KEGELAPAN adalah hal lumrah yang dapat ditemui dari semua sudut di Voneecot. Cahaya lampu yang berpendar bahkan diyakini hanya datang dari orang-orang kelas atas dan para pembesar di distrik itu. Sisanya lebih memilih lilin dan lampu minyak. Untuk kalangan miskin, berbaur dengan gelapnya malam dirasa lebih baik.
Tetapi apa yang terlihat paling buruk tidak sebenarnya buruk. Di Voneecot, malam adalah bagian dari siang yang lain. Orang-orang disini jelas lebih menikmati hidup sesaat matahari terbenam dan menenggelamkan apa yang menjadi kedukaan.
Sofa bundar yang berada di ruang tengah ini seolah sedang berevolusi menjadi tempat pemakaman umum paling hening di seantero Northy Vez. Leeno bersedakep di depan jendela. Kedua matanya menerawang pada barisan pemuda Noses yang memadati jalanan. Sebuah tugas penting yang mereka emban adalah pemantauan mengenai kedatangan Lussel Jones dalam kunjungan distrik. Jika prediksinya tidak salah, putri dari keluarga Jones itu akan tiba malam ini mewakili Soullet.
Disisi lain Suki sudah hanyut dengan rokok mentol kesukaannya. Beberapa kali asapnya mengembang memberikan pengap yang cukup untuk lima orang berbagi nafas. Tidak ada obrolan berarti sampai tengah malam ini. Bobby masih dengan kedunguannya dalam merapikan rambut yang kali ini ia buat highlight tinggi dan laki-laki bertato mawar diujung sofa sana cukup terhibur dengan tumpukan majalah dewasa yang Irae beli di toko loak dekat kanal.
"Baiklah," Irae mengangkat tubuhnya. "Aku sudah tidak tahan lagi."
Semua atensi yang berkeliaran langsung teralih pada sosok gadis cepak berpiyama hijau tosca. Suki meletakkan rokoknya.
"Kenapa?" Bobby yang pertama kali bertanya.
"Aku akan pergi untuk beberapa waktu."
"Benarkah?" Bobby melotot.
"Kau tidak bilang apa-apa sebelumnya." Leeno yang terlihat tidak peduli mau tidak mau menunjukkannya. Irae adalah sosok penting dalam kelompok ini. Meski itu tidak mengabaikan fakta bahwa ia beberapa kali sukses membuat Leeno jengkel.
"Ini pekerjaan mendadak. Aku akan pergi ke Logacht besok pagi. Pastikan kalian tidak berbuat bodoh selama aku tidak ada."
"Irae..." Bobby merengek. Bukan cerita baru bahwa Irae Morion adalah partner Bobby dalam konteks bersenang-senang secara harfiah. Bukan dalam artian seperti Suki yang diutus Leeno sebagai partner kejahatan sesungguhnya. Tapi lebih khusus, seperti apapun yang berhubungan dengan uang. Ya, memang tidak ada bedanya melihat tabiat dua anak itu. Mereka sama-sama menyukai judi. Irae tak akan segan menghabisi uang hasil merampok untuk menggulirkannya di kasino. Sementara Bobby akan selalu rela tidak dibayar asalkan meja perjudiannya selalu panas. Kejadian pertama kali di Junkie Monster membuat Bobby benar-benar kecanduan.
"Tenang. Kau punya Zach sekarang. Dia akan sama sintingnya denganmu."
Yang disebut namanya--menoleh. "Tentu saja. Pastikan kau tidak terlambat membuat portal. Aku benci menunggu."
Yang Zach maksud tentu saja kejadian tengah malam di Hutan Ecrarios. Karena itu kali pertama Bobby menginjakkan kaki di Peacetrock, ia salah mendaratkan koordinat portalnya. Waktu tengah malam yang Irae janjikan molor hingga sampai awal fajar. Nasib baik Zach tidak ketahuan petugas Peacetrock.
"Kupikir kita harus bicara, Irae." Leeno mengarahkan matanya pada salah satu kamar.
Gadis itu mengedipkan sebelah mata. "Tidak apa-apa," bisiknya pada Bobby. Terlihat bahwa air muka bocah itu khawatir.
"Pekerjaan apa yang kau maksud?" Leeno menutup pintu kamar dengan bantingan sempurna. Dan well, ia benci basa-basi. Penjelasan Irae akan lebih masuk akal jika ia mengumumkan alasan yang tepat mengapa ia meninggalkan Voneecot disaat rencana untuk menggulingkan Rau baru saja akan dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Should See Me In The Crown
FantasyPG-17 [FANTASY] Perebutan tahta di Northy Vez semakin panas berkat aksi pemberontakan Noses yang digawangi Leeno. Seolah semua itu belum cukup untuk menggetarkan keadidayaan Rau, beberapa pihak dari ketujuh distrik mulai mencanangkan aksi yang sama...