"LEAVING FROM JAKARTA"

287 26 3
                                    

"Titip salam untuk Hannah dan keluarganya, sampaikan maaf ibu karena nggak bisa datang." kata ibu di ujung telepon.

Sepagi ini aku sudah berada di ruang tunggu di Terminal Tiga Bandara Internasional Soekarno-Hatta menunggu boarding pesawat yang akan menbawaku menuju Lombok.

"Siap bos nanti aku sampaikan," aku mengiyakan dengan yakin.

"Mudah-mudahan kamu ketemu jodohmu disana,"

Aku mendesah pelan. Aku tidak pernah nyaman dengan topik ini. "Ya sudah bu, aku tutup teleponnya." Aku berusaha berkilah. Semoga ibu tidak mendesak.

"Ya, hati-hati Assalamu'alaikum."

Aku menghembuskan napas lega.

"Wa'alaikum salam."

Aku menutup telepon. Aku baru saja ingin memasukkan ponsel ke dalam tas ketika seseorang menyenggol koperku yang terletak disamping kursi dimana aku duduk.

"Shit!"

Aku mendongak dan melihat seorang laki-laki sedang berjalan tergesa-gesa sembari memperbaiki posisi kopernya yang menyenggol koperku, yang mana seharusnya dia setidaknya meminta maaf bukannya menyumpah meskipun sumpahannya itu jelas tidak ditujukan padaku. Dia berhenti di kursi tunggu tak jauh di depanku dan duduk disana, sayang sekali aku tidak bisa melihat wajahnya karena dia duduk membelakangiku. Sebenarnya untuk apa juga kalau aku bisa melihat wajahnya.

Aku mengamati koper yang cukup besar yang berdiri di sampingnya, kurasa sebentar lagi dia akan mendapatkan masalah. Pikirku.

"I'm done!" dia berbicara dengan ponsel yang menempel di telinganya dengan nada yang terdengar begitu frustasi.

"I took the wrong flight and I'm pretty sure I'm gonna get in trouble!" katanya lagi dengan logat british yang kental.

Diam-diam aku tersenyum, jadi dia sudah tahu kalau akan mendapatkan masalah. Tapi kenapa dia tidak menitipkan kopernya di bagasi saja.

"I can't do that. I don't have any cash!"

Aku mengangguk-angguk dan mulutku membentuk huruf O, jadi dia kelebihan bagasi dan dia tidak punya uang. Tapi kan dia sebenarnya bisa meminta bantuan seseorang, seperti-

"It's not possible, I don't know any-"

Tiba-tiba dia mengedarkan pandangannya dan memergokiku yang sedari tadi sedang memerhatikannya. Buru-buru aku menunduk, beruntung ponselku berbunyi. Aku segera merogoh tas dan mendapati foto Hannah dan Jimmy terpampang di layar.

"-one here,"

Aku masih bisa mendengar dia menyelesaikan kalimatnya saat aku menempelkan ponsel ke telinga.

"Iya Hann,"

"Diana, lo dimana?" dia bertanya dengan nada terdengar cemas di ujung sana.

"Gue udah di Bandara, gimana?"

"Oh, syukurlah..." terdengar dia mendesah lega dan suara Jimmy yang terdengar samar setelahnya.

"She is already at the airport?"

"Ya, Honey."

"Perfect, Chris listen..."

Suara Jimmy tak terdengar lagi setelah itu.

"Hann, ada apaan?" aku bertanya karena sepertinya telah terjadi sesuatu.

"Di, I need your help...."

Kali ini suara Hannah tiba-tiba hilang.

"Hann!" Aku berseru dengan suara setengah ditahan supaya tidak mengundang perhatian orang-orang sekitar. Namun tidak ada jawaban apa-apa dari Hannah di ujung sana.

AFTER HEARTBREAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang