bab 1 : chaos is begin (REVISI)

95 9 4
                                    

LEENO terbangun pada tengah malam seperti hari kemarin. Tubuhnya berpeluh keringat sampai-sampai membasahi kaus tidur. Saat satu kilat cahaya memasuki celah gordennya, Leeno tahu bahwa ia seharusnya sudah beranjak dari masa lalu--meninggalkan Voneecot dan apa yang menjadi kesakitan laki-laki itu.

Irae memasuki kamar tidur Leeno saat mendengar bunyi kayu yang bergeser. Seperti dirinya, Leeno tahu bahwa berat bagi Irae menjalani kehidupan di sisa sampah distrik ini. Ia mungkin terlihat tegar diantara warga distrik--menghabiskan puluhan ribu Vez demi memuaskan hasratnya pada permainan iblis. Tapi tersisa dari apa yang ia miliki, Leeno tahu gadis itu serapuh dirinya. Kesedihan membentuk kekuatan. Yang jika itu terlalu banyak maka tak ada yang tersisa. Kebaikan dalam dirinya akan dengan mudah terhapus.

"Aku bermimpi buruk beberapa hari ini." Leeno mengangkat tubuhnya dan berdiri menghadap jendela.

Lautan lepas dihadapannya seolah menggiring laki-laki itu untuk meninggalkan Voneecot, jauh menempuh utara bumi atau bahkan ujung dunia. Yang jelas ada banyak harapan diluar sana. Yang mungkin salah satunya bisa membuat Leeno menjalani kehidupan baru. Tapi pilihan itu rasanya seperti hidup dan mati. Jiwa Leeno seolah sudah terpatri di distrik ini. Banyaknya kapal yang menumpahkan muatan tidak pernah cukup membuatnya berpikir untuk mengkhianati dan berpaling dari antah berantah Northy Vez.

"Ya, aku melihatmu." Irae ikut mensejajarkan dirinya dengan Leeno. Hampir setengah umurnya, ia abdikan pada laki-laki itu. Berjuang bersama mencurangi kematian. Mengais peradaban dari apa yang Rau hancurkan. "Kau berdiri di dermaga sambil menatap laut lepas. Kukira kau akan bunuh diri."

"Aku harus melakukan sesuatu. Semua itu harus dibalaskan."

Irae tahu apa yang dibicarakan Leeno. Terakhir kali ia membicarakannya adalah saat perayaan tahun baru. Irae tidak berpikir bahwa Leeno masih akan membicarakannya. Mereka sepakat bahwa bumi ini terlahir dari banyaknya dendam yang menumpahkan darah. Dan itu tidak akan berubah.

"Tidakkah kita sudah melupakannya? Kau sudah menjadi ketua Noses sekarang."

"Elisa memasuki mimpiku. Aku melihat saat Rau menggiring dia menuju rumah bordil. Pria itu menyiksanya, membunuhnya. Dia tidak bahagia, Irae, tidak sampai detik ini."

Fajar sudah menyingsing di pelabuhan. Langit kemerahan membias menjadi satu kanvas yang menaungi Voneecot. Leeno membuka jendela, membiarkan udara masuk--membiarkan mereka merasa hidup.

"Aku tidak akan melarangmu. Akan kulakukan hal yang sama jika itu terjadi padaku. Tapi kau tahu apa yang kau hadapi?" Irae memberi jeda--mencari sepasang mata almond untuk mencoba mengukuhkan diri. Bukan untuk Irae. Tapi jiwa Leeno.

"Kau pikir mengapa Genaulight repot-repot menjadikan Hanselqueen sekutu? Kau pikir mengapa Harmot rela menjilati bokong Soullet? Kau pikir mengapa Treemont memilih menjauhkan diri? Peacetrock yang menutup akses ke distriknya? Dan Voneecot yang begitu menikmati bagaimana pendiskriminasian terhadapnya?

"Aku tahu, aku melihatnya." Leeno mendesah. "Aku tidak menutup mata."

"Kesempatanmu kecil, Leeno. Rau budak Dijjel. Yang kau hadapi bukan hanya tentang dunia ini. Kau menyulut perang yang sama terhadap dunia lain."

"Aku tahu. Semua kemungkinan terburuk itu, aku tahu. Tapi yang kubutuhkan saat ini adalah tiga orang tangguh untuk menempuh kesakitan yang sama denganku. Bisakah kau membantu? Selebihnya aku percaya, kau akan menjaga Noses dan distrik ini."

Mencari tiga orang tangguh mungkin bukan perkara sulit. Irae adalah kunci rahasia semua distrik. Ia berteman dengan banyak pelarian. Bisa jadi pedagang budak, penadah senjata juga pengkhianat Eghost. Irae memiliki banyak akses yang dibutuhkan Leeno. Tapi Voneecot lebih dari sekedar distrik miskin yang kekurangan ksatria. Ia lebih daripada itu

You Should See Me In The CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang