Jangan jadi silent readers kalau suka klik tanda bintang okay ⭐
🕊️🕊️🕊️
Atlas selesai operasi dan terbangun dari tidurnya. Melirik ke samping meja mencari letak ponselnya. Perutnya masih terasa sakit. Sementara diluar Gina terlihat terkejut saat menemukan putranya terbangun.
Gina segera masuk memeluknya. Sekarang senyuman terukir lebar. "Kamu sudah sadar, Mama panik pas tau kamu masuk rumah sakit."
"Papa mana?" tanya Atlas.
"Papamu belum pulang, mungkin lembur kerja."
"Selalu saja kerja yang dipikirkan." tukasnya penuh emosi. Mendadak Atlas merasa pusing berbaring lagi. Gina keluar menuju ke arah ruangan dokter. Memberitahu kondisi putranya.
Atlas sedang lesuh banyak pikiran menganggu otaknya, semua bersumber dari gadis itu. Kepalanya sakit namun berusaha ditahan. Bayangan seorang muncul di kepala. Terus saja Atlas dibuat teringat olehnya.
Athirah baru melangkah masuk ke dalam kelas menemukan Afifah sedang memegang kamera. Dari tadi Afifah terlibat gelisah, menoleh tanpa memperhatikan Athirah. "Lo kenapa?"
"Gak, eh aku mau nanya kamu liat Kak Atlas gak tumben tuh anak telat?"
"Dia gak sekolah katanya sih sakit."
"Tau dari mana?"
"Grup chat," sahut Athirah mengeluarkan ponselnya memperlihatkan postingan terkahir di grup chat. Dirinya tidak terlalu aktif bahkan jarang bergabung, hanya sekedar masuk tanpa berkomunikasi.
Kini Afifah menggaruk tengkuknya ada perasaan bersalah merasuk ke dirinya. Athirah menariknya ke kelas mereka mengobrol di dalam membicarakan tugas, tapi Afifah sama sekali tak fokus. "Lo mikirin sesuatu? Gue tebak ini soal Atlas ya, ciee merah mukanya." Athirah menggodanya.
"Hush... apaan sih? Alay banget aku tuh gak kepikiran dia." Berusaha mengelak tentang gejolak dihatinya, Afifah memilih membuka buku sejarah tebalnya minta ampun. Takut ada kuis dadakan dari guru.
Sebuah langkah terhenti seorang cowok masuk ke dalam kelas Afifah mengenalnya. Dia selalu menjadi penolong di kala semua melakukan perundungan padanya. Cowok itu mengetuk pintu dengan sopan. "Assalamualaikum!"
"Walaikumsalam!" Tutur katanya enak di telinga. Kini memberitahukan keinginannya.
"Boleh pinjam sapu gak? Soalnya rusak cuma ada dua di kelas dipakai sama anak-anak." tutur Reyzan berkata halus.
"Pake aja kak gak papa kok!"
"Thankyou adik manis, semoga lancar pekerjaanya."
"Amin idaman banget deh, subhanallah suka sama sikapnya yang alim calon surgawi dunia bisa nuntun hambanya ke arah lebih baik, kalo mau halalin sekarang aja?" Jeritnya di dalam hati.
Tingkah berlebihan Athirah malah ditertawakan sahabatnya. Suara gelak tawa kecil masuk dan menganggu indera pendengaran gadis tersebut langsung malu. Memilih menarik buku yang Afifah baca.
"Buku aku balikin!"
"Gak, aku mau baca." Athirah membuka halaman, hanya membolak-balik. Tak ada niat membaca sama sekali. Karena kesal Afifah langsung mengeluarkan kamera memotret wajah manyun Athirah.
Langsung saja gadis itu memperlihatkan muka masam. Wajahnya berubah jelek. Buku di taruh di meja dengan sangat keras, menimbulkan bunyi gempa.
Menyapu semua lantai melaksanakan piket hari senin. Tidak bekerja sendiri tapi dibantu oleh siswa kelas. Pekerjaan pun jadi terasa mudah. Di kelas ini semua menjadikan Reyzan sebagai panutan, selain baik, dia juga suka memberi contoh sebagai murid teladan.
🕊️🕊️🕊️
Di kelas Revin merasakan sepi tanpa kehadiran Atlas. Pelajaran sulit masuk padahal gurunya lagi enak mengajar. Kini Revin mengutak ponsel membuka kotaknya mengirim chat.
From Revin:
Malas banget deh
From Arick:
Sama iya Bro tanpa Atlas aku merasa lemah lesuh, gak ada gairah
From Rain:
Udah kek lagu
Pak Abdul memberikan tugas menghafal percakapan bahasa Arab. Lalu mereka menunduk yang Revin tahu cuma alif ba, ta, sa. Dan sekarang di tambah hafalan. Di sini dialah ditunjuk untuk berpasangan dengan Revin.
Mengeluarkan bahasa dari mulutnya. Pasangannya mendadak ilfeel. Kemudian mengancungkan tangan. "Bisa di ganti gak sama yang lain?" tanya Bambang.
"Itu sudah ketentuan gak bisa di ganggu gugat." Dimulai dengan penampilan pertama oleh kelompok Arick. Mereka kompak menghafal untuk yang mengajarinya itu bisa membantu jadi Arick bisa mendapatkan nilai A+ dari guru. Sementara giliran Revin dan Bambang. Membaca hurufnya saja sudah membuat keteteran kini keduanya ditertawakan. Namun sebisa mungkin Bambang memberi kode supaya mengucapkan dengan benar.
Nilai di dapat cuma B+ tapi lumayan tidak seburuk yang mereka kira. Sekarang Arick menoleh kearah Revin lalu berkata "Cie jeruk makan jeruk, tadi pegangan tangan!" Hal memalukan disaat dirinya gugup. Sampai seluruh murid dibuat terkejut, baru sadar telah melakukan hal fatal.
Menepuk jidatnya semua sudah terjadi kini Revin sangat malu meminta Bambang pindah ke tempat semula, tapi bangkunya sudah diisi sama Dimas. Jadi mana bisa dia kembali.
🕊️🕊️🕊️
Pelajaran berakhir gadis itu terus memikirkan Atlas bahkan tidak berkonsentrasi dalam pelajaran. Afifah mengeluarkan ponselnya segera melakukan kegiatan membawa wattpad.
Mendapatkan kabar mengejutkan. Matanya langsung menelusuri halaman milik kakaknya mengucapkan selamat. "Wah selamat novel Abang rangking 1, di wattpad." Biasanya jam segini Farhan sedang melakukan kuliah jadi pasti sibuk.
Afifah melangkahkan kakinya menyusuri setiap sudut sekolah sampai sebuah tangan menariknya. Hingga sulit bernafas. "Tolong!" Teriaknya kencang namun tak ada yang dapat membantu. Napasnya begitu sangat sesak sehingga Afifah cuma bisa berkata dalam hati.
Selamatkan aku! Batinnya meronta.
Cuma itu yang terlontar di bibirnya sekarang. Afifah takut sekali keringat menetes di wajahnya sangat perih terasa. Bahkan sulit berkata lagi. Berharap ada keajaiban seseorang menolongnya. Wajah tidak terlalu jelas terhalang oleh penutup wajah.
🕊️🕊️🕊️
#TBC...
Maaf kalau kurang ngefeel yang penting update jangan silent kalau suka masukkan ke perpus anda kalau suka jangan lupa share ke teman buat baca juga soalnya lapak ini sepi biar agak ramai ya! Kira-kira siapa jawab ya?
Salam
Titin
KAMU SEDANG MEMBACA
AFIFAH STORY
Teen FictionAfifah Hilya Nafisha memiliki banyak beban hidup selama menjadi murid Sma. Dia cukup sering dibully dan membuatnya kurang percaya diri. Gayanya tomboy suka memegang kamera ketika berada di sekolah menjadi sebuah ciri khas. Suatu hari Afifah melapor...