16 - Kita

71 21 2
                                    


















"Dan bagi beberapa orang lagi memulai dari awal adalah cara untuk mengakhiri luka."












***

Riby

"Buat yang kemarin, maaf. Gue tau ucapan gue bikin lo kesel."

"Gak apa-apa, toh kan gue cuma nyeritain masalah temen gu-"

Cukup lama gue terdiam melihatnya mengerutkan sedikit dahinya sambil menunggu gue melanjutkan.

Dan entah, saat berada dekat dengan Asher gue selalu ingin jujur sama dia tentang apapun tanpa mempedulikan apapun.

Jadi ya udah, gue nyoba buat jujur soal hal ini dulu ke dia apalagi dia kan temennya Alan.

"Sebenernya yang kemarin itu bukan cerita temen gue lagi, he. Itu cerita gue. Gue malu buat bilang kalo orang yang gue ceritain itu diri gue sendiri."

"Tau kok. Keliatan jelas di muka lo."

"Banget ya?"

Dia mengangguk-angguk pelan, melipat kedua tangannya di dada.

"Apalagi pas bagian gue bilang tolol. Muka lo langsung keliatan kesel gitu."

"Ya lo lah kasar banget! Jelas gue kesel."

Dan lo tau apa? Dia malah ngakak dong.

Bikin gue jadi merinding.

Berduaan doang di gerbong kayak gini boro-boro romantis kayak di novel-novel, yang ada gue malah takut tiba-tiba ada zombie kayak di film Train to Busan ditambah dia yang dari tadi ketawa mulu. Bukan apa-apa, takutnya suara ketawanya dia mengundang makhluk halus semacam pocong dan kuntilanak yang suka gak tau tempat kalo mau ngagetin orang.

"Gue tuh ditinggal Alan kawin sekitar hampir dua tahun yang lalu. Setelah dia menghilang dan menggantungkan gue dia tiba-tiba datang buat ngasih undangan pernikahannya. Itu cewek yang lo liat tadi dia istrinya Alan."

"Iya gue tau, dia sahabat gue juga. Kita bertiga, Alan, Alana dan gue sahabatan."

"Oh."

Hening lagi.

Gue yang mencerna ucapannya dan dia yang ragu apakah harus bertanya atau enggak. Tapi lagi-lagi begitu aja gue berucap.

"Terus sebenernya gue udah mau ngelupain dia karena ya udah gitu dia udah nikah dan gue emang harus move on. Tapi tiba-tiba kemarin dia datang dan seketika gue jadi bingung lagi. Kayak dia tuh pergi disaat gue lagi sayang-sayangnya terus tiba-tiba dateng lagi pas gue dalam proses melupakannya. Akhirnya gue goyah. Tapi yang bikin gue lebih memikirkannya adalah fakta dia pura-pura gak kenal sama gue."

Saat gue menatapnya Asher hanya diam dengan tatapannya yang sama sekali gak bisa gue artikan, mungkin dia lagi fokus mendengarkan sampe gue selesai dan memilih untuk diam kayak gitu.

"Emang gue salah apa coba sama dia sampe dia memperlakukan gue kayak gitu kemarin? Yang ada harusnya gue yang marah, gue yang pura-pura gak kenal sama dia, gue yang harusnya menganggap dia orang asing. Lah ini, jadinya kayak gue yang ninggalin dia kawin bukan sebaliknya. Sejak kemarin pikiran gue penuh sama hal-hal itu."

"Kenapa?"

Akhirnya dia buka suara juga.

"Hah?"

"Gue pikir sejak kemarin lo kepikiran gue yang bilang kalo lo tolol. Kenapa malah mikirin hal-hal yang gak penting?"

SEBUAH TANYA ✔ SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang