bab 13 : moonlight

19 1 0
                                    

"FESTIVAL bulan kembar akan datang seminggu lagi. Aku minta untuk semua warga Genaulight mempersiapkan diri." Lizzy Skyes mulai melukiskan beberapa palet warna ke permukaan wajah. Sesuatu yang penting mengingat ia akan mendatangi arena untuk mencari perwakilan distrik dalam perekrutan Eghost.

"Apa bagimu itu tidak masalah?" Salah seorang ajudan Lizzy merasa itu bukan tindakan yang tepat. Begitu banyak agenda di distrik mereka dan ia rasa festival bulan kembar bisa saja menunggu. "Bukankah siaran berita Soullet sudah memberitakan. Keadaan distrik benar-benar tidak sedang baik saat ini. Hujan bahkan tidak turun sama sekali. Aku takut kita akan kekurangan makanan untuk pertengahan tahun kedepan."

"Rau akan membantu kita. Kau tidak perlu khawatir." Satu sentuhan kuas lagi untuk lukisan bulan sabit biru dikening Lizzy.

"Kau percaya tua bangka itu? Dia bahkan tidak bisa menepati janjinya pada Voneecot."

"Itu karena Voneecot berbeda. Rau membenci distrik itu."

"Yang benar saja, Lizzy. Mereka memang distrik sampah tapi bagaimanapun juga mereka tetap bagian dari Northy Vez. Ada ribuan nyawa tidak berdosa disana."

"Blue Blood," ucap Lizzy dengan lantang. "Orang-orang itu yang Rau takutkan. Voneecot memang distrik sampah. Tapi mereka penghasil kstaria sesungguhnya."

"Jangan becanda. Semua orang tahu kalau predikat itu milik Harmot." Sang ajudan menggelengkan kepala.

"Harmot memang hidup dengan cara kstaria. Tapi Voneecot lah yang ditakdirkan terlahir sebagai ksatria. Satu-satunya orang yang tidak takut mati, hanyalah mereka. Dan itu jelas sangat penting dalam garda terdepan sebuah peperangan." Lizzy memulas bibirnya sebagai sentuhan terakhir dari kebiasaan Genaulight mewarnai wajah. Perempuan itu membenarkan tatanan kemeja putihnya dan segera mematut diri didepan cermin besar.

Sesekali Lizzy menatap ajudannya yang tampak bingung. Tapi sungguh bukan hal yang aneh mendapati orang lain bersikap seperti itu. Kenyataan yang baru saja ia dengar memang berbeda dari apa yang biasa diperdengarkan.

"Sungguh tidak bisa dipercaya."

"Itu keputusanmu. Tapi jangan terkecoh, Onadio. Sejarah adalah ilmu yang tidak pasti. Kau harus mempelajarinya dari dua sudut berbeda. Dan sebagai bekal pengetahuan untukmu, aku sungguh meyakini bagian sejarah yang ini. Voneecot adalah distrik yang besar. Berhati-hatilah berurusan dengan mereka." Lizzy menepuk kedua bahu pria kecil itu. Bukannya ia tidak tahu siapa dalang dari semua ini. Menggiring opini publik pada satu cerita yang jauh dari kebenaran. Tidak perlu bersusah-payah menebak. Pemilik kuasa dan uang terbesar di Northy Vez hanyalah Rau Eauray. Sebuah keahlian besar untuk memanipulasi, mengubah sejarah bahkan mencuci pikiran hanya akan datang dari balik nama Siaran Berita Soullet.

Arena pertarungan Genaulight adalah yang paling terkenal dalam penggunaan senjata jarak dekat. Dibangun di area terbuka dengan luas hampir seperti lapangan sepak bola, orang-orang Genaulight yang berlatih justru terhitung sangat timpang. Tidak banyak ahli petarung yang didapat dari distrik pecinta mode ini. Banyak dari mereka lebih memilih sebagai perancang busana, pelukis atau pemahat patung. Seperti jantung dalam tubuh, jiwa seni adalah sesuatu yang mesti dimiliki oleh setiap individu.

Berjarak hampir tiga km dari rumah Lizzy. Arena dengan warna biru langit itu sangat mencolok diantara warna kuning perumahan warga distrik. Saat memasukinya nampak beberapa patung porselen dan lukisan-lukisan abstrak disepanjang lorong.

"Kau hanya membuatku berkeringat, Raj." Seorang gadis berambut hijau eksentrik meninjukan lengan berkeling tepat pada rahang laki-laki dihadapannya. Lizzy mengenali gadis itu sebagai Sane Green. Salah seorang penghuni panti rehabilitasi.

"Jangan jadi bermulut besar. Aku hampir akan mengenai lehermu." Raj mengusap darah di sudut bibirnya.

"Oh ya?" Sane menerjang laki-laki itu. Dengan tubuh yang terbilang kecil, Sane mampu mendorong Raj hingga terjerembab ke lantai. Tak ingin membuang waktu, Sane bahkan langsung menindih dan menguncinya. Satu gerakan kaki yang laki-laki itu lancarkan bahkan tidak berarti apa-apa. Sane cukup cepat untuk menangkal tendangan balik Raj. Sementara ia menduduki punggung laki-laki itu, Sane segera mengambil kindjal disakunya. Mengarahkan pisau berlekuk indah itu tepat di leher Raj.

You Should See Me In The CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang