bab 17 : stupid plan

36 1 0
                                    

"PERNAHKAH kau membayangkan dunia dimana semuanya menjadi seimbang?" Gadis itu memainkan rambut biru terang milik seorang lelaki. Jari-jari lentiknya menelusuri bekas luka yang membekas disepanjang punggung pria itu.

"Bodoh. Bukankah kita sedang menjalaninya?"

"Menurutmu begitu?"

Laki-laki itu menggamit tangan si gadis--mengecup hangat kepalan tangannya. "Seorang saudagar memiliki puluhan tambang emas. Kekayaannya bisa membeli semua wanita di kota. Sayangnya tidak satupun dari mereka memberikan saudagar itu keturunan. Hingga akhir hayatnya saudagar itu kesepian."

Perempuan itu tersenyum. "Ah.. Itu terdengar cukup seimbang."

"Gelandangan kota yang mencuri sebungkus roti untuk adik-adiknya. Ditengah malam mereka berkumpul merayakan hasil curian itu dengan suka cita. Diantara kehangatan api unggun, kehangatan mereka menembus batas para pembesar."

"Aku tidak percaya kau bisa mengatakan itu. Maksudku kau tidak terlihat benar-benar peduli pada orang lain."

"Oh tentu saja, aku bukan psikopat gila seperti yang mereka katakan."

"Ya, tentu. Jadi tetaplah seperti itu." Perempuan itu mengecup lembut bibir sang lelaki dan perlahan menghilang seperti asap.

Suara bising burung-burung gereja membuat Cahill membuka matanya seketika. Nafasnya terengah, keringat mengalir dari seluruh tubuh. Ia melirik jam di nakas. Sudah hampir akan tengah hari. Sial. Bagaimana bisa ia tertidur selama ini?

Cahill bergerak menuju balkon dimana ia biasa menghabiskan belasan batang cerutu bersama Abby. Cuaca tidak buruk. Angin berhembus normal. Namun sesuatu terasa salah. Firasatnya terasa buruk tentang gadis itu.

"Tuan?"

Cahill merekatkan tali jubahnya. Kiena Ramos. Umurnya baru akan 15 tahun akhir bulan ini. Tetapi ia sudah menjadi kepercayaan Cahill sejak laki-laki itu masih duduk di akademi.

"Ada apa?"

"Putri Jones itu meminta kepastian atas kerjasama yang diajukan. Apakah kau sudah memiliki jawabannya?"

Cahill menghela nafas, mengambil cerutu dari saku. "Kurasa tidak, aku tidak akan bekerja sama dengan siapapun. Katakan bahwa aku menolaknya."

"Sungguh? Kupikir kau akan setuju. Kau nampak meyakinkan saat gadis itu datang."

"Kau tahu betul diriku. Aku hanya suka mempermainkannya." Cahill mencengkram atas kepala Kie. "Kau paham?"

"Ah i-iya, Tuan."

"Bagus, kau bisa pergi." Ia mendorong Kie pelan.

Kie menunduk dan berjalan menuju pintu. Namun cegatan lengan Cahill tiba-tiba membuatnya menoleh merasa khawatir.

"Apa kau sudah menghubungi perempuan itu? Bagaimana perkembangan Voneecot?"

"D-dia tidak memberikan jawaban apapun, Tuan. Tapi kupikir Voneecot sudah mulai membaik. Terakhir kudengar, angka kejahatan distrik mereka turun."

Cahil mengangguk. "Baiklah, pastikan kau menghubungi perempuan itu kembali. Jangan biarkan Abby menggagalkan rencana kita."

"K-kau tidak mempercayainya?"

"Aku tahu dia bertemu pemuda Harmot saat pertarungan Port tempo dulu. Dan sekarang dia menjadi perwakilan Harmot untuk perekrutan sialan ini."

"Tapi kupikir Abby tidak mungkin mengkhianatimu. Bukankah kalian--"

You Should See Me In The CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang