Setelah terjadi kepanikan di sekitar sekolah, pihak sekolah meminta semua murid untuk tetap tenang dan mengarahkan mereka kembali ke kelas masing-masing, meskipun keadaan membuat mereka merasa depresi. Meskipun terus mencoba menghubungi keluarga, mereka tidak mendapat balasan apa pun.
Petugas keamanan sekolah mendengar suara teriakan dari UKS dan segera mendatangi lokasi tersebut. Mereka menemukan Indri tergeletak penuh darah, telah tergigit dan terinfeksi oleh virus dari Dina, anak salah satu pekerja pabrik yang terpapar virus dari orang tuanya.
Ketika Indri bangun, ia menyerang petugas keamanan dan mulai berubah menjadi makhluk menyeramkan. Kegaduhan ini membuat siswa di kelas sekitar panik dan berlarian tanpa arah.
Pihak sekolah memberikan pengumuman melalui pengeras suara agar semua murid dan guru yang belum terinfeksi segera berlari ke aula. Meskipun letak aula di lantai 4 membuat perjalanan melelahkan, mereka tidak punya pilihan selain berusaha mencapainya.
Setelah melewati tangga selama kurang lebih 20 menit, mereka sampai di aula dan segera menutup dan mengunci pintunya. Mereka menggunakan meja di dalam aula untuk menahan pintu. Di dalam aula hanya menyisakan 63 murid dan 4 guru dari 380 murid dan 23 guru.
Namun, Bu Siti, Mira, dan Dea dihadang oleh tiga zombie sebelum mereka sampai di aula. Mereka terpaksa berlari ke gudang di lantai 3 dan mengunci pintunya dengan meja-meja yang ada di dalam gudang.
"Situasinya gak menguntungkan, Bu. Kita jauh dari aula" ucap Dea sambil menangis.
"Kita harus tetap tenang dan menunggu sampai para zombie pergi dari depan pintu gudang" jawab Bu Siti, memandang ke arah pintu dengan penuh kekhawatiran.
Saat para murid lainnya tiba di aula, suasana penuh kecemasan memenuhi ruangan. Mereka meneteskan air mata yang meluncur deras dari mata mereka, mencerminkan kekhawatiran dan ketidakpastian mereka atas keadaan yang sedang terjadi. Para guru berusaha menenangkan para murid yang sedang menangis, mencoba memberikan dukungan dan harapan di tengah situasi yang suram.
Meskipun berada di tempat yang relatif aman, para murid masih mencoba menghubungi keluarga mereka untuk memberi tahu bahwa mereka baik-baik saja. Namun, kepanikan semakin memuncak saat mereka menyadari bahwa jaringan komunikasi sedang down, membuat mereka terisolasi dari dunia luar dan meningkatkan ketakutan akan nasib keluarga dan teman-teman mereka di luar sekolah.
Dalam ketidakpastian tersebut, para murid dan guru terus berusaha menjaga ketenangan dan mencari cara untuk bertahan. Mereka saling memberi dukungan dan mencoba menjaga semangat agar tetap kuat di tengah situasi yang menakutkan dan tidak terduga ini.
Saat bu Siti, Mira, dan Dea terjebak di dalam sebuah gudang, mereka terus mencari cara untuk menyusul murid lainnya di aula.
Setelah sekitar satu jam berada di gudang, mereka bertiga memutuskan untuk menghadapi para zombie yang menunggu di luar gudang. "Kita gak bisa terus-terusan nunggu di sini, Bu" ucap Mira dengan tegas, menatap bu Siti.
"Tapi, kita gak tahu apa yang akan terjadi jika kita keluar" sahut bu Siti, memandang Mira dengan cemas.
"Saya punya satu ide, Bu, biar kita bisa keluar dari gudang ini dan nyusul murid lainnya di aula" ujar Mira, mencoba memberikan solusi.
"Cara apa yang kamu maksud?" tanya bu Siti, ingin tahu.
"Kita harus melawan mereka!" jawab Mira, mantap.
"Hah? Lawan mereka? Kamu gila, Mir!" protes Dea, berlinang air mata.
"Mau sampai kapan kita terjebak di sini terus? Salah satu cara adalah ya ngelawan mereka" tegas Mira, memandang Dea dengan serius.
"Baiklah, jika itu jalan satu-satunya, aku ikut" ujar Dea, meskipun terlihat ketakutan.
Kemudian Mira mengambil sebuah sekop pasir yang ada di dalam gudang, sementara bu Siti mengambil tongkat baseball dari pojok kanan gudang.
"Kalian siap?" tanya Mira kepada bu Siti dan Dea.
"Ya, saya siap" jawab bu Siti dengan mantap.
"Aku juga siap" kata Dea, meskipun masih merasa takut.
Mira membuka pintu gudang perlahan dan mereka bergerak keluar dengan hati-hati, diikuti oleh bu Siti dan Dea.
Mereka menuju tangga agar bisa naik ke aula yang berada di lantai empat. Saat mereka berjalan perlahan, bu Siti tanpa sengaja menginjak kaleng soda di lantai. Suara yang dihasilkan membuat para zombie yang menunggu di luar gudang langsung menoleh ke arah mereka.
Para zombie mulai mengejar mereka dengan cepat. Mira, bu Siti, dan Dea berlari secepat mungkin ke arah tangga menuju aula. Namun naas, Dea terjatuh saat sedang berlari, membuat bu Siti kaget. Bu Siti segera membantu Dea untuk berdiri, tetapi saat itulah salah satu zombie menggigit bu Siti. Dea, yang melihat kejadian itu, segera mengambil tongkat baseball yang dipegang oleh bu Siti dan memukul zombie itu dengan keras dan tanpa ampun.
"Gak bisa Dea, udah terlambat! Bu Siti gak bisa diselamatkan!" kata Mira, menarik Dea agar segera melanjutkan lari ke arah aula.
Mereka sampai di depan pintu aula, namun pintunya sudah dikunci dari dalam. Mira pun menggedor-gedorkan pintu aula tersebut dengan keras. Pak Bagas, yang mendengar suara tersebut, terkejut melihat Mira dan Dea di luar bersama para zombie yang semakin mendekat. Dia segera membuka pintu aula untuk mereka berdua masuk, lalu menutup kembali pintu tersebut dan menahannya dengan meja yang besar.
"Sialan! Mereka makin dekat!" ucap Mira, bernafas berat, sementara Dea masih mencoba mengatasi ketakutan yang melandanya.
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Survive In School [REVISI]
Fiksi IlmiahCerita ini dimulai di sebuah SMA yang terletak di pinggiran kota besar. Suasana harian sekolah berlangsung biasa hingga suatu hari sebuah virus misterius menyebar dengan cepat, mengubah orang-orang menjadi zombie ganas. Saat kekacauan melanda, delap...