"KATAKAN padaku bahwa dua juta Vez yang aku keluarkan tidak berakhir sia-sia."
Leeno melempar jas cokelatnya diantara sofa beludru dan meja sudut yang berisikan setumpuk kotak tembakau. Sementara ia menatap budak barunya dengan tatapan tidak suka. Irae sebagai pelaku dari pembobol uang harian Leeno hanya tersenyum tanpa merasa terbebani. Alih-alih memberi alasan masuk akal mengingat ia sudah mengundang budak asing dalam lingkaran mereka, gadis itu malah menyalakan tape dan menari tarian bodoh sesaat penyanyi muda Soullet membawakan lagu Habisi Dendam dan Getarkan Dunia.
"Katakan alasanmu atau aku akan menendang budak ini sebagai santapan ubur-ubur."
Itu harusnya terdengar sebagai lelucon yang bagus mengingat sudah hampir sepekan Leeno berbicara serius. Tapi hidup berdampingan dengan laki-laki itu membuat Irae tahu ada ancaman tersirat dari apa yang ia bicarakan. Kebetulan ubur-ubur di pelabuhan memang buas dan liar. Ada banyak nelayan yang terkena sengatan dan Irae tidak ingin repot-repot mengambil resiko. Oh dan lagi siapa yang berani menantang Leeno?
Gadis itu menekan tombol stop. "Kupikir kau terlalu serius, Leeno. Bisakah kita membahasnya saat makan malam? Anak ini bahkan belum membersihkan tubuh. Aku tidak bisa menahan baunya untuk waktu yang lama. Sungguh."
"Katakan-padaku-apa-yang membuatnya-istimewa, Irae Morion?" Ada penekanan dalam setiap ucapan Leeno dan itu jelas sinyal tidak main-main.
"Baiklah-baiklah. Siapa namamu, bocah?" tanya Irae. "Aku lupa."
"Bobby," jawab anak itu. "Bobby Elijah."
"Kau dengar, dia Bobby Elijah. Dex bilang dia salah satu Blue Blood yang berhasil kabur dari penyisiran yang Taz lakukan beberapa hari lalu."
"Blue Blood?" cicit Leeno. "Kaum dunia bawah? Bukankah Rau--"
"Mereka tidak musnah, Kapten. Mereka bersembunyi--menyamarkan identitas."
Blue Blood adalah legenda kebanggaan Voneecot. Satu-satunya yang terbaik dari ratusan masalah yang mereka buat. Banyak orang berkata Blue Blood adalah keturunan penyihir. Sang siluman. Meski begitu tak jarang Blue Blood dipekerjakan untuk kepentingan dewan, bos-bos besar dan mafia kelas atas. Keahlian mereka adalah berkah yang tidak mungkin diabaikan, lebih-lebih dipatahkan.
"Menarik," Leeno menatap Bobby seakan pemuda itu lukisan Winter Cock. Satu dari lukisan langka yang hilang sejak perang saudara setengah abad silam. Sekilas memang tak ada yang aneh dari seorang Bobby. Ia layaknya remaja 16 tahun yang mulai kehilangan arah, tertinggal kawanan dan lupa jalan pulang. "Jadi sudah tingkat berapa kekuatanmu?"
Bobby membisu.
Pertanyaan itu. Ia perlu mengais-mengais ingatannya.
Edgar, Marma, Lucyana.
Padang safana, dua minggu lalu. Kehidupan Bobby tidak pernah lebih baik dari hari itu. Voneecot mungkin distrik tertinggal. Antah berantah dan ladang aib bagi Northy Vez. Disini semua penjahat menemukan rumah. Pelarian, pengkhianat bahkan pekerja rumah bordil sekalipun.
"Bank sentral?" Bobby tidak mungkin salah mendengar saat Edgar berkata bahwa tujuan teror mereka kali ini adalah tempat para bankir mencetak uang. Itu satu dari lima tempat vital yang dimiliki Soullet. Melumpuhkan salah satunya bisa menggetarkan kepemerintahan Rau.
"Sevit menyuruh kita. Itu bisa menjadi kejutan kecil."
"Aku tidak masalah." Bobby mulai menyalakan cerutu. Asap kecil yang dihasilkan mulai mengambang ke permukaan. "Bagaimana dengan yang lain? Marma? Lucyana? Apa efek dari kekuatan mereka akan baik-baik saja?"
Marma menarik tudung jaketnya. Ini adalah kali pertama ia menjalani misi sebagai pasukan Thananam Dorios. Menghabiskan seluruh hidup di gang sempit pertokoan membuat ia lupa bagaimana kemewahan sejatinya membutuhkan bayaran. Kenyamanan yang diberikan Sevit jelas menuntut gadis itu untuk melakukan timbal balik. Tapi ia sungguh tidak berpikir bahwa menjebol bank sentral adalah misi yang bagus untuk pemula. Meski begitu ia cukup menjaga harga diri untuk tidak berkata tidak. Sevit tidak suka dibantah dan Marma harus memutar otak untuk menangkal efek kekuatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Should See Me In The Crown
FantasiPG-17 [FANTASY] Perebutan tahta di Northy Vez semakin panas berkat aksi pemberontakan Noses yang digawangi Leeno. Seolah semua itu belum cukup untuk menggetarkan keadidayaan Rau, beberapa pihak dari ketujuh distrik mulai mencanangkan aksi yang sama...