☔hujan

118 12 1
                                    

summer rain.

start.

kun merapikan setumpuk tugasnya yang berserakan di meja perpustakaan kota. seakan sudah menyewa satu meja panjang penuh, orang-orang menghindar duduk di dekat kun dan memilih duduk di meja lainnya.

tugas untuk hari ini selesai, tenggat waktu kumpulnya tinggal beberapa jam lagi. kun bergegas membereskan barang untuk segera kembali ke kampusnya.

2 hari terakhir kun tidak bisa mengerjakan tugasnya di rumah. salah satu teman mainnya, ten, terkena demam dan memilih menginap di rumah kun.

bukan apa-apa, ten pernah pingsan karena terlalu memaksakan diri saat sakit. jadi kun sudah berpesan agar datang saja ke rumahnya kalau ten sakit, biar kun yang mengurusinya.

hitung-hitung kun belajar praktek di lapangan lebih cepat daripada teman-teman kedokterannya yang lain.

"tumben kamu telat kumpul, apa ada masalah dengan tugasnya?" tanya pak jung selaku dosen mata kuliah anatomi.

"gak ada pak, saya cuma banyak kerjaan akhir-akhir ini," jawab kun sopan.

"oalah. apa kamu kerja sambilan? buat apa kamu masuk kedokteran kalau nantinya susah di dana," singgung pak jung. dosen satu ini dijuluki 'mulut lambe' oleh mahasiswa lainnya, salah satu alasannya ya ini.

"bukan kerja sambilan kok pak, karena alasan pribadi," kun masih berusaha menjawab dengan sopan.

"ya sudah, kamu boleh pergi."

"baik pak, terima kasih. saya permisi," kun membungkuk.

setelah selesai dengan tugasnya kun buru-buru pulang. ingat kan, masih ada ten yang sakit di rumahnya. kun sudah memasakkan bubur untuk ten, tapi siapa tau lelaki pecinta kucing itu tidak mau makan seperti biasa.

"loh, hujan?" begitu hendak keluar kampus, perlahan rintik hujan mulai turun dan bertambah lebat.

kun yang sudah setengah jalan mau tak mau berlari sekencang mungkin ke halte bus. ah, uang yang akan ditabungnya malah akan terbuang karna harus naik taksi.

entah sedang sial atau apa, beberapa orang yang ikut berlari menabrak kun dan membuat tas nya terjatuh.

"ah beneran deh, hari ini kenapa sih," gumam kun kesal, rasanya ingin mengumpat namun harus ditahan.

tiba-tiba kun merasa hujan berhenti, ia mendongak untuk memastikan.

oh, tidak. hujan tidak berhenti, masih turun dengan deras seperti tadi.

hanya saja kali ini kun sedang dipayungi, oleh seorang wanita dengan rok pendek biru tua.











"hujannya deres banget, lo gak bawa payung kan?"

begitu masuk rumah, kun langsung disambut ten yang sedang memakan buburnya di ruang tengah. menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"iya gue lupa. sialan, berita tadi pagi gak ada bilang hari ini hujan," decak kun sambil melepas jaket denimnya yang basah total.

"mandi hujan lo? hahaha. siapa tau lo butuh kehangatan, masih ada sisa bubur nyoh," ten menunjuk panci berisi bubur dengan dagunya.

"diem lo, gue lagi males berantem. obatnya udah lo minum belum?" tanya kun, berjalan ke arah kamarnya.

setelah menyuapi sendok bubur terakhir ten menggeleng.
"belom, gue aja baru bangun ini."

kun kembali berjalan mundur untuk mengecek jam, setelah itu ten berusaha kabur dari amukan kun.

"KAPAN LO MAU SEMBUH SETAN. MINUM OBATNYA JAM 9 PAGI INI UDAH JAM 1 SIANG!"

[2] Summer RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang