8 - Hal Kecil

229 43 4
                                    































"Sebab hal-hal kecil pun adalah kenangan."









***

Asher : "Jangan sakit, Asher."

Dibandingkan dengan menyimpan kenangan di media yang diciptakan manusia gue lebih suka menyimpannya di kepala.

Meskipun manusia adakalanya lupa tapi perasaan ketika kenangan itu hadir lagi gak akan pernah bisa terlupakan.

Ketika pergi buat nonton konsernya Sean sama Clark, gue gak pernah merekam penampilan mereka pake hape gue.

Ketika ada suatu acara, gue gak pernah mengambil foto-foto kayak orang kebanyakan.

Sekalipun gue suka, sekalipun gue bisa mengunggahnya di akun media sosial, sekalipun mungkin gue akan lupa dikemudian hari tapi entah kenapa apa yang gue lihat langsung dengan mata kepala sendiri dan bukan dari balik lensa, rasanya lebih baik.

Ada perasaan puas yang memenuhi hati ketika gue bisa merasakannya langsung tanpa harus ribet memikirkan angle mana yang bagus, filter mana yang cocok atau abis ini mau gue upload di mana biar banyak yang lihat.

Ada kesan mendalam yang ditinggalkan lebih dari ketika kenangan itu hanya tersimpan di galeri tanpa lo lihat lagi.

Ada sensasi yang gue sendiri gak tau apa itu tiap kali mata memandang sesuatu yang bikin hati gue penuh.

Mungkin itu yang mendasari gue untuk membawa Divi ke arah yang sekarang.

Gue pengen orang lain yang sama cara pandangnya dengan gue bisa merasakan perasaan yang pernah gue rasakan.

Gue pengen orang lain yang berbeda cara pandangnya dengan gue bisa mendapatkan sesuatu yang mungkin membuat mereka lebih baik.

Gue pengen mereka yang ingin membagi kenangannya lewat netra bisa menyampaikan kenangan itu dengan tepat.

Gue pengen mereka yang terlalu takut untuk berbicara bisa mengutarakan apa yang ingin mereka katakan lewat tatap.

Lewat apa yang akan seseorang kenang tanpa kata.

Lewat apa yang akan seseorang ingat melalui mata.

Mungkin itu juga yang mendasari gue untuk gak pernah punya foto siapapun di hape gue.

"Cieee. Papa, Pa sini deh. Ini Ash masa pulang-pulang baju nya basah."

Gue bahkan belum sampe ke dalam rumah ketika Mama dengan kamera di tangannya mengambil foto gue yang cuma bengong di ambang pintu.

Lain hal dengan gue, Mama adalah orang yang senang mengabadikan sesuatu lewat kamera kesayangannya sampai di rumah punya studio sendiri. Maklum, mantan Ketua Liga Film Mahasiswa kampus.

Gak lama kemudian Papa datang, menatap gue sama herannya dengan tatapan Mama.

Dan gue pun baru sadar kalau baju bagian depan gue basah -sebasah itu pas gue turun dari mobil.

"Kamu gak ngeces kan Ash?"

"Papa! Ash tuh pas masih bayi aja gak pernah ngeces. Gak peka banget sih."

Dan kalau sudah begini gue cuma bisa tersenyum menatap Mama dan Papa yang akan berdebat dulu sebelum fokus lagi ke gue.

"Kamu bikin nangis cewek?"

Dan akhirnya pertanyaan itu muncul.

Dan karena gue cuma diam sambil jalan ke arah dapur, Mama dan Papa kompak berdiri menatap gue curiga dengan masing-masing tangan mereka terlipat di depan dada.

SEBUAH TANYA ✔ SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang