DALAM hari terik ini, juga senjata di kedua tangannya. Beberapa peluru di dalam ranselnya dan sebuah pistol laras panjang di balik jaketnya. Leeno merasa bodoh karena tiba-tiba merindukan Irae yang bahkan sudah hampir satu bulan ini tidak mengirimkan kabar berupa sebuah surat sekalipun. Leeno tahu mentalnya sedang diambang batas kesiapan. Perlu beberapa langkah lagi hingga ia tiba di mansion anggota Eghost, memborbardir peluru dan mencari Taz. Tapi ia jelas lebih dari tahu bahwa semua itu tidak semudah yang dipikirkan. Barangkali memang ada rencana yang terlewat dan Leeno harus memastikan bahwa semuanya sudah sesuai.
Sudah dibilang denah yang diberikan Leo bukan menjadi yang terburuk. Ini bisa dikatakan cukup bagus mengingat Leo menggambar denah mansion itu dengan detail. Leeno bahkan sampai harus meneliti kebenarannya sebab ternyata mansion prajurit Eghost ini memiliki beberapa pintu rahasia.
"Boleh juga bocah ini."
Leeno berjalan percaya diri. Aksi terbukanya ini mungkin akan menjadi drama bunuh diri terkonyol. Tentu ia memikirkan ini matang-matang. Tapi jangan kira ia hanya membawa satu nyawa tak berarti yang kemudian ia akan tinggalkan di distrik ini. Leeno tidak seremeh itu. Tatkala seorang penjaga mansion menghampirinya, mudah bagi Leeno untuk melumpuhkan pria itu. Satu kali pukulan pada tengkuk leher dan sebuah tusukan belati cukup dalam. Ya, hangat darah yang sempurna. Cipratan cairan merah itu sukses menodai wajah Leeno.
Tak perlu menunggu kehadiran dari penjaga yang lain karena suara berondongan peluru milik Leeno membuat beberapa penjaga lantas menyiapkan diri dengan persenjataan mereka. Tiga sampai lima orang mati sementara yang lain bersembunyi di balik pilar mansion dengan praduga 'ini masih terlalu pagi untuk melakukan baku tembak dan lagi orang bodoh mana yang datang seorang diri bersama senapannya. tidakkah ia sedang membunuh dirinya pelan-pelan?atau ia memang sehebat itu?'
Leeno tidak kehilangan fokus barang sedetik. Tidak dengan senapannya, ia masih cukup ahli dalam memainkan pisau kecil. Bersamaan dengan dirinya yang berlari memasuki pintu masuk rahasia--sebuah lorong bawah tanah yang tertutupi tanaman rambat, Leeno melemparkan dua pisau kecil tepat mengenai pupil indah budak Soullet yang mengejarnya. Sayang sekali, padahal Leeno suka bola mata abu-abu itu.
Jalan terbuka untuk Leeno semakin terlihat, bukan karena lorong bawah tanah ini yang menghubungkan satu ruangan ke ruangan lain bak labirin. Tetapi satu sosok berambut merah dengan tangan memangku dada yang menyambut Leeno di ujung sebuah ruangan membuat laki-laki itu tersenyum.
"Kau lama sekali. Aku hampir akan meninggalkanmu."
Leeno berdecak. "Oh tentu saja kau masih Bobby si mulut besar. Ayo cepat pergi! Diluar sana sudah mulai panas."
"Nah, jangan bilang kau bermain terbuka?"
Leeno mengangkat bahunya dan Bobby sudah menduga ia tidak bisa percaya pada pria malang itu. Mengabaikan Leeno dan kebohongannya, kebetulan Bobby sudah menghafal denah mansion ini dengan baik. Mendaratkan portal di ruang kerja Taz bukan menjadi permintaan yang sulit. Sesaat cahaya keunguan muncul dihadapan mereka, sergapan beberapa orang dari arah atas mulai terdengar.
"Ayo!" Bobby menarik lengan Leeno tepat sebelum sebuah peluru ikut menembus portal mereka.
Rencana mereka bermain tertutup jelas diabaikan Leeno mentah-mentah. Bukan tanpa alasan, Leeno ingin dengan cepat menghabisi Rau setelah pria tua itu kembali bermain-main dengan kematian. Tidak akan terlupakan oleh Leeno bagaimana kedua orang tuanya mati dalam pembantaian 20 tahun lalu, juga bagaimana Rau membawa kakak perempuannya pergi menuju rumah bordil. Memaksanya menjadi pelacur bagi orang-orang kelas atas dan menyiksanya jika Elisa membantah. Bahkan berita tentang kematian Elisa yang dibicarakan orang-orang belum pasti kebenarannya. Leeno tidak mendapati makam kakaknya itu meski ia sudah ribuan kali menyisir pemakaman di Soullet.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Should See Me In The Crown
FantasiPG-17 [FANTASY] Perebutan tahta di Northy Vez semakin panas berkat aksi pemberontakan Noses yang digawangi Leeno. Seolah semua itu belum cukup untuk menggetarkan keadidayaan Rau, beberapa pihak dari ketujuh distrik mulai mencanangkan aksi yang sama...