Pukul 05.00 pagi, suasana di aula sekolah mulai terasa dingin. Para murid dan pak Bagas telah bangun dari tidur mereka, dan rasa lapar mulai terasa di perut mereka setelah semalaman tidak makan.
"Pak, kita lapar! Gimana kita bisa dapetin makanan?" ucap Dimas dengan kegelisahan.
Pak Bagas menghela nafas. "Saya khawatir gak ada pilihan lain selain tetap bertahan di sini" jawabnya dengan rasa pasrah.
"Kalau gitu, saya yang bakal pergi ke kantin buat cari makanan" kata Kevin.
"Aku juga ikut" tambah Mira.
"Pertaruhkan nyawa kalian untuk dapat makanan? Apa itu aman?" tanya pak Bagas dengan cemas.
"Pak, kita harus ngelakuin sesuatu. Kita gak bisa cuma diam aja dan nunggu" kata Mira, mencoba meyakinkan pak Bagas.
Abel yang mendengar percakapan mereka, segera membuka sebuah denah sekolah yang ia temukan di laci meja aula.
"Ini denah sekolah. Kita bisa turun ke lantai pertama, lewat lorong menuju kantin utara. Udah pasti itu bahaya, tapi apa kalian siap?" jelas Abel.
"Kita siap!" sahut Adit dan Zahra, dua siswa yang baru bergabung.
"Oke, kita coba" kata pak Bagas.
Mereka bersiap-siap untuk pergi, membawa senjata untuk melindungi diri dari zombie. Pak Bagas membawa tongkat baseball, Mira membawa sekop pasirnya, dan Kevin membawa linggis. Adit dan Zahra hanya membawa tas kecil untuk membawa makanan yang mereka temukan di aula.
"Tolong tetap di sini dan jaga diri kalian baik-baik" perintah pak Bagas pada siswa yang tinggal di aula.
Mereka berlima mulai berjalan menyusuri tangga menuju lantai tiga.
"Sampai kapan kita terus seperti ini? Aku pikir pasukan khusus akan segera datang menyelamatkan kita" kata Zahra saat mereka berjalan.
"Mungkin pasukan khusus gak tahu kalau kita ada di sini" jawab Mira.
Setibanya di lantai tiga, mereka mulai mencari jalan menuju kantin utara. Tetapi mereka menemui rintangan baru, yaitu zombie-zombie yang berkeliaran di sekitar.
"Di sinilah kesulitannya, ayok kita siap-siap" ujar Kevin, mempersiapkan diri untuk pertempuran.
Mereka berhasil membersihkan beberapa kelas dan mengunci pintunya untuk menahan zombie. Namun, saat mereka mencapai tangga menuju lantai dua, mereka melihat bahwa jumlah zombie jauh lebih banyak dari yang mereka perkirakan.
Mereka berlari menuju kelas kosong untuk berlindung, tetapi dalam kepanikan, Adit secara tidak sengaja terjatuh karena menginjak tali sepatunya yang lepas. Zahra yang melihatnya kini berbalik dan membantu Adit berdiri. Zombie semakin dekat dengan mereka, dan dengan bodohnya Adit mendorong Zahra ke arah zombie.
"Maaf" kata Adit sambil melanjutkan larinya.
Mira yang melihat kejadian itu, ingin membantu Zahra tetapi Kevin mencegahnya.
"Zahra udah gak bisa diselamatkan lagi. Kita harus fokus pada keselamatan kita sendiri," ujar Kevin.
Mereka berhasil masuk ke dalam kelas kosong dan menutup pintunya dengan rapat. Tiba-tiba, Mira menampar Adit dengan keras.
Plak
"Kenapa kamu ngelakuin itu? Kamu gak punya hati!" bentak Mira, penuh dengan amarah.
"Gue ngelakuin itu biar kita aman, buktinya sekarang zombie-zombie itu gak ngejar kita sampai sini" balasnya.
"Mira, kamu harus tenang. Kita udah di dalam tempat yang aman sekarang" kata pak Bagas, mencoba menenangkan situasi.
"Sekarang, kita harus cari cara untuk keluar dari sini" kata Kevin.
Kevin mengingat bola pingpong yang dia bawa di saku celananya dan melemparkannya ke arah jendela kelas satu persatu.
Suara bola itu memancing para zombie di luar kelas, memungkinkan mereka untuk melarikan diri. Mereka berjalan menuju lantai satu, di mana tantangan baru menunggu mereka. Suara-suara mengerikan terdengar di lorong-lorong gelap yang mereka lewati.
Untuk menjaga situasi tetap tenang, mereka harus terus berjuang dan bekerja sama.
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Survive In School [REVISI]
FantascienzaCerita ini dimulai di sebuah SMA yang terletak di pinggiran kota besar. Suasana harian sekolah berlangsung biasa hingga suatu hari sebuah virus misterius menyebar dengan cepat, mengubah orang-orang menjadi zombie ganas. Saat kekacauan melanda, delap...