"emang ya jaman sekarang, kalo gak pacaran suka di bilang gak laku lah, terlalu pemilih lah. Pacaran kan bukan ajang kompetisi. Terus kalo gue belum siap buka hati mau gimana? Gak semudah itu nerima cowok yang kadang cuman main-main."
Semua orang yang ada di situ, terutama Ono. Semuanya tertegun dengan apa yang baru saja Sasa ucapkan.
"Sasa kalo ngomong tu suka nyakitin. Tapi anehnya, omongan dia selalu bener." Ono sebagai laki-laki saja menyetujui kalimat yang baru saja Sasa ucapkan.
Bahkan mungkin dia sadar, dirinya yang dulu tak jauh dari kata menyakiti wanita. Hingga sekarang, karma telah datang dengan sendirinya.
Aish tentu membenarkan 100% apa yang Sasa katakan. Tidak pacaran atau punya pacar itu bukan berarti gak laku. Karena ada juga yang jomblo karena memang itu pilihannya.
Selain pacaran itu dilarang dalam Islam, terkadang menentukan pasangan tak semudah membalikkan telapak tangan.
Untuk membeli barang yang akan kita pakai saja terkadang kita lama memilihnya. Apalagi untuk memilih pasangan yang akan seumur hidup bersamanya. Sudah pasti kita akan memilih yang paling cocok diantara yang cocok.
Pasangan berbagi suka dan duka. Berbagi cerita, berbagai segala hal. Tentu segala hal memang harus kita jalani bersama.
Malam itu benar-benar menjadi malam tak terlupakan bagi mereka. Mungkin setelahnya, akan susah mencari waktu untuk bisa kumpul-kumpul lagi seperti ini.
Dengan kesibukan masing-masing, mungkin juga sudah saling memiliki teman masing-masing juga. Maka suasananya tentu juga tidak akan menjadi sama.
"Selain Revan sama Kai, emang kalian pada mau ambil jurusan apa dan kampus mana? Barangkali ada kesempatan kita bakalan ketemu lagi." Bayu menyeruput minumannya sesaat setelah mengatakan itu. Entah kenapa, bawaannya selalu saja mellow jika sudah membahas itu.
Bayu memang yang paling terbawa perasaan. Bayu punya riwayat pernah di bully entah bagaimana ceritanya, sampai masa SMA ini adalah masa terbaik menurutnya. Maka dari itu susah sekali melepaskan dan melupakannya.
Ono langsung diam ikut terbawa perasaan juga. Tak jauh berbeda, baginya masa SMA juga adalah masa-masa yang paling indah.
"Walaupun nanti udah pisah, kita pasti bakalan bisa kaya gini lagi kan? Kumpul-kumpul bareng. Ya, meskipun gak sesering sekarang juga sih."
Semuanya saling pandang dan mengangguk. Meyakini dengan hati masing-masing, kalau tidak mungkin berakhir seperti ini saja. Saat liburan, mereka masih bisa bertemu. Karena meski nantinya akan beda kampus, tapi mereka pasti akan pulang kampung dan pada akhirnya tetap di kota yang sama.
"Selain Kai sama Revan, siapa yang udah tau mau kemana tujuan kampus dan jurusannya?"
"Emang mereka mau kemana?" Tanya Sasa yang bukanya menjawab pertanyaan itu.
"Kai mau ambil jurusan hukum, terus Revan pilot."
Sasa menatap tak percaya pada keduanya. Lebih tepatnya mungkin hanya pada Kai, bisa-bisanya siswa berprestasi di jurusan MIPA tapi malah lintas jurusan? Padahal ada banyak sekali jurusan bergengsi yang berjalan pada jalannya.
"Serius Kai Lo linjur?"
Kai mengangguk mantap. "Emang ada yang salah ya sama itu?"
"Ya enggak sih, cuman sayang aja gitu selama ini prestasi lo di MIPA kan udah banyak banget. Mau di apain tuh semua?"
"Gak ada yang sia-sia yang namanya ilmu itu. Semuanya pasti berguna kok."
Pada akhirnya Sasa juga hanya bisa mengangguk. Jika di pikir-pikir, enak memang melihat orang yang bisa langsung konsisten seperti itu tanpa harus banyak pikiran sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria As-Syams(END)✅
Novela Juvenil*Cerita masih lengkap* tak ada alasan lain selain dia, pria As-Syams yang mampu membuat hati seorang Azura Rumaisha tak karuan. seseorang yang mampu membawa perubahan dalam dirinya. tapi kini pria As-Syams hanyalah masa lalu, yang tanpa sempat tau s...