Sinar mentari telah menjemput mereka dengan sejuta kehangatan. Tepat pada pukul 07.00 mereka semua terbangun dari tidurnya. Mereka mulai membersihkan diri dan menuju ke lantai dasar karena bu Nina sudah menyiapkan sarapan untuk mereka.
"Maaf,ibu hanya ada persediaan mie instan. Semoga kalian suka ya." ucap bu Nina sambil memberikan satu persatu mangkok yang berisi mie instan kepada kesebelas anak itu.
"Gak-papa bu,kami bersyukur kok masih bisa sarapan pagi. Sebelum itu terima kasih." balas Abel ramah.
"Jangan terus-terusan terima kasih,anggap aja keluarga sendiri." timpal pak Haris.
"Gimana pun juga kami tetap tamu di rumah ini." sahut Aryo.
"Yaudah kalian sekarang makan,abisin ya!" ucap bu Nina.
"Baik bu,selamat makan!" seru Aryo.
Mereka langsung makan mie instan yang dibuat oleh bu Nina. Mereka makan dengan sangat lahap sampai tak tersisa sedikit pun. Setelah selesai makan,mereka sedikit mengobrol tentang hal-hal kecil yang mereka pernah alami. Hingga keluar suatu pertanyaan yang dilontarkan pak Haris membuat mereka terdiam.
"Apa tujuan kalian setelah ini?" tanya pak Haris.
"Tujuan kami setelah ini melanjutkan perjalanan menuju bandara Soekarno-Hatta. Kami dengar disana ada posko bantuan." balas Arsa.
"Apa kalian yakin akan kesana dengan kondisi seperti ini? Sementara semua kendaraan disekitar sini sudah tidak layak." tanya lagi pak Haris.
"Kami yakin,dengan kami bekerja sama dan kompak pasti kami akan berhasil! Untuk kesana mungkin kami akan jalan." balas Devan.
"Sebelum kalian pergi,ayo kalian ikut saya dulu!" ajak pak Haris.
"Ikut kemana?" tanya Dimas.
"Lihat saja nanti,pasti kalian akan terkejut." balas pak Haris.
Pak Haris dan bu Nina memimpin jalan kearah tangga menuju ruang bawah tanah. Saat sampai di ruang bawah tanah,pak Haris membuka pintu sebuah ruangan hingga menampilkan sesuatu yang sangat epik hingga membuat kesebelas anak itu terkejut.
Ruang senjata,banyak senjata dari yang berukuran besar hingga ukuran yang sangat kecil tertata rapih di ruangan itu hingga tampak mengesankan.
"Wow" kagum Mira dan yang lain.
"Ngomong-ngomong dari mana kalian dapat senjata sebanyak ini?" tanya Aryo penasaran.
"Dulu kami berdua adalah seorang pedagang senjata ilegal." balas pak Haris.
"Hah? Senjata ilegal?" kaget Aryo tak percaya.
"Hmm,tapi sejak kematian anak kami,kita berdua tidak pernah membuka ruangan ini lagi." jelas bu Nina.
"Kalian punya anak?" tanya Dina.
"Iya,kami punya seorang gadis berusia 6 tahun. Dua tahun lalu,kami masih aktif memperjualbelikan senjata-senjata ilegal ini. Hingga suatu hari,kami lupa mengunci ruang senjata ini hingga anak kami masuk ke dalam ruangan ini. Ia asik bermain salah satu pistol yang masih berisi beberapa peluru hingga ia tak sengaja menarik pelatuknya. Anak kami tertembak tepat di bagian dada,sejak kejadian itu kami menyesal menjual senjata-senjata ini. Tapi untuk keselamatan,kalian boleh membawa beberapa senjata disini." jelas bu Nina yang sudah mengeluarkan air mata karena menceritakan masa kelam kematian anak perempuannya.
"Maaf sudah bertanya hal yang membuatmu sedih,dan kami turut berduka cita atas kematian anak kalian satu-satunya." ucap Kevin.
"Tak apa,semuanya udah berlalu. Kalo gitu kalian cari senjata yang ingin kalian pakai." balas pak Haris.
Rupanya kesebelas anak itu hanya mengambil pistol satu persatu beserta peluru yang lumayan banyak. Tak lupa juga mereka membawa beberapa senter dan kotak P3K untuk perjalanan nantinya.
"Kalian yakin hanya membawa pistol itu?" tanya pak Haris.
"Ini saja sudah cukup bagi kami." balas Aryo.
Mereka kemudian berjalan menuju pintu belakang karena pintu depan sudah dipenuhi oleh beberapa zombie.
"Apa kalian yakin tidak akan ikut kami?" tanya Aryo sebelum meninggalkan gedung itu.
"Tidak,rumah kami disini." balas pak Haris.
"Baik kalau begitu,kalian harus tetap hati-hati." ucap Aryo.
"Pasti,oh iya maaf kami berdua hanya bisa menolong kalian sampai sini saja. Kalau kalian berjalan tanpa hambatan,mungkin kalian membutuhkan waktu sehari untuk sampai ke bandara Soekarno-Hatta. Gunakan pistol hanya untuk keadaan darurat karena suara dari pistol itu akan menarik perhatian mereka. Hemat peluru,jika keadaan tidak mendesak hajar mereka menggunakan tongkat baseball,linggis,dan sekop yang kalian bawa. Cari makanan dan minuman yang masih layak untuk dikonsumsi. Bertahan semampu kalian dan hati-hati. Dan bawa walkie-talkie ini,suatu saat kalian akan membutuhkannya." ucap panjang bu Nina sambil memberikan sepasang walkie-talkie.
"Gak-papa bantuan kalian ini sangat berharga buat kami. Terima kasih atas bantuannya kemarin dan hari ini dan kami minta maaf apabila kami merepotkan." balas Aryo ramah.
"Gak repot sama sekali,malah kalian sudah kami anggap seperti anak sendiri." sahut bu Nina.
"Yaudah bu,pak kami pergi ya. Jaga diri kalian baik-baik dan doakan kami agar sampai tujuan dengan selamat." ucap Aryo hanya dibalas anggukan oleh keduanya.
Aryo membuka perlahan pintu belakang gedung itu agar tak menimbulkan suara yang akan mengakibatkan datangnya makhluk aneh itu. Saat terbuka lebar,Aryo menoleh kearah kanan dan kiri untuk memastikan bahwa benar-benar tidak ada satu zombie pun disana. Dan benar saja ternyata tidak terlihat satu zombie pun disitu bahkan terlihat sangat sepi,mungkin saja zombie-zombie tersebut berkerumun di pintu depan gedung.
Lalu Aryo keluar diikuti oleh kesepuluh temannya dari belakang. Setelah memastikan bahwa Aryo dan teman-temannya sudah keluar,pak Haris dan bu Nina langsung buru-buru menutup dan mengunci pintu belakang agar mereka tetap aman. Sebelum mereka menutup pintu belakang,pak Haris dan bu Nina memberikan senyum perpisahan kepada kesebelas anak yang mereka sudah anggap seperti anak kandungnya. Aryo dan yang lainnya membalas senyum perpisahan itu dan yakin bahwa suatu saat nanti mereka akan bertemu kembali. Mereka melanjutkan perjalanan kearah inti kota lalu pergi menuju bandara Soekarno-Hatta.
To Be Continued...
-
-
-
-
-
Gimana nih part ini?
Mungkin beberapa part lagi bakalan tamat,kalian mau happy atau sad ending?
Jangan lupa bintangnya dipencet lurr....See You Next Time...
KAMU SEDANG MEMBACA
Survive In School [REVISI]
Ficção CientíficaCerita ini dimulai di sebuah SMA yang terletak di pinggiran kota besar. Suasana harian sekolah berlangsung biasa hingga suatu hari sebuah virus misterius menyebar dengan cepat, mengubah orang-orang menjadi zombie ganas. Saat kekacauan melanda, delap...