"kun..."
siang hari, menjelang beberapa hari terakhir musim panas, kun terbangun karena mendengar suatu panggilan yang familiar ditelinganya. saat membuka mata, hanya ada langit-langit kamar apartemennya.
"duh, jam berapa sih?" gumam kun lalu mengambil ponselnya. jam menunjukkan pukul 6 sore. kun merenggangkan badannya kemudian beranjak untuk pergi mandi.
setelah selesai mandi kun langsung bersiap untuk keluar. sudah sekitar tiga hari semenjak kun tampil untuk lomba dan menang, selama itu pula dia tak pernah bertemu sojung lagi.
karena itu sekarang kun akan pergi keluar untuk mencari sojung. biasanya saat sojung menghilang, cuaca akan panas dan lembab seperti cuaca musim panas pada umumnya. tapi jika sojung ada, cuaca akan mendadak sering hujan.
karena akhir-akhir ini cuaca tetap mendung dan hujan, kun agak yakin kalau sebenarnya sojung ada disekitarnya. hanya saja kun tidak menyadarinya.
kun mulai mencari dari daerah sekitar perpustakaan dekat kampusnya, lalu ke jalanan dan malah berakhir di restoran tempat mereka makan bersama waktu itu.
"hah.. kakak kemana sih," kun menatap telapak tangannya lalu menghela napas. "kayak hantu aja."
"kalau aku memang hantu gimana?"
"ASTAGA!" kun sontak membalikkan badannya, ada sojung dengan senyum manisnya.
"kakak! ya Tuhan saya bisa kena serangan jantung tau!" ucap kun sambil memegang dadanya, sangat kaget.
"hehehe hai kun!" sapa sojung bersemangat, seperti biasa. namun ada yang berbeda dari wajahnya.
"kakak sakit?" tanya kun khawatir, langsung memegangi kedua lengan sojung.
"eh kok bisa?" sojung malah kebingungan saat kun memeganginya. "hm yah aku baik-baik aja kok."
"serius? tapi muka kakak pucet banget begini," kata kun lalu memegangi dahi sojung. "oh tapi dahi kakak dingin."
sebenarnya sangat dingin, sampai-sampai kun langsung teringat freezer saat menyentuh dahi sojung.
"kakak kedinginan ya?" kun menatap wajah pucat sojung.
"iya," sojung balik menatap sambil tersenyum. "aku aneh ya? padahal lagi musim panas tapi aku malah kedinginan."
"enggak aneh kok," kun ikut tersenyum, lalu memeluk tubuh rapuh sojung. "kakak kan gadis hujan."
sojung membeku, saking terkejutnya dia bahkan tidak bisa membalas pelukan kun. benar-benar pada saat ini sojung hanya bisa terdiam.
deg. deg. deg. deg. deg.
bukan, itu bukan suara jantung sojung. itu adalah suara jantung kun yang berdetak sangat keras dan cepat.
"k-kun? kamu gak apa-apa?" karena jantung kun berdetak sangat cepat sojung menjadi khawatir.
kun melepaskan pelukannya kemudian menunduk, sepertinya dia malu.
"ehem k-kakak mau ke-kemana?" tanya kun tiba-tiba.
"loh? kamu lagi mengalihkan pembicaraan nih?" sojung tertawa kecil, tapi tetap menjawab pertanyaan kun. "aku gak mau kemana-mana, cuma lagi cari kamu aja."
"saya juga lagi nyari kakak. kakak kok suka banget hilang-hilang sih?" gerutu kun.
"hahaha maaf maaf, tapi kesannya aku kayak misterius gitu kan?"
"misterius sih iya tapi kan jadi susah ketemu," keluh kun. "kita bahkan gak tukeran nomor loh, saya mau minta nomor kakak."
"nomor ya?" sojung tampak berpikir keras. "gak usah deh. lagian kamu pergi kemana pun pasti bakal aku temuin kok."
"bisa aja kakak ngomongnya," kun tertawa. "tapi kalau saya mau cari kakak kan jadi susah. insting saya gak sekuat kakak."
"kuat kok. insting sama kepekaan kamu tinggi," sojung mengangguk seolah meyakinkan.
"iya deh," ucap kun pasrah. "sekarang kan kakak udah ketemu saya, terus mau apa?"
"gak tau, cuma mau ketemu aja," jawab sojung polos.
"hahaha kakak lucu banget sih," kun mengacak rambut sojung pelan. "eh maaf kak kalau gak sopan."
"gak apa-apa kok santaii."
"jadi sekarang kita mau kemana?"
"oh kita?"
"iya, kita. jadi buat apa dong kita ketemu?" tanya kun bingung.
"hehehe terserah kamu aja, aku ikut kemana pun."
"hm gimana kalau ke rumah saya?"
"eh?"
"karena bahan-bahannya udah kakak pilih sekarang saya yang masak," ujar kun.
"tapi kan yang bayar kamu, masa aku duduk doang gak bantu apa-apa," sahut sojung, merasa tak enak.
"soalnya saya mau masakin kakak, nanti kakak kasih nilai ya seberapa enak masakan saya," kata kun lalu memulai masak.
kun mulai memotong bahan, kun melakukannya dengan sangat gesit sampai sojung pun terkejut. dia kalah terampil dari kun.
"kamu lihai banget masaknya," komentar sojung. "aku aja masih kaku."
"karena udah biasa kak, kalau kakak mau juga bisa saya ajarin."
"gak usah deh," balas sojung tersenyum kecil. "gak bakal sempat juga." lanjutnya dengan suara yang lebih kecil.
"kenapa kak?"
"gak apa-apa, gak usah aja."
kun pun lanjut memasak.
"kalau bosen kakak boleh nonton tv aja," kata kun.
"aku beresin meja deh."
setelah beberapa saat masakan pun selesai dan mereka mulai makan bersama.
"kun ini enak banget, kamu jagooo. kamu bisa jadi koki kalau kamu gak mau jadi dokter," puji sojung.
"makasih pujiannya kak, tapi saya tetep mau jadi dokter aja."
"gitu?"
"iya, jadi kalau kakak sakit bisa saya obatin."
sojung mendadak terdiam.
"kak?"
"seandainya kamu jadi dokter lebih cepat ya," ucap sojung tiba-tiba sambil tersenyum. kun tak suka senyum itu, senyum yang sojung sering tampilkan saat awal-awal mereka baru bertemu. senyum penuh kesedihan.
"kakak besok ada waktu?"
"hm gak tau sih, memangnya kenapa?"
"aku mau bolos besok," ujar kun. "kita habisin waktu berdua aja disini, kakak bisa?"
hujan deras pun turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Summer Rain
FanfictionDia hanya sekedar singgah, seperti hujan di musim panas.