bab 15 : something about shit

23 1 0
                                    

NASH benar-benar mengutuk takdirnya. Seharusnya pelarian tadi berjalan lancar atau setidaknya ia bisa mencapai Hutan Azazil untuk kemudian berpikir apakah ada baiknya ia melanjutkan perjalanan menuju Treemont atau tidak. Tujuan terbaik yang ia miliki memang hanya mengungsi ke rumah kakeknya, Ollybus Manor. Disana mungkin ia bisa mendapat kabar mengenai keberadaan Var. Karena meski para pemburu harta berkata Var sudah mati, Nash memiliki keyakinan bahwa itu adalah kemustahilan. Var adalah Soullet terbaik dalam sejarah.

Alih-alih memikirkan alternatif untuk melarikan diri, Nash justru terjebak di dalam kamarnya bersama Lussel. Taz bahkan sengaja mengunci mereka berdua. Tentu saja, berita tentang kaburnya putra Presiden menuju Hutan Azazil sudah menyebar cepat. Hanya perlu sampai di telinga Rau dan Nash meyakini pria itu akan semakin memperketat penjagaan di seluruh gerbang.

“Katakan padaku, apa yang kau rencanakan?” Lussel sudah menyilangkan kedua tangannya. Ia tidak bepikir bahwa Nash benar-benar akan melakukan ide gila ini. Nash tahu betul bahwa Lussel bersusah payah membentuk aliansi bersama Voneecot. Bukankah setidaknya ia menghargai itu?

Nash menghela nafas, gusar mendapati Lussel menatapnya seperti ‘kali ini aku serius’. “Aku hanya berpikir untuk pergi ke rumah kakekku. Kau tahu, menghindari acara sialan itu.”

“Ollybus Manor?” Lussel mengernyit. “Sejak kapan kau peduli dengan kakekmu?”

“Kau tidak tahu bagian terburuk dari perekrutan itu.”

“Kau pikir aku akan membiarkanmu melakukannya?” Lussel menggelengkan kepala. “Kau hanya harus bertahan sampai tes perekrutan terakhir. Tidakkah itu mudah?”

“Mungkin bagimu mudah. Tapi apa kau yakin Rau akan melakukan itu? Membiarkan aku pergi?”

“Aku mengusahakannya.”

“Kau tahu dia tidak semudah itu. Ibuku mati karenanya. Apa aku harus berharap untuk kehilanganmu juga?" Nash memijat kening. “Sudahlah, Lussel. Ini tidak akan berjalan baik. Lupakan saja.”

Laki-laki itu beranjak dari kasurnya dan berjalan menuju balkon. Selalu seperti ini. Dititik melelahkan, Nash hanya akan menghindari segala obrolan. Otaknya buntu, nyaris mustahil berfungsi. Dan meski merepotkan, Lussel tahu cara terbaik untuk meredam amarah laki-laki itu. Satu hadangan cepat dan Lussel melumat bibir Nash, menekannya dalam hingga punggung laki-laki itu  menghantam tembok--menahan pergerakan tubuh Lussel.

“Aku akan baik-baik saja, Nash. Percayalah. Kau tahu kabar baiknya,” sela gadis itu saat Nash nyaris benar-benar terangsang. “Salom setuju untuk membuat aliansi.”

“Benarkah?” Nash tahu betul apa yang ada dibalik distrik sampah itu. Mereka hanya akan bekerjasama jika Nash memiliki satu ladang emas siap panen.

“Salom membawa Leeno dalam perjalanan menuju distrik ini.”

“Laki-laki itu?”

“Dia berencana melakukan pemberontakan bersama empat orang lainnya. Kukira mereka akan menjadi satu kru yang hebat. Satu gadis Montmogery. Satu buronan Peacetrock dan dua Blue Blood dengan kemampuan tingkat dua.”

“Jangan becanda, Lussel. Mustahil Blue Blood bekerja sama dengan manusia.”

“Aku serius.”

“Serius?”

“Itu kenyataannya. Kau bisa menemui mereka di penginapan keluargaku.”

“Ya, aku percaya.” Nash menghempaskan diri di ranjang. Lussel bukan seorang pembohong  meski yang dikatakannya tidak masuk akal. “Maaf, aku hanya lelah.”

“Semuanya akan-baik-baik saja. Percayalah padaku. Aku sudah mengunjungi enam distrik lainnya. Kukira Max dan Cahill akan setuju dengan ini.” Lussel ikut menghempaskan diri. Ia menarik Nash kedalam pelukannya.

You Should See Me In The CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang