bab 12 : clumsy bobby

28 3 2
                                    

PEMBERITAHUAN tentang perubahan iklim telah sampai pada semua distrik di Northy Vez. Tapi apa yang dihadapi selanjutnya tentu saja menjadi beban masing-masing diantara mereka. Disisi lain Rau Eauray bukanlah pemimpin yang akan peduli dengan omong kosong kemanusiaan. Perang sipil untuk sebungkus roti yang lumrah terjadi di Voneecot bahkan ia anggap sebagai sesuatu yang wajar. Ibarat sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Kemarau panjang ini seolah menjadi harapan Rau untuk memusnahkan sebagian Blue Blood yang katakanlah beruntung karena Rau tidak perlu bersusah payah mengotori tangan.

"Apa kau yakin tidak ingin menggunakan kekuatanku?" Bobby menyandarkan tubuhnya disalah satu pilar kediaman Leeno. Sambil mengunyah keripik kentang, laki-laki itu menatap fokus Suki yang sedang menyiapkan beberapa senjata di ranselnya.

"Jangan bodoh," umpat Leeno. "Siapa yang akan menanggung efek setelah penggunaan kekuatanmu? Aku tidak mau repot-repot menggendong orang pingsan. Lagipula aku tidak suka darah. Itu menjijikan."

"Sarkastik sekali. Tapi itu kali pertama. Mungkin karena tingkat kekuatanku yang sudah meningkat. Aku biasanya tidak pingsan."

"Ya itu bagus. Tapi cobalah untuk mengendalikan efek kekuatannya. Kau yang akan menjadi penentu keberhasilan misi kita."

"Tentu. Tapi kurasa Suki tidak masalah tentang mengurusku."

Gadis yang dibicarakan itu berdecih dan melempar puntung rokok kearah Bobby. "Yang benar saja. Aku alergi darah. Mengurusmu hari kemarin hanya pengecualian. Aku terpaksa dan kau sedang beruntung."

Bobby menyengir lebar. "Kurasa tidak."

"Oh sial, berhenti mendebatkan hal yang tidak berguna," kata Zach. "Akan lebih baik jika kau membantuku mengemasi senjata ini ke mobil."

"Bukankah kita hanya akan menjarah mini market? Mengapa bersikap seperti kita akan membuat teror?"

Leeno memukul ujung pistol ke lantai, menghentak tiga orang di ruangan itu. "Kau sama sekali tidak tahu tentang apa yang terjadi?" Ia mendekatkan tubuhnya pada Bobby, memojokan laki-laki itu hingga bungkusan keripik kentang yang ia bawa jatuh dan tumpah. "Kita sudah berada di fase hukum rimba. Kau menginginkan makanan maka kau harus menjadi yang terkuat."

Bobby menghentikan kunyahannya. Ia tahu betul dengan tatapan khas pemimpin gangster milik Leeno. Pria itu mungkin bisa sehangat pelukan. Tapi siapa yang tahu ia juga bisa menjelma laksana kutub utara yang mematikan. Tanpa mengucap apapun, Bobby menyampirkan tas dan berlalu menuju mobil yang terparkir di beranda rumah.

Zach dan Suki saling berpandangan. Leeno memang memiliki daya kuat dalam setiap ucapannya. Mereka tidak yakin itu tadi adalah ancaman sungguhan. Tapi melihat bagaimana ekspresi Bobby yang pucat. Mereka sadar bahwa Leeno tidak sedang main-main. Kondisi distrik memang sedang terlampau tegang. Obrolan tentang hukum rimba sejatinya bukan menjadi sesuatu yang berlebihan.

"Bodoh," pekik Leeno sambil menahan tawa. "Kau lihat muka anak itu, Zach? Dia benar-benar ketakutan."

"Kau hanya menakutinya?" Suki mengernyit. "Kukira itu tidak lucu. Bobby terlihat sangat bersalah."

"Ayolah, Suki. Apa salahnya sedikit becanda?" Leeno merangkul gadis itu. "Kau tahu aku tidak pernah marah, bukan?"

"Omong kosong!" bentak Suki. "Kau memarahiku saat bemper van mu hancur."

You Should See Me In The CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang