Jangan jadi silent readers kalau suka klik tanda bintang okay ⭐
🕊️🕊️🕊️
Atlas sedang menyeduh susu coklat favoritnya. Sedangkan Azzam tengah membaca koran. Papanya selalu sibuk dengan pekerjaan dan jarang memberikan kasih sayang. Omongan Azzam juga kasar. Berbeda sama almarhum kakek penyayang dan lembut hatinya. Sekarang Azzam menutup koran.
"Gimana sekolah kamu?" tanya Azzam datar.
Di sana perbincangan serius terjadi. Cowok itu malah menjawabnya pendek. "Baik!" Tanpa menatap manik mata papanya. Tangannya sibuk menyentuh game ponsel. Lalu Gina Mamanya datang membawa kopi baru saja di seduh. Kemudian ikut nimbrung berbicara.
"Serius banget main game-nya ditaruh dulu terus makan nasi gorengnya."
"Bentar lagi!" ucap Atlas sibuk menekan tombol pada layar ponselnya. Sesekali berteriak menimbulkan suara berisik.
"Taruh gak! Papa bilang berhenti!" ucap Azzam memperlihatkan emosi.
Papanya menampar dirinya. Sehingga menimbulkan bekas merah di pipi. Sejak kecil sudah terbiasa di pukul, atau ditendang pun pernah. Apa pun dilakukan Azzam selalu salah di mata papanya. Apalagi semenjak kematian Kak Adrian semua menyalahkan Atlas dianggap pembawa sial di dalam keluarganya ini. Terbentuknya sifat itu menjadikan dia kasar, kepada siapa pun. Cowok tadi tertawa lepas tanpa merasakan perih.
"Bangsat! Papa gak punya otak."
"Berani kamu ngomong kasar? Papa akan putus semua fasilitas kamu."
"Putusin aja! Ma, aku berangkat." jawab Atlas melambaikan tangan.
Rasanya benar-benar bagaikan di neraka. Rumahnya sudah tidak ada ketenangan lagi. Seperti berada di sebuah tempat yang penuh kobaran api. Azzam tadi berani menamparnya. Sekarang cowok itu mencari warung di pinggir jalan mengeluarkan uang segera membeli rokok.
Rokok adalah salah satu penenang dia setelah minuman keras. Asapnya mengepul kemana-mana. Di tengah perjalanan perut Afifah sakit. Segera mencari obat di warung pinggir jalan. Ia malah bertemu Atlas. Jantung terasa mau copot. Kemudian gadis itu mengucapkan doa.
Di dalam bibirnya terukir kalimat indah berlafadzkan makna tentang kehidupan. Seketika Ibu warung menyapa hangat Afifah seperti sudah kenal lama. Setelah membeli hijabnya ditarik oleh Atlas. Merasa kesal ia menggerutu pelan.
"Lepasin!"
"Nggak bisa."
"Lepasin atau aku teriak..."
"Teriak aja gak bakalan ada yang dengar?" ucap Atlas dengan gayanya yang badboy. Senyuman jahat terlihat dia mendekat lalu membeturkan diri di tembok. Tangisan jatuh di pipinya. Untunglah ada Reyzan dia memintanya masuk ke dalam mobil. Di sana tidak sendiri ada supir jadi tidak akan terjadi fitnah.
Cowok itu membenturkan kepalanya ke tembok. Sesuatu pemandangan membuat ibu dari pemilik warung tercengang. Segera masuk ke dalam bersembunyi. Cowok tadi sangat beringas dan memberikan tatapan tajam. Atlas menaiki motornya meninggalkan warung tersebut. "Gue bakalan balas lo pada bangsat." jawabnya di dalam hati.
🕊️🕊️🕊️
Berbicara sarkas adalah bagian kehidupannya. Sekarang Atlas tengah menikmati sebungkus permen karet. Tiba-tiba ditepuk oleh anggota gengnya. Matanya menatap sekeliling cuma ada anak kecil pemilik warung sedang bermain.
Matanya melihat kereta mainan. Mirip dengan miliknya hanya saja lebih bagus dari yang dulu. Kenangan lama membuka semuanya yang semula hidupnya baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFIFAH STORY
Teen FictionAfifah Hilya Nafisha memiliki banyak beban hidup selama menjadi murid Sma. Dia cukup sering dibully dan membuatnya kurang percaya diri. Gayanya tomboy suka memegang kamera ketika berada di sekolah menjadi sebuah ciri khas. Suatu hari Afifah melapor...