01. Awal

386 156 58
                                    

AWAL

Perkenalan kita pada saat itu sangatlah indah. Hingga akhirnya, terpisah karena sebuah salah~

***

Perawang, Juli 2018

Namaku Arthira Ardillah, teman-teman biasa memanggil ku dengan sebutan Dilla. Bulan Desember nanti tepatnya pada tanggal 13 aku genap berusia enam belas tahun. Tak ada harapan khusus yang ku inginkan saat aku berusia enam belas tahun nanti. Aku hanya ingin keluarga ku tetap bahagia walaupun tanpa digelimangi harta.

Bisa dikatakan aku bukan tipe orang yang mudah bergaul, karena hampir setiap lebaran teman-teman yang datang kerumah ku itu-itu saja orangnya. Sampai-sampai ayah dan bundaku hapal nama panjang mereka.
Tahun ini, adalah tahun pertama dimana aku sudah menggunakan seragam putih abu-abu. Kata mereka diluaran sana masa SMA adalah masa-masa terindah dalam hidup. Kalian setuju tidak dengan pernyataan itu? Ntahlah, bagiku semuanya akan terasa sama saja. Atau mungkin bisa lebih buruk dari apa kata mereka.

Pagi ini, hari pertama ku belajar efektif dikelas. Karena beberapa hari yang lalu kami melakukan masa orientasi siswa. Tak ada yang berkesan pada waktu itu. Hal yang paling berkesan menurut ku justru pada saat kemah blok.

Ketika kemah blok kami akan di bagi dalam beberapa sanggah, dan akan tidur dalam ruangan yang sama. Tidak cukup buruk, karena ruangan yang kami tiduri adalah ruangan kelas yang cukup luas. Sayup-sayup terdengar suara adzan magrib yang berkumandang. Ketika aku hendak mengambil wudhu ke toilet, ada segerombolan orang-orang yang berkumpul, wajah mereka ku lihat juga cukup panik.

“ Eh Dil, ada apaan tu? Kok kayaknya rame banget” kata Liony. Liony adalah salah satu teman dekatku. Kami berempat (Aku, Andina, Nurhayeti, dan Liony) sudah berteman sejak kelas satu SMP.

“ Aku juga gak tahu” kataku sambil mencari sendal jepit bewarna coklat milikku. Setalah itu kami berdua pun berjalan kearah sana, sambil menyelip-nyelip untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

“ Oalah, kakinya terkena paku toh” kata liony sambil mengangguk-angguk kan kepalanya.

“ Kaki siapa?” tanya ku penasaran.

“ kakinya si Natha, sangga sebelah. Tapi udah diobati sama kak Devi dan bang Charlos kok” ucapnya.

Sekilas dapat kulihat jika bang Charlos sedang berusaha menuntun kaki Natha menuju keran untuk dibersihkan. Kak Devi juga sudah menyiapkan perban luka beserta gunting. Seketika aku merasa pernah mengalami kejadian ini. Tepat di tahun 2009 lalu.

***

Perawang, 2009

Pagi itu kami sedang bermain-main di halaman masjid. Karena waktu itu habis melakukan kegiatan goro untuk menyambut suatu acara. Aku dan teman-teman ku yang perempuan asik bermain sambil membuat lingkaran dengan nyanyian. Didampingin dengan guru kami pastinya. Namanya buk Pit. Bertubuh besar, namun sangat penyayang. Ia pun ikut menyanyikan lagu untuk menambah kesenangan.

“ Bunga tertutup. Bunga terbuka. Datang seorang putri ingin menari-nari”

Sekiranya itulah yang kami nyanyikan hingga lagu tersebut habis, dan ada satu orang yang berhitung dari satu sampai sepuluh dengan mata tertutup.

SCHEIDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang