R (Rindu)

2K 245 10
                                    

Gracia sudah selesai mandi dan kini giliran Shani. Diam-diam Gracia mengambil pedangnya dan sebuah kertas berisi alamat rumah, setelah itu dia pergi. Dia ada sedikit urusan dan dia tidak ingin Shani tau.

Gracia berlari dengan cepat untuk keluar rumah. Setelah merasa agak jauh, dia memelankan laju larinya dan memilih berjalan saja. Hemat tenaga.

Sedangkan Shani yang baru saja selesai mandi celingukan mencari Gracia. Shani melihat lemari yang Gracia gunakan untuk menyimpan pedang terbuka, saat Shani melihatnya lemari itu sudah kosong. Saat Shani melihat hpnya, ada pesan masuk dari Gracia.

"Gue harus pergi, mungkin agak lama. Nggak usah khawatir, gue bakal jaga diri."

Shani menghela nafas panjang. Shani akhirnya memilih kembali ke markas, tidak lupa dia mengunci pintu rumah Gracia. Gracia meninggalkan kunci rumah di atas hp Shani.

Sampai di cafe yang juga markas, Shani langsung masuk tanpa mengetuk pintu atau apapun. Bos mah bebas.

"Pagi." Sapa Shani datar.

"Pagi." Jawab Jinan dan Desy yang baru saja bangun.

Sedangkan yang lain masih tidur, Chika yang masih nyaman dalam pelukan Vivi. Ara yang lagi pacaran sama Fiony di pojokan. Mira yang tidur sambil meluk Flora. Jiwa jomblo Shani kembali meronta-ronta. Eh? Bukannya Shani sudah tidak jomblo?

"Gege, kenapa kamu harus pergi sih? Kan aku keliatan jomblo." Batin Shani miris.

Shani lebih memilih pergi ke dapur untuk membuat kopi dan menjernihkan pikirannya. Sambil menyesap kopinya, Shani mengingat beberapa hari yang lalu pemimpin bagian Selatan alias Ariel mengajaknya untuk berduel satu lawan satu.

Shani sebenarnya malas karena mereka sudah sering berduel satu lawan satu dan hasilnya selalu imbang. Tapi, mau tidak mau Shani selalu menerima tawaran itu. Jadi, setelah menghabiskan kopinya, Shani berangkat ke suatu tempat yang cukup lapang untuk bertarung.

Shani sampai di tempat yang biasa digunakan untuk berduel, tempat itu luas dengan gedung yang mengelilinginya. Di sana sudah ada Ariel yang sedang menghisap rokok.

"Gue kira lo gak dateng." Ucap Ariel lalu mematikan rokoknya.

"Bukannya gue selalu dateng ya?" Sinis Shani.

"Ya, tapi lo selalu telat. Gue greget dengan hal itu." Kekeh Ariel.

"Ayolah, gue sibuk gak kayak lo." Balas Shani.

Tanpa ada percakapan lagi, keduanya saling bersiap untuk bertarung. Ariel seperti biasa memulai serangan. Mereka saling jual beli serangan, kekuatan mereka imbang.

Sampai ada kunai yang meluncur ke arah mereka, Ariel dan Shani sama-sama mundur menghindari kunai itu.

"Api biru!!" Seru Shani dan Ariel kompak.

Shani dan Ariel segera menghentikan pertarungan dan melihat kunai itu bersama-sama. Ada kertas yang tertancap.

Tidak ada gunanya bertarung

Shani melihat ke atas gedung yang dia yakini asal dari kunai itu. Terlihat seseorang dengan hoodie dan masker hitam, wajahnya tidak terlihat.

"Di sana!" Ucap Shani.

Ariel menoleh, tapi orang itu segera pergi dengan tiba-tiba. Shani dan Ariel saling memandang.

"Apa artinya ini?" Tanya Ariel.

"Apa dia akan segera muncul?" Tanya Shani balik.

Dia yang dimaksud Shani adalah pengguna api biru yang tidak bisa dikalahkan oleh siapapun. Dia ditakdirkan untuk membantu salah satu bagian dan menghancurkan bagian lainnya.

"Dia bakal bantu gue atau lo? Atau malah nggak memihak?" Tanya Ariel.

Shani dan Ariel kini malah duduk bersila dan saling berhadapan. Pertarungan mereka ditunda.

"Gak tau, kayaknya bantu gue sih." Jawab Shani.

"Sebenarnya kita bisa damai nggak sih?" Ariel menatap langit.

"Bisa aja, tapi lo tau kan. Anak buah kita nggak bisa damai." Ucap Shani.

"Jujur aja gue capek kayak gini terus." Ujar Ariel.

"Jalanin aja, toh kita juga bakalan imbang terus sampai api biru keluar." Shani terlihat santai.

Shani dan Ariel sebenarnya tidak bermusuhan yang sampai benar-benar menyimpan dendam. Keduanya bisa saja akur seperti sekarang. Bahkan terkadang mereka bisa saling bercanda.

"Eh, lo masih jomblo ye?" Ledek Ariel.

"Gue udah punya pacar ya. Walaupun rasanya tetep aja kek jomblo." Shani melirihkan kalimat kedua.

"Gue dong, masih bahagia sama Amel." Ariel tertawa.

"Bacot lo." Sarkas Shani.

"Karena kita nggak jadi berantem, gue pulang duluan ye. Takut PACAR gue nyariin." Ariel menekankan kata pacar.

"Anjing emang tuh anak." Umpat Shani setelah Ariel cukup jauh.

Shani kembali ke markas, cafe sudah buka dan ada beberapa pelanggan yang sedang menikmati kopinya. Shani tidak jadi masuk, dia berjalan-jalan di sekitar wilayahnya.

Saat sedang berjalan melewati sebuah gedung yang tidak terlalu tinggi, ada batu kecil mengenai kepala Shani. Tidak terlalu sakit, tapi membuat Shani kesal. Dia mendongak dan mendapati kekasih hatinya melambaikan tangan.

Shani segera mencari cara supaya bisa mencapai rooftop tempat Gracia berada. Setelah menemukannya, Shani segera naik ke atas.

"Gege!! Kangen." Shani menubruk Gracia dari belakang.

"Ya elah, belum ada 4 jam kita nggak nggak ketemu." Ucap Gracia malas.

"Tapi udah kangen tau." Shani cemberut.

Shani selalu saja manja jika bersama Gracia, entah karena apa.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Shani.

"Mau bunuh diri." Jawab Gracia asal.

"Heh!! Kamu tega buat aku jomblo lagi?!" Kesal Shani.

"Gue disini habis ketemu Anin." Ucap Gracia.

"Anin siapa?" Tanya Shani penasaran.

"Pacar pertama gue lah." Jawab Gracia.

"Ha?! Jadi aku ini kedua? Gege, kamu tega banget." Shani berkaca-kaca.

"Nggak sayang enggak. Bercanda doang kok." Kekeh Gracia.

"Kalau beneran aku langsung lempar kamu dari sini." Kesal Shani.

"Tega emang?"

"Ya jelas enggak lah. Kamu kan kesayangan aku, mending dicium dari pada dilempar." Shani mengecup pipi Gracia.

Gracia tertawa meresponnya, dia merangkul Shani supaya Shani bersandar di pundaknya. Shani menurut, Gracia mengusap-usap kepala Shani dengan lembut.

"Jangan pergi Ge, aku suka rindu tiba-tiba sama kamu."









































TBC

ANTARA MERAH DAN BIRU [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang