6 - Ingkari Sendiri

286 41 4
                                    

















"Sebab tidak selamanya keadaan berjalan sama dengan apa yang kita inginkan."
















***

Asher : Plester luka.

Disuatu waktu saat keadaan memojokkan gue begitu dalam adakalanya gue berpikir,

Apa keadaannya akan berbeda jika gue gak mempedulikan kepentingan orang lain di atas kepentingan gue sendiri?

Apa keadaannya akan berbeda jika gue meraih apa yang gue mau?

Apa keadaannya akan berbeda jika gue berjuang demi sesuatu yang menurut gue berharga?

Atau akan sama aja?

Tapi ternyata jawaban itu cuma akan gue dapatkan kalau gue benar-benar melakukannya dan bukan sebaliknya.

Sedangkan gue, diri gue ini, dari dulu selalu melakukan yang sebaliknya.

Yang seharusnya gue inginkan justru gue tinggalkan.

Yang seharusnya gue genggam justru gue lepaskan.

Yang seharusnya gue perjuangkan malah gue lupakan.

Karena gue memang begitu.

Terlalu takut untuk menjadi diri gue sendiri.

Terlalu takut akan penilaian orang-orang.

Terlalu takut kalau gue menikmati hidup akan ada orang-orang yang terluka.

Akan ada orang-orang yang menangis karena keegoisan gue.

Akan ada orang-orang yang kecewa karena tekad gue.

Akan ada orang-orang yang kemudian pergi karena gue.

Sedangkan gue, diri gue ini, gak bisa kalau hal itu sampai terjadi.

Sebab yang pergi karena luka biasanya gak pernah kembali lagi.

"Ash?"

Gue mengerjap, mengedip-ngedipkan mata gue cepat.

"Apaan?"

"Lah, tidur lo?"

Pas gue liat ke sekeliling, wajah-wajah ini menatap gue heran.

"Sampe mana tadi?" Membenarkan posisi, gue meraih secarik kertas dari hadapan Tara.

"Sampe lo ngelamun njing,"

"Parah lo."

Iyan sama Ias hampir melempari gue dengan gulungan kertas.

Sementara Shaloom dan Kai cuma diam.

Dan dia menatap gue dengan tatapannya yang gak bisa gue artikan.

"Sorry, sorry, melenceng." Gue nyengir, mengusap muka gue dengan kedua tangan sebelum meraih beberapa kertas di hadapan gue.

"Jadi Sha, kemaren lo udah ketemu klien kan? Bisa tolong lo jelasin lagi dia mau nya gimana?"

Shaloom mengangguk, melirik sebentar ke arah Kai yang tampak jadi lebih pendiam hari ini.

"Jadi klien kita kali ini mau bikin pameran foto, tapi di samping itu klien juga ingin ada pemutaran video dokumenter di acara puncak pamerannya nanti. Soal konsep, suasana, tema, termasuk promosi, klien menyerahkan sepenuhnya sama kita. Terutama Pak Asher,"

Wajah-wajah ini menatap gue lagi.

"Kata klien, Bapak lebih tahu apa yang klien inginkan."

Dan dia menatap gue dengan tatapannya yang gak bisa gue artikan.

SEBUAH TANYA ✔ SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang