chpt 56 : tidak ada kata 'too'

1.4K 263 128
                                    

👣 hai guys, jangan lupa vote dan komentar di setiap chapter ya. Karena setiap vote dan komentar akan berharga bagiku.👣

✨jangan lupa ucapkan 'Alohomora'✨

Aku benar-benar merindukan Paman.

Hanya dia yang mengerti semua kegelisahan ku.  Hanya dia yang mengerti bagaimana aku harus melakukan apa. Dan hanya dia yang tahu nasehat apa yang aku butuhkan.

"Aku tahu kau melihatku disini di mimpimu, Rosie." 

Suara Paman terngiang dipikiranku. Aku memejamkan mataku. Mencoba merasakan kehadirannya meskipun aku tahu itu hanyalah sebuah khayalan belaka.

"Maaf aku tidak bisa melindungimu hingga akhir. Maaf karena aku tidak bisa membawamu pulang kembali. Dan maaf jika membuatmu melihatku seperti ini. Aku tahu ini akhir dari hidupku, terima kasih Rosie. Aku sungguh berharap kau bisa kembali ke kehidupanmu yang damai seperti dulu."

Aku tersenyum miris. Kenapa kau meminta maaf, Paman? Bukan kau yang membuatku datang ke Hogwarts dan juga bukan kau yang harus bertanggung jawab atas kebahagiaanku. Kau hanya manusia Paman, sama sepertiku. Kau seharusnya tidak terlalu berbanyak minta maaf kepada semua orang. Kau tidak perlu.

Disaat yang seperti ini aku ingin sekali mengirimkan surat pada Prof. Minerva. Mungkin aku bisa menitipkannya pada Prof. Severus, karena Chelsea tidak diperbolehkan masuk ke tempat ini.

Setelah menulis surat itu, aku keluar dari kamarku dan hendak menemui Prof. Severus. Saat langkahku akan menginjak tangga Malfoy Manor, aku mendengar suara yang tak asing dari lantai bawah.

"Bagaimana keadaan di Kementrian Sihir? Apa kalian bisa mengambil alihnya?"

"Semua itu sudah beres, My Lord."

Deg.

"Aku berbaik hati mengajarimu, karena aku tahu ini mungkin bisa menjadi investasi yang menguntungkan. Terutama untuk My Lord. Aku ingin suatu saat nanti pengelihatanmu itu berguna untuknya." perkataan Bellatrix saat pertama kali ia mengajarkan The Dark Arts padaku kembali terngiang.

Aku meneguk salivaku berat.

Srett..

Tubuhku ditarik oleh seseorang dan ia membawaku masuk ke dalam ruangan yang tak pernah aku masuki sebelumnya. Aku menatap lurus ke arah seseorang yang menarikku tadi. Itu Mama Narcissa. Dia menatapku tajam.

"Tidak bisakah kau diam di kamarmu saja?!" ucapnya marah dengan nada yang sangat rendah. Ini pertama kalinya aku melihatnya marah seperti ini. Wajahnya memerah dan rahangnya mengeras.

"A-Aku..."

"Kau sebaiknya berdiam diri disini saja dan jangan sampai mereka melihatmu." ucapnya penuh penekanan.

Aku meneguk salivaku berat. Kenapa mereka tidak boleh melihatku?

"Bukankah Kau-Tahu-Siapa yang berniat mengurungku disini? Kenapa mereka--"

"Mereka tidak tahu kau berada disini, Rosie. Tidak. Kami terpaksa menyembunyikan mu disini karena permintaan anakku, Draco. Dan kau sebaiknya paham jika kau ketahuan berada disini, maka yang kena imbasnya bukan hanya nyawamu saja, tapi nyawa kami juga." Mama Narcissa menatapku serius.

"Kenapa Draco melakukan itu?" tanyaku padanya. Aku tak mengerti. Sungguh tak mengerti.

"Karena kau tidak mau menjadi bagian dari kami. Draco memohon kepada Papanya untuk memberikanmu ijin tinggal disini. Jadi kumohon, jangan sampai mereka mendengarmu dan kau sebaiknya berhati-hati dalam bersikap, kau mengerti?" Mama Narcissa kini terlihat khawatir. Ya, tentu saja. Keluarganya yang menjadi taruhannya.

PURE-BLOOD; a secret story in Hogwarts (editing but complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang