09

318 65 104
                                    

Chapter 8 kemaren notifnya ga muncul ya :'((





***






"Goblok!"


Daniel nyaris saja terjengkang dari kasurnya begitu Brian membentaknya tiba-tiba.


"Dah lah, gue pecat aja lo jadi adek. Malu gue!" raut Daniel semakin tertekuk, tak menyangka jika sang kakak bisa semarah ini setelah ia bercerita tentang apa yang ia alami kemarin.


"Lo nembak Seongwoo pas dia lagi chaos setelah didrop-out?!" Brian mengulangi kalimatnya, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.


"Tapi 'kan dia pas tidur itu! Nggak bakal denger dia!" sahut Daniel tidak terima.


"Kalo dia nggak ketiduran?! Bisa meninggal lo, kepala lo pindah ke lutut!" Brian bersungut-sungut, masih tidak paham dengan jalan pikiran Daniel.


Daniel meraup wajahnya kasar. Itu artinya, kemarin ia sudah dekat dengan maut begitu? Ia jadi ingin tahu, memangnya sekejam apa Seongwoo itu.


"Niel, Niel...." sosok wanita paruh baya yang sedang mengemil satu toples kacang itu menggeleng heran karena kelakuan anak bungsunya, "Udah dibilang jangan gegabah kok masih aja."

"Ya maapin..."

"Contoh Bang Ian tuh, dijalanin pelan-pelan. Dibuat nyaman dulu sebelum nembak," sahut sang Ibunda.

"Nanti kalo diambil orang gimana?"


"Ya biarin. Masalah status itu bisa nanti yang penting perasaan lo udah pasti," Daniel manggut-manggut, mengiyakan saja petuah lelaki yang lebih tua tiga tahun darinya itu.

"Lagian emang Seongwoo mau punya uke agresif kayak lo?"


"Gue yang seme, anjrit!"


***


Laju motor sport berwarna hitam-merah itu memelan ketika ia sampai di depan sebuah pagar biru yang menjulang tinggi itu. Lelaki berseragam putih abu-abu itu melepas helm saat ia menemukan satpam yang beberapa hari ini selalu menyapanya dengan ramah itu berdiri di depan pos jaganya dengan raut cemas.

"Kenapa, pak?"

"Mas Seongwoo... kayaknya lagi berantem di dalam!"

"Hah?!" kedua bibir tebal Daniel ternganga. Ia cepat-cepat berlari menuju pintu utama yang terbuka lebar. Semakin dekat langkahnya, ia semakin jelas mendengar bentakan dan tangisan dari suara yang berbeda.

Ketika Daniel sampai di depan pintu bercat putih itu ia langsung disuguhi dengan pemandangan seorang pemuda yang tubuhnya terhempas ke lantai hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

"Mas! Jangan.... berhenti!" seorang wanita yang Daniel yakini sebagai ibu kandung Seongwoo itu menangis keras, tak mampu menahan amarah sang kepala keluarga yang dilampiaskan pada si anak bungsu.

"Biar! Biar sadar kalau selama ini dia nggak berguna! Percuma mendidik anak keras kepala seperti dia! Mending mendidik anjing yang masih bisa nurut!"


Dalam sekejap mata, tubuh kurus Seongwoo kembali menubruk lantai saat Ayahnya kembali melayangkan satu pukulan pada rahangnya tanpa sempat Daniel cegah. Kepalan tangan pria itu kembali menghantam Seongwoo bertubi-tubi. Tidak hanya wajah, perutnya pun juga turut menjadi sasaran.


Not Today | OngnielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang