Ketika kegembiraan istirahat dimulai, murid-murid berbondong-bondong menuju kantin, tempat mereka bisa melepaskan kepenatan pelajaran dan menikmati santapan ringan. Suasana kantin yang ramai dan berisik menjadi saksi betapa dinantikan waktu istirahat oleh semua.
Di tengah keramaian, Kevin, Dimas, dan Rindra dengan cepat mengamankan satu meja yang tersisa. Mereka tidak ingin kehilangan tempat duduk saat ruang makan sudah penuh sesak.
"Mira!" panggil Rindra dengan lantang, memperhatikan temannya yang tampak bingung mencari meja kosong. Mira merespons panggilan temannya dan bergabung dengan mereka.
"Ayo, join sama kita, Mir. Meja lain udah penuh semua" ajak Rindra, memberikan alasan yang masuk akal untuk mengajak Mira bergabung.
Mira setuju dengan ajakan temannya, menghela nafas lega karena tidak harus berdiri mencari meja makan sendiri.
Setelah mereka duduk bersama, Mira memperhatikan Abel, seorang teman sekelasnya dari masa SMP, yang tampak kebingungan mencari tempat duduk. Tanpa ragu, Mira memanggilnya.
"Abel!" panggil Mira dengan suara ceria, memperhatikan reaksi Abel yang terkejut.
Abel tersenyum lega saat menyadari bahwa Mira juga berada di sini. "Mira, aku gak nyangka loh kamu juga sekolah di sini" ucapnya sambil menghampiri meja mereka.
"Iya, orang tuaku akhirnya gak jadi pindah. Jadi aku putusin buat sekolah di sini. Oh iya, kamu udah dapet tempat?" tanya Mira dengan ramah.
Abel menggelengkan kepala dengan sedikit kekecewaan. "Belum nih, Mira. Udah dari tadi muter-muter tapi meja udah penuh semua" jawabnya.
Mira dengan cepat mengundang Abel untuk bergabung dengan mereka. Kevin pun menyambut ajakan itu dengan hangat. "Sini aja, ayo, gabung sama kita. Masih lega juga di sini. Siapa tahu kita bisa jadi teman baru" ucapnya penuh semangat.
Senyum Abel terpancar, merasa bersyukur karena akhirnya mendapat tempat untuk bersantai. "Boleh aku ajak teman-temanku juga?" tanyanya memastikan.
"Boleh banget kok, Bel. Ajak aja mereka kesini," jawab Mira dengan senyum ramah.
Abel pun mengajak Aryo, Rena, dan Rangga, teman-teman sekelasnya, yang masih mencari meja makan. Mereka dengan senang hati menerima undangan Abel untuk bergabung.
Setelah berkumpul di meja, mereka menikmati istirahat mereka dengan berbagi cerita dan tawa. Meskipun waktu istirahat cepat berlalu, momen itu akan selalu dikenang sebagai saat-saat yang menyenangkan bersama teman-teman baru.
oooOooo
Setelah dua jam belajar berlalu, bel penanda waktu pulang berbunyi, mengakhiri sesi pembelajaran hari itu.
Kriiing...kriiing...kriiing...
Para murid dengan cermat merapikan buku-buku dan alat tulis mereka, sambil berbasa-basi dengan teman-teman sebangku. Mereka juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan berpamitan kepada guru yang telah mengajar di kelas.
Kedelapan murid yang tadi berkumpul di meja makan kantin kini berkumpul kembali di depan gerbang sekolah, siap untuk pulang bersama-sama. Mereka memilih untuk pulang jalan kaki, memilih momen tersebut untuk menciptakan kenangan yang berkesan, meskipun sebenarnya mereka bisa saja menelepon sopir mereka.
Di perempatan jalan, mereka terpisah sesuai dengan arah rumah masing-masing. Kevin, Mira, Abel, dan Rangga berjalan ke arah kiri, menuju rumah mereka yang berada dalam satu arah. Sedangkan Dimas, Rindra, dan Aryo memilih jalan lurus, sesuai dengan arah rumah mereka yang berdekatan. Rena, seorang diri, memilih untuk berjalan ke arah kanan, menuju rumahnya yang terletak lebih jauh.
Meskipun terpisah oleh arah rumah, mereka tetap merasa bersama dalam persahabatan yang telah terjalin di sekolah. Mereka saling berjanji untuk bertemu lagi besok, dan dengan senyum di bibir, mereka berpisah dengan harapan akan kembali berkumpul di hari-hari berikutnya.
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Survive In School [REVISI]
Научная фантастикаCerita ini dimulai di sebuah SMA yang terletak di pinggiran kota besar. Suasana harian sekolah berlangsung biasa hingga suatu hari sebuah virus misterius menyebar dengan cepat, mengubah orang-orang menjadi zombie ganas. Saat kekacauan melanda, delap...