bab 2 : another chaos

40 6 9
                                    

HUJAN yang kali ini turun adalah berkah yang patut disyukuri oleh kebanyakan Soullet. Air-air itu setidaknya mampu menangkal kabut asap yang merangsek masuk dari Hutan Azazil menuju pusat distrik. Maraknya pembakaran jenazah sebenarnya cukup mengganggu ketentraman istana. Rau sampai memasang tralis dan penyaring udara saking banyak warganya yang kecanduan persembahan.

Pria itu memandang jendela untuk kesekian kali di hari ini. Barisan orang berbaju hitam bergantian memadati jalan dengan setidaknya satu-dua peti mati di belakang mereka. Sudah dua belas jenazah. Mungkin jumlahnya bisa sampai tiga puluh hingga tengah malam.

"Tidakkah itu mengerikan?" Sebagai putra dari dinasti sial, Nash merasa beban kehidupan di masa depan akan semakin berat. Jika tahu begini ada baiknya ia mengikuti jejak Var sebagai pelarian. Terlepas dari dosa-dosa distrik juga perjanjian yang mengikat. Demi Tuhan, itu terdengar lebih baik.

"Kehidupan lamaku jauh lebih mengerikan." Rau tidak butuh dongeng masa lalunya diutarakan. Nash cukup dewasa untuk mengetahui bahwa Northy Vez bukan hanya cuma-cuma memiliki kedamaian. Ada harga yang perlu dibayar untuk menebusnya. Rau tidak ingin repot-repot membiarkan mulutnya berbusa.

"Dengan menukar kehidupan dengan kematian? Aku yakin Ayah tidak salah dalam perniagaan." Nash tersenyum dan berjalan melewati Rau. Ia tahu ada pandangan berbeda yang hadir dari sorot mata putranya. Jika Var memilih menjauhi istana dan meninggalkan gemerlap kebangsawanan yang ia dapat. Mungkin Nash belum memiliki keberanian sebanyak itu. Ia hanya bisa menunjukkan beberapa sikap kecil. Meski dalam hatinya ia terpaksa tunduk. Pura-pura tunduk.

Rangkaian anak tangga memutar menghantarkan Nash pada satu ruangan dimana ia dan Var biasa berlatih serangan.

Putra-putra Eauray ditakdirkan memimpin dunia.

Tak terhitung berapa kali Melax Eauray berkata sampai-sampai semua anggota keluarga menanamkan itu sebagai motto kehidupan. Atau mungkin... tujuan hidup. Yang sialnya hal itu masih berujung mustahil untuk Rau karena ia gagal menanamkan itu kepada kedua putranya. Var sudah tiga tahun menjadi pelarian. Hadiah sepuluh juta Vez diambang angan-angan. Ia adalah hantu terkenal di daratan Northy Vez. Para pencari hadiah seolah mengangkat bendera putih. Mereka berkilah mungkin saja Var sudah mati.

Nash sendiri merasa yang paling waras. Semua keluarganya bisa dikatakan sudah mengabdi pada Dijjel. Jiwa mereka mungkin sudah terlalu jauh untuk diselamatkan.

"Apa rencanamu?"

Nash tidak perlu membalikkan tubuh untuk mengetahui siapa yang berbicara. Lussel dengan senang hati akan selalu menentramkan jiwa Nash yang mulai kehilangan iman.

"Aku tidak tahu. Semua terasa buntu."

Gaun hitam membalut tubuh Lussel-- memperlihatkan lekuk tubuh seorang putri dan petarung. Gadis itu mungkin tidak memiliki bola mata besar khas orang-orang Soullet. Matanya hanya segaris lurus yang tajam dan berhasrat besar. Tapi melalui mata itu Nash tahu bahwa ia berhak diperjuangkan. Keluarga ini, distrik ini. Mereka berhak diperjuangkan.

"Aku akan ada dalam perjuanganmu. Jangan berhenti dalam harapan. Ia selalu tahu kemana akan menuju." Lussel meninggalkan lengannya disamping kepalan tangan Nash. Ia membungkus segala perih dan kekecewaan itu rapat-rapat.

"Jika aku mulai goyah. Kuatkan aku bahwa aku memilikimu sebagai yang paling percaya." Kedua manik mata mereka bertemu. Ada kenangan lama yang seolah dibangkitkan.

Nash tidak pernah merasa damai sampai dirinya bertemu Lussel malam itu. Lussel adalah pelarian Logacht, budak yang kabur dan tersesat. Saat menemukannya, Lussel memegang sebuah belati perak. Ada ukiran nama disana. Asya Maraba. Yang kemudian dapat Nash kenali sebagai salah satu klan hebat di daratan Westhunder Dark.

You Should See Me In The CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang