36. Penyelesaian

38 8 4
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMENTNYA ❤️

36. Penyelesaian

Hatiku terasa lega saat aku sudah menyatakan sebuah perasaaan yang lama terpendam terpendam~

***

Padang, 27  Desember 2021

Kali ini aku keluar dari kelas dengan perasaan yang cukup dikatakan baik. Tadi, dosenku sempat memberi kuis dadakan kepada kami. Untung saja, tadi malam aku sempat membaca materi yang telah kami pelajari pada pertemuan sebelumnya.

Saat aku hendak pergi dari gedung fakultas ku, aku dikagetkan dengan kedatangan Fikri yang tiba-tiba.Lelaki itu menyandang tas ransel dipundak kanannya sambil memakan sebuah permen tangkai dimulutnya.

“Dil, ikut gue yuk” ajak lelaki itu sambil menarik tas jinjingku.

“Ihhh apaan sih. Main tarik-tarik aja. Emangnya kamu siapa?” kataku kesal. Fikri ini benar-benar tipe lelaki yang menjengkelkan.

“Ayolah Dil. Ikut gue. Yang lain udah pada nungguin” kata Fikri memelas.

“Gak-gak. Aku mau langsung pulang. Nanti sore aku mau langsung balik ke Painan sampai tahun baru” jelasku pada Fikri.

“Buset. Serius lo Dil? ntar sore lo mau balik kampung?” kaget lelaki itu sambil mengeluarkan permen tangkainya dari mulut.

“Iya. Emang kenapa?”tanyaku heran.

“Ahhh, pokoknya sekarang lo ikut gue aja deh. Maap ye ukhti. Gue harus bawa lo dengan cara kasar” setelah mengatakan hal itu Fikri langsung menarik tanganku untuk mengikutinya.

Aku yang ditarik pun kaget bukan main. Apalagi saat ini orang sedang ramai. Bisa-bisa aku dan Fikri jadi bahan gosip mahasiswi.  Lelaki itu terus menarik tanganku sampai akhirnya dia melepaskan tanganku di sebuah cafe dekat kampus.

“Kamu apa-apaan sih. Gak sopan banget” kataku marah. Ku lihat pergelangan tanganku yang cukup merah karena tarikan paksa lelaki itu.

“Iya maap. Gua udah ngomong baik-baik lo gak mau ikut gue. Yaudah gua paksa aja” katanya sambil merapikan letak tas yang ada di pundaknya.

Aku melihat keadaan sekitarku. Aku mengenali tempat ini, karena ini merupakan salah satu tempat yang sering dikunjungi mahasiswa kampusku.

“Ngapain kita kesini?” tanya ku pada Fikri.

“Ya mau makan lah. Terus mau ngapain lagi. Masa iya mau nyantet orang” setelah mengatakan hal itu fikri langsung masuk kedalam. Tanpa pikir panjang langsung saja aku mengikuti lelaki itu.

Fikri duduk diantara tiga orang yang sangat ku kenali. Siapa lagi kalau bukan Andra, bang Fajar dan kak Hani. Sungguh, saat ini rasanya aku ingin menjambak rambut Fikri sekencang-kencangnya. Tidak kah lelaki itu tahu jika hubunganku dengan kak Hani sedikit tidak baik.

“Dil ayo sini” Panggil bang Fajar. Dengan ragu aku mendekat pada meja itu.

Aku duduk di antara Fikri dan kak Hani. Awalnya aku sedikit ragu. Aku takut jika kak Hani masih marah padaku. Namun tak ada pilihan lain. Kursi yang kosong hanya itu.

“Susah banget ngajak ni bocah kesini. Banyak tanya banget” kata Fikri lalu menyeruput jus jeruk yang ada dihadapannya.

“Btw, yang nyuruh lo kesini si Hani. Bukan gue. Ogah banget gue tarik-tarik tangan lo. Mending gue ngapelin teman lo dah. Siapa tu namanya, si yeti kan”

SCHEIDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang