orang, yang sepertinya masih ku ingat dengan jelas wajahnya itu. Disana mereka saling tegur sapa seperti sudah sangat akrab.

"Kak Aish kan?" ucap laki-laki itu menyapa Aish di ujung sana.

"Eh, Fathur? Ngapai disini? Sendirian aja?" Berondong pertanyaan Aish itu menandakan jika mereka memang sepertinya sudah akrab.

"Olahraga lah kak, namanya juga di gor. Iya nih kak, seperti yang kakak liat sekarang aku sendirian aja. Aku udah biasa sih olahraga sendiri di sini. Kakak sendiri gimana? Olahraga juga? Sama siapa kakak disini?" Tak kalah dengan Aish, Fathur juga memberondongi pertanyaan yang begitu banyak.

"Enggak, kamu salah kalo ngira kaya gitu. Aku disini cuman numpang makan aja, noh liatin Kai lagi makan di warung sana. Aku kesini sama dia." Aish menunjukku yang kebetulan juga sedang menoleh ke arah mereka berdua di sana.

"Oh, heee.. gpp lagian kak. Kakak sering selalu sama kak Kai ya. Kalian berdua itu cocok banget tau." Fathur berkata seperti itu yang membuat aku tesenyum penuh arti. Kukira dia suka sama bolot, tapi ternyata tidak.

"Ya gak lah, ada-ada aja kamu kalo ngomong. Kita emang selalu bareng, tapi karena kita temen aja. Gak lebih lah, lagian aku itu punya kriteria cowok idaman, yang pasti bukan kayak pak lebay Kai itu. Gak banget deh sama dia. Orang aku tuh berasa kayak ujian terus setiap saat kalo sama dia.

Namun tak lain, ucapan Fathur memang menyenangkan. Tapi ucapan bolot yang seperti itu, ah rasanya ingin ku ketekin dia sekarang juga. Bisa-bisanya dia ngomong kaya gitu. Seharusnya dia beruntung bisa dekat dengan aku, lagian banyak kali yang pengen ada di posisi dia. Yang ngefans sama aku itu kan banyak.

...

@ Nurhidayah202

follow ig author.👆

.
Vote and coment gak akan ngabisin waktu kalian kok.

selasa, 27 oktober 2020

Pria As-Syams(END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang