10. Mulai Terbiasa

188 114 12
                                    

Mulai Terbiasa

Semenjak kita bertatap muka pada waktu itu ku putuskan untuk bersikap biasa saja saat bertemu denganmu~

***

Perawang, 2019

Aku duduk dibangku depan kelas ku, kelas sebelas ipa dua. Ada sekitar lima orang yang duduk bersamaku. Ntah apa-apa saja yang kami bahas saat itu aku pun juga tak mengingatnya. Yang jelas tepat di hari itu kami tengah menggunakan baju batik khas siak, dan sedang menunggu ulangan harian biologi.

Buku biologi dengan penertbit Erlangga sudah ada digenggamanku. Ku baca berkali-kali buku itu dengan seksama. Setelah itu ku jawab soal-soal yang tertera di dalam sana. Feeling ku mengatakan jika soal yang menjadi ulangan harian kami berasal dari buku mandiri biologi.

Tak lama kemudian guru biologi kami pun datang. Ulangan harian kali ini seperti biasa dibagi menjadi dua sesi. Dan aku pun masuk di sesi pertama. Aku bersyukur karena aku masuk sesi pertama karena setelah itu aku bisa kembali menghafal teks ceramah ku untuk pelajaran bahasa Indonesia nanti.

Kurang lebih sekitar satu jam aku mengerjakan soal biologi yang kurasa tidak terlalu susah karena aku sudah mempelajari nya semalaman. Apalagi soal-soal itu sebagian besar diambil dari buku yang sudah ku pelajari.
Keluar dari ruangan kelas aku pun kembali duduk. Tampak oleh ku anak kelas sebelas ipa satu yang tampaknya sedang jamkos alias jam kosong. Tergerak hatiku untuk kesana untuk sekedar bercerita. Nampak olehku Sindy, Syifa, Anggra dan Putri yang juga sedang duduk-duduk di depan kelas mereka.

“Dil, sinilah” ucap Putri memanngilku.

Ketika mendengar panggilan Putri tanpa pikir panjangaku pun menghampiri mereka.

“Kok diluar Dil?” tanya Putri lagi

“Baru selesai ulangan harian biologi put. Yang udah selesai boleh keluar” jawabku

“ Susah gak Dil soalnya?” tanya Syifa

“Kalau belajar enggak susah kok” jawabku seadanya.

“ Biologi itu terasa susah waktu kita tidak mengetahui nama-nama latinnya” keluh Anggra

“ Betul banget tu Nggra” jawabku menyetujui perkataan Anggra.

“ Kantin yuk “ ajak ku pada mereka berempat.

“Yaelah Dil. Baru aja kami dari kantin beli gorengan” kata Syifa sambil menunjukkan gorengan yang ada di tangannya.

“Gorengan everyday ya Syif” kata ku sambil terkekeh.

“ Yuk dil, Ke kantin. Anggra mau belik nabati ni” ajak Anggra.

Kami berdua pun pergi ke kantin yang ada di samping kelas kami.

Anggra membeli nabati rasa coklat, sedangkan aku bingung ingin membeli apa.

“Dilla mau belik apa ?” tanya Anggra

“Gak tau. Bingung nih” ku lihat lihat jajanan yang ada di kantin. Namun tak satupun makanan yang dapat menarik perhatianku.

“ yaudah deh. Aku beli nabati juga” ucapku sambil tertawa.

Wafer rasa coklat itu sangat ku sukai. Hampir setiap hari aku dan Anggra membelinya. Namun setengah isinya selalu saja diminta oleh teman-temanku.

***

Waktu ishoma telah tiba. Kali ini aku memutuskan tetap di kelas karena ada sesuatu yang ingin ku selesaikan. Banyak orang yang berlalu lalang di depan kelasku sambil menjinjing makan siang mereka. Bagi yang muslim juga ada yang sudah bersiap-siap mengambil wudhu untuk sholat zhuhur.

SCHEIDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang