KUMPULAN COGAN

48 9 0
                                    

Pagi-pagi begini, Sasa sudah ngegibah sana-sini. Susah memang jika berteman dengan orang yang aktif, tak pernah ketinggalan informasi sedikitpun. Sekolah mereka ini terkenal memiliki anak-anak OSIS yang super kece, dan itu sudah terkenal se-antero sekolah lain juga. Makanya tak jarang banyak yang masuk sekolah ini salah satu alasannya adalah ingin jadi anggota OSIS. Yah, biar ketularan hits nya gitu. Pasalnya mereka tak hanya hits di kalangan sekolah sendiri saja, tapi di sekolah tetangga juga. Anggapannya itu, untuk bisa adi anggota OSIS sekolah ini harus memiliki wajah yang bisa di banggakan kalau tak mau di hujat netizen.

"Sa, kamu ngapain sih sibuk dari tadi kayaknya? Sampe ngelewatin pelajaran Fisika gitu aja." Aish yang merasa aneh dengan sahabatnya itu lantas bertanya. Tumben sekali wanita ini melewatkan pelajaran yang sangat rumit, karena tentunya ia tak mau mengorbankan nilainya yang super bagus itu. Jika tidak sesuatu yang mendesak, hal seperti ini tak mungkin di lakukanya.

"Ini loh, aku lagi fokus ngurus data calon-calon anggota OSIS baru. Kamu tau sesuatu gak sih? Ini calonnya kece-kece semua tau. Menurut gosip yang beredar, ini ketua yang bakalan menang itu, si Fathur. Gilak si dia, anak baru tapi pamornya tinggi banget. Emang ganteng juga sih ya.. 11/12 lah sama Kai." Sasa bisa-bisanya senyum-senyum sendiri melihat itu.

Sedangkan Aish? Ia hanya membulatkan matanya kasar di sana. Bagaimana mungkin hanya karena hal seperti ini, ia melewatkan pelajaran begitu saja. Jika bukan Sasa orangnya, maka tak ada yang seperti ini.

"Kamu harus liat ini Ai, ini ganteng banget tau. Itu loh, anak yang kita libatkan dalam drama waktu itu. Keren sih dia, udah ganteng, bertalenta banget lagi." Sasa berusaha menunjukan foto calon ketua OSIS itu pada Aish.

"Aku tau, bahkan beberapa kali udah sempat ngobrol sama dia." Jawaban itu tentu saja mampu membuat Sasa membulatkan mulutnya kaget.

"Jangan asal Ai. Gimana bisa kamu pernah ngobrol sama Fathur? Orang kemana-mana aja tuh kamu ditempelin mulu sama si Kai." Sasa sungguh tak terima rasanya mendengar fakta itu. Bagimana mungkin Aish yang selalu ketiban untung dengan cowok-cowok ganteng di sekelilingnya. Sedangkan dirinya? Ah ia bahkan harus selalu menikmati kesendirian seperti ini entah untuk waktu yang berapa lama.

"Well, itu sudah takdir yang harus kita terima masing-masing bukan?" Aish berkata seperti itus semakin membuat Sasa kesal. Bagaimana bisa Aish semakin membuat Sasa semakin terpojokan dengan kalimatnya sendiri seperti ini.

Aish menatap Sasa intens, ia mengerti apa yang sedang di pikirkan sahabatnya itu. Sepersekian detik, mereka saling diam pada posisinya masing-masing. Aish hanya bercanda, seharusnya Sasa tau itu. Hanya saja, Aish juga tau, jika jauh di dalam hatinya itu, Sasa tengah mengumpat meluapkan kekesalannya sendiri.

"Mau sampai kapan memandangiku seperti itu? Tidak mau ke kantin? Aku tau kamu lapar." Tanpa menunggu jawaban Sasa, Aish sudah lebih dulu menggandeng wanita itu menuju kantin. "Aku hanya bercanda Sa, lagian kamu itu juga sama sepertiku. Hmm, siapa yang tidak tau jika selama ini Erwin terus mengejarmu? Tapi kamu saja kan yang tidak meresponya? Kamu sendiri tadi yang bilang jika anak OSIS kita itu kece abis. Lalu apa bedanya dengan Erwin? Bahkan dia juga anggota ini. Jadi tak ada lagi kan yang diragukan darinya?" Aish memancing segala perkataan itu agar Sasa bisa menanggapinya.

Wanita itu hanya menghembuskan nafas kasar sebelum menjawab. "Lalu apa bedanya dengan kamu? Kamu bahkan selalu menolak jika aku bilang kamu dan Kai itu pacaran. Padahal kenyataanya bagaimana kan? Bahkan beberapa kali kalian berdua selalu membuat heboh dengan ulah kalian sendiri. Semu juga tau jika kalian adalah couple seperti perangko berjalan yang bisa membuat siapa saja meleleh melihatnya." Sasa membalas dengan kata-kata yang tak kalah tajam dengan yang baru saja Aish katakan. Seperti mereka sedang saling membongkar diri lawan dengan lembut namun sangat menusuk.

Sepersekian detik setelah Sasa menyelesaikan omonganya mereka lantas saling diam. Lalu setelah itu mereka justru saling tertawa, merutuki kebodohan masing-masing.

"Hahahaa, sudah lama ya Sa rasanya kita tidak begini lagi. Selama ini kita terlalu terliat monoton." Aish tertawa, namun tak terlalu keras. Mereka sudah hampir mencapai kantin sekarang, bahkan dari tempat mereka berdiri ini, sudah dapat didengar riuh kantin yang memang tak ada duanya. Kantin memang tempat para zombie-zombie kelaparan, juga tak jarang gosip tersebar di sela-sela makanan yang masuk ke mulut.

"Sudah ya Ai, kita akhiri dulu. Aku sungguh lapar sekarang. Aku akan memesan, dan kamu silahkan cari tempat yang kosong. Jangan sampai kita harus makan sambil berdiri, tentu itu tidak lucu bukan?" Setelah mengatakan itu, Sasa langsung pergi memburu antrian yang cukup panjang. Namun karena kemapuanya untuk menyelip, ada saja kiranya orang yang bisa di bodoh-bodohinya.

Setelah Sasa sampai di tempat dan mmebawa makanan, Aish lantas tersenyum singkat. Matanya masih menyapu antrian panjang itu, "Pakai jurus apa lagi Sa? Antrian numpuk begitu kamu yang baru datang cepat sekali membawa ini?"

"Sudah-sudah maka aja, kita tak punya waktu banyak. Karena setelah ini kita harus kembali menghadapi pelajaran biologi yang menyebalkan itu. Kita harus segera mengisi amunisi. Menjalani pelajaran biologi, tak bisa dengan perut kosong."

Namun naasnya, baru beberapa sendok bakso itu masuk melewati mulut Sasa, gerombolan Kai da teman-temannya itu sudah datang membuat seisi kantin rusuh. Bagaimana Sasa bisa lupa ada sekumpulan makhluk pembuat onar ini? Lagian kenapa juga mereka baru muncul di jam segini? Ah tak salah lagi. Ini pasti mereka membolos di jam pertama, makanya mereka baru terlihat.

"Hai bolot, lama kita gak ketemu ya?" Kai yang baru datang itu langsung merangkul bahu Aish, membuat siapa saja di kantin itu merasa iri. Terutama para wanita-wanita itu, mereka sudah berbisik-bisik namun tetap masih terdengar oleh semua orang.

"Apaan sih Kai, ganggu orang makan aja. Bisa gak kalo datang itu gak langsung buat rusuh begini?" Aish memutar matanya malas meladeni Kai yang semakin hari semakin tak jelas menurutnya. Lama-lama ia risih juga dengan pria itu. Namun sungguh ia bingung, bagaimana cara menghindarinya.

"Ya ya, mulai lagi drama antara ketos sama wakilnya." Begitulah ucap Erwin dan yang lain di sana. Sedangkan Sasa? Ia sudah menahan kesal sedari tadi. Niatnya untuk makan dengan tenang selalu saja terganggu dengan hadirnya Kai and the geng disini.

"Eh Sa? Beneran deh jangan pasang muka begitu. Kamu makin imut tau kalo kaya gitu? Mendingan lanjut makan aja deh jangan terganggu sama makhluk-makhluk tak jelas ini." Erwin mencoba lagi, namun sebanyak apapun ia mencoba, Sasa justru semakin tak suka padanya. Entah apa salah Erwin? Sebegitu tak sukanya Sasa padanya.

"Sembarangan makhluk, lo kira kita apaan?" Ono memotong kalimat itu tak terima. Bagaimana mungkin, mereka dibilang makluk tidak jelas seperti itu.

Begitulah riweuh nya ketika mereka sudah dipertemukan dalam satu meja. Tak pernah ada yang namanya kedamaian. Mustahil namanya jika itu terjadi. Kapanpun itu akan seperti inilah keadaanya kecuali ketika dalam keadaan rapat.

Jika rapat, maka mereka akan pada posisinya masing-masing. Ah, berbicara tentang rapat tentu saja berhubungan dengan OSIS. Baru ingat sesuatu jika sebentar lagi mereka akan lengser karena harus fokus dengan ujian dan mereka juga harus benar-benar fokus menuju universitas impian mereka masing-masing. Mungin dalam waktu dekat ini mereka akan kembali bekerja sama dalam waktu yang tak cukup panjang, mulai dari perekrutan sampai lengser jabatan. Sebelum akhirnya mereka memikirkan masadepan masing-masing.

...

To be continue...

Follow Ig author dong.
@Nurhidayah202

Pria As-Syams(END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang