6.Kesedihan Afifah

16 0 0
                                    

Jangan jadi silent readers kalau suka klik tanda bintang okay ⭐

🕊️🕊️🕊️

    Cuaca sedang baik berkawan dengan matahari kini Afifah berdiri di dapur membuat nasi goreng. Ia berencana membawa kotak bekal ke sekolah biar hemat uang jajan soalnya keuangan orangtua semakin menipis. Afifah menggoreng telur ceplok memasukkan ke dalam wajan. Suara berisik dari luar membuat gadis itu menoleh karena penasaran.

   Afifah mengangkat telur dan mematikan kompor, diluar ternyata ada Zikru bukannya malah berkerja? Lho kok pulang dengan keadaan lesuh. Afifah terkejut lekas bertanya pada ayahnya. "Ayah kenapa cepat pulang?" tanya gadis itu mengkerut.

   "Kantor tempat Ayah kerja bangkrut, jadi ayah sudah tidak ada pekerjaan." jawab Zikru lemas.

   "Apa terus gimana sama biaya hidup kita?" ucapnya menatap Farhan dan juga Mirah.

  "Tenang Ibu akan bekerja keras demi keluarga kita," Mirah menyentuh kedua pipi wajah putra-putrinya. Senyuman terkembang sempurna.

   "Aku juga bantu kok, dari hasil penjualan novel aku Ibu tenang aja!" Lanjut Farhan menambahkan. Mereka saling berpelukan tampak penyesalan dari sang suami suaminya. Zikru masuk ke kamar melaksanakan sholat memakai peci kesayangannya tangisnya jatuh kejadian tadi berat di alaminya tak sanggup menerima segala cobaan ini.

   "Ya Allah sekarang aku malu menampakkan diri ke keluarga dan anak-anak aku." Zikru menatap ke depan terus merasa bersalah. Namun apa daya takdir sudah menentukan Zikru cuma bisa berpasrah.

   Afifah mengambil tas ranselnya memasukan telur dan nasi putih. Ia tidak jadi memasak nasi-goreng. Ponsel berbunyi nada getar pesan dari sahabatnya

    From Athirah:

Lg d'mana kok blm nyampe?

    From Afifah:

Sorry aku ke sekolah agak telat dikit

    From Athirah:

Ya udh gue tunggu di kls

    Athirah menutup ponselnya, saat tiba di perjalanan menuju angkot sebuah browsur berjatuhan ia memungut kertas tersebut. Membaca, matanya membelalak lebar. Gadis itu tersenyum memasukan ke dalam ranselnya. Sebuah motor sport melaju pesat mendekati tempatnya berdiri. Segera mundur takut kena ciptratan. Mata tertuju padanya. "Ikut gue!" Tarik secara paksa.

    "Aku gak bisa!" Tangan Afifah bersentuhan ia menepis cepat sentuhan jail tadi.

    Reyzan kebetulan lewat membuka kaca mobil. Segera berbicara menaikkan sedikit intonasi berniat membantu.

   "Jangan ganggu dia!" Angkot ditunggu datang juga Afifah lekas naik menghindari kedua cowok tersebut. Tangan Afifah pegang dengan begitu jijik setelah di sentuh bukan mahramnya. Mereka belum menikah, lagi pula ia tidak ada rasa buat apa berharap lebih? Sesampainya di gerbang sekolah gadis itu berlari sebelum pintunya di tutup.

   Athirah berdiri di luar kelas menyeruput sekotak susu coklat. Rambut panjang semula diikat tergerai bebas. Seseorang menarik membuat Athirah naik-pitam. "Bege nyebelin banget sih!" Memasang kuda-kuda mulai menyerang malah harus terhenti bel sudah berbunyi. Afifah masuk di kelas belum sempat berbicara panjang lebar. Membuka buku paket mengerjakan soal bahasa Indonesia.

    Gadis itu bergidik takut Malya melintas di koridor pencipta kerusuhan muncul seperti memendam keresahan. "Ck, tuh orang pengen gue tabok sok paling keren deketin Atlas emang dia ngerasa wow di sini? Biasa aja kali." ujar Malya kesal mengerucutkan bibirnya.

AFIFAH STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang