11 - Tentang Seseorang

89 20 4
                                    




















"Sebab hanya karena seseorang bisa membuatmu menangis. Sebab hanya karena seseorang pula bisa membuatmu tertawa."


















***


Asher : "Gue juga ada buat lo."

Pekerjaan ini memang gak selamanya menuntut gue untuk selalu berada di balik meja.

Kadang gue bisa pergi berhari-hari untuk survey lokasi bareng Iyan.

Kadang gue juga bisa pergi berhari-hari buat cari referensi atau sekedar basa-basi ketemu client atau partner yang banyak permintaan.

Dan selama itu gue selalu mengabari orang kantor setidaknya lewat grup obrolan.

Tapi kemudian gue sadar kalau selama itu juga gue pergi memang benar-benar untuk kerja bukan untuk tinggal selama 3 hari di rumah sakit. Sekalipun Tara, Kai, Ray, Iyan dan Shaloom tau soal Alan.

Tapi entah, siang itu gue sama sekali gak kepikiran apapun selain gimana caranya gue harus sampai secepat mungkin di rumah sakit karena Alana pasti sendirian.

Kemudian gue sadar kalau gue meninggalkannya.

Sendirian.

"Sha,"

"Astaga, Bapak!"

Gue tau gue belum mandi dari tiga hari yang lalu dan muka gue lecek, tapi gue gak nyangka kehadiran gue bisa bikin Shaloom yang biasa kalem hampir menyambit gue dengan gelas kosong di tangannya.

"Mau ngopi?"

"Enggak, ini buat Kai."

"Cieee udah baikan."

"Bapak ngapain di sini?"

Bingung kali dia, karena jarang-jarang gue turun ke pantry lantai 14 buat sekedar bikin kopi. Atau mungkin lagi mengalihkan topik pembicaraan.

Mungkin.

"Nungguin lo buat nanyain gue kenapa 3 hari ini gak keliatan di kantor."

Gue terkekeh tapi kemudian kekehan gue justru membuat Shaloom terdiam sebelum meletakkan gelas kosong itu ke atas meja.

"Bapak...baik-baik aja?"

Dia tau.

"Mau saya ambilin baju ganti? Atau mungkin bapak mau makan sesuatu?"

"Enggak usah. Mulai sekarang gue gak mau keseringan nyuruh lo ini-itu ah, ntar dimarahin Sean."

"Bapak..."

Gue terkekeh lagi, menyeruput kopi yang masih mengepul untuk menghindari tatapannya.

"Kak Tara sama kak Iyan izin gak masuk. Ray sama Ias ke studio hari ini. Jadi di kantor cuma ada aku, Kai sama Ken."

Sadar tatapan gue mendadak terfokus padanya, Shaloom melanjutkan.

"Terus Riby...."

Dan entah.

Begitu mendengar namanya gue gak bisa untuk menunggu lagi.

Untuk menemuinya pagi itu.

"Riby..."

Dia yang terlihat marah.

"Ngapain lo ke sini?"

Dia yang gue jadikan sandaran.

SEBUAH TANYA ✔ SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang