PELABUHAN masih ramai oleh kedatangan muatan-muatan besar negara Wind Eye Land. Meski jam sudah melaju ke angka 11 puluhan botol oksis masih sedia menunggu untuk didistribusikan menuju kelab-kelab malam Voneecot. Berkarung-karung sutra Kedafel bahkan terlihat tumpang tindih di sisi pelabuhan guna menunggu angkutan yang membawanya ke Elina Stone. Jauh dari dermaga, puluhan orang bahkan tengah beradu peruntungan diatas tangan-tangan dealer. Meja penawaran mereka semakin panas seiring dua orang petarung yang berusaha saling menjatuhkan sebelum petugas menyalakan suar guna berakhirnya pertarungan Port.
Bobby memandang dirinya di cermin. Pantulan terang menampakkan rambut merah potongan spike hasil karya Irae. Tidak begitu buruk meski itu adalah percobaan pertama Irae sebagai ahli cukur. Bobby bersyukur wajahnya tidak berakhir aneh. Meski kemudian ia seperti tidak lagi mengenal dirinya. Bobby bukan lagi seseorang yang merdeka.
Lebih dari itu nasib buruk bisa saja membawa Bobby lebih jauh jika ia tetap memutuskan bersama Pedro. Bukan berarti Leeno dan Irae adalah pilihan yang tepat. Ia bisa saja melawan dan memiliki kebebasannya sendiri. Tapi yang ia butuhkan saat ini adalah sekutu, orang yang bisa dipercaya. Dan mungkin sepasang konyol nan bengis itu bisa menjadi jawabannya.
Bobby melangkah keluar dari salah satu kamar milik Leeno. Ia menggunakan baju pimpinan Noses itu dengan santai. Sebuah kemeja longgar dengan celana katun serupa. Bobby terlihat bagus untuk ukuran budak. Selepas mandi dan membersihkan diri, laki-laki itu duduk bersama Leeno dan Irae.
"Merasa nyaman, rambut merah?"
Bobby tersenyum. "Lumayan."
"Kau seperti Noses. Aku suka potongan rambutmu." Leeno menyuapkan potongan udang kedalam mulutnya.
"Tentu saja. Aku ahlinya. Dia terlihat tampan, bukan?" Irae mengacak puncak kepala Bobby.
"Terima kasih. Jadi ..." ucap Bobby canggung. "Kalian ini sepasang kekasih?"
Leeno dan Irae saling berpandangan. Ternyata tidak susah untuk membuat mereka tertawa. Tapi kekasih apanya? Buat itu menjadi huruf kapital dan tebal. Catatan untuk Irae bahwa ini adalah kali pertama ia mendengar seseorang berkata hal mustahil. Sedang untuk Leeno ini sama saja seperti hal baru. Bobby terlalu mentah menangkap situasi.
"Tidak-tidak-tidak," jawab Irae. "Hubungan kami tidak seperti itu. Leeno tidak berpacaran. Dia anti wanita."
Leeno reflek memukul kepala Irae. "Jangan merusak reputasiku."
"Kau lihat?" Irae menatap Bobby. "Dia bahkan tidak bisa bersikap lemah lembut."
Bobby terkekeh. Jadi dua orang ini apa? Sepasang kakak-beradik? Mereka memang tidak sebengis kelihatannya. Irae seperti remaja pengidap kanker dengan rambut cepak. Andai dia tidak memiliki bulu mata lentik, Bobby dapat mengira Irae adalah laki-laki tulen. Satu-satunya hal yang membuat ia nampak seperti wanita adalah dua anting dengan dua bulu merpati di telinganya.
Leeno layaknya bos besar. Bobby dapat melihat itu dari bagaimana ia berpenampilan. Jas hitam gelap berbahan suede dan celana katun longgar dengan warna serupa. Sikap bossy nya jelas yang paling menonjol. Dan Bobby rasa tidak perlu susah payah menebak, Leeno memiliki jiwa pemimpin dan empati yang tinggi. Jika tidak demikian mana mungkin anggota Noses di Voneecot semakin meningkat setiap tahunnya.
"Ya-ya terserah, rambut cepak jelek," Leeno memutar bola mata. Kali ini menatap Bobby. "Ingat Elijah, kau masih berhutang padaku."
"Dua juta Vez itu?" Bobby membulatkan mata. Obrolan santai ini sedikit banyaknya membuat ia lupa. Ya.. menjadi budak seseorang sungguh tidak pernah menjadi salah satu daftar keinginan Bobby sebelum mati. "Aku tidak tahu kau rela membayar begitu mahal untukku."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Should See Me In The Crown
FantasyPG-17 [FANTASY] Perebutan tahta di Northy Vez semakin panas berkat aksi pemberontakan Noses yang digawangi Leeno. Seolah semua itu belum cukup untuk menggetarkan keadidayaan Rau, beberapa pihak dari ketujuh distrik mulai mencanangkan aksi yang sama...