☔pucat

54 8 0
                                        

"kak sojung?" panggil kun hati-hati. rupanya yang dipanggil mendengar dan menoleh.

"eh? kun!" sojung tersenyum riang dan berjalan menghampiri kun. sesaat bisa kun rasakan air hujan mulai menetes.

"hai kak, ketemu lagi. ngapain disini?" tanya kun, melirik tempat yang sojung singgahi tadi. pedagang yang menjual pernak-pernik.

"lagi jalan-jalan aja kok. jangan-jangan kita jodoh ya, ketemu terus," sojung tertawa kecil sambil menunduk. kun hanya bisa membalas dengan tawa canggung.

"kakak gak pulang? atau mau mampir kemana lagi?" tanya kun.

"hmm gak tau deh, belum ada rencana mau pulang," sojung mengendikkan bahu. "kamu mau pulang ya?"

"iya, ada temen juga yang nungguin. oh! atau kakak mau gabung sama kami?" tawar kun, tidak ada masalah kan kalau ten bertemu dengan sojung.

"di rumah kamu ada temen kan? gausah deh gapapa," tolak sojung, ekspresinya berubah sedikit panik.

"loh dia anaknya santai kok kak," kata kun. "tapi kalau kakak gak mau saya gak akan paksa."

"hehe aku sungkan karna ada temen kamu."

kun jadi berpikir, bukankah lebih sungkan kalau mereka hanya berdua saja di dalam rumah?

"yaudah kak, mau saya antar?"

"KUN GE!!!" dari kejauhan, terlihat seorang lelaki berteriak saat melihat kun. itu yangyang.

"apaan sih jangan teriak di jalanan dong, malu!" tegur kun saat yangyang menghampirinya.

"hehehe sengaja tuh," balas yangyang dengan wajah tengil. "eh siapa nih? kok tadi gue gak keliatan ada cewek cantik?"

"heh dia lebih tua dari gue!" kata kun, membuat yangyang spontan membungkuk.

"maaf kak, tadi saya sudah gak sopan."

sojung yang semenjak kedatangan yangyang hanya diam dan sedikit menunduk pun mengangguk.

"kun, aku duluan," tanpa berkata apapun lagi sojung langsung berlari meninggalkan mereka.

"eh kakak tadi lagi sakit ya?" tanya yangyang begitu sojung menjauh.

"sakit? gak kok tadi pas ngomong sama gue biasa aja," jawab kun. "memangnya kenapa?"

"soalnya mukanya pucet gitu, ditambah lagi suaranya aneh," kata yangyang terus memperhatikan sojung yang menjauh.

"gak kok gak, yuk ikut gue aja. kita makan-makan di rumah gue, ada ten juga," ajak kun.

"emang lo paling debest bang, skuy!" teriak yangyang, lalu dijewer kun.










kun terus memikirkan perkataan yangyang tadi sore. apa maksudnya dengan wajah sojung kelihatan pucat dan suaranya aneh?

sejak bertemu tadi pagi dan sore tadi kun lihat wajah sojung segar-segar saja dan suaranya juga terdengar ceria. apa malah yangyang yang lagi sakit?

tapi mana mungkin, energi nya saja masih sebesar kemarin-kemarin.

"yangyang," panggil kun. "ikut gue sini."

yangyang sedang bersantai bersama ten pun mengangguk dan menyusul kun ke arah balkon. disana kun sudah berdiri sambil menatap jalanan malam hari.

"kenapa bang?" tanya yangyang berdiri disebelah kun.

"tadi sore pas lo ketemu gue, masih ingat kan cewek yang sama gue?" tanya kun.

"masih."

"lo bilang dia keliatan sakit kan?" kun menoleh ke arah yangyang.

"iya bang, mukanya pucet. kalo lo bilang kakak tadi habis kabur dari rumah sakit gue juga bakalan percaya," jawab yangyang.

"serius? gue kok gak sadar ya," kata kun. dibanding yangyang, kun yang mahasiswa kedokteran harusnya lebih peka. "tapi pas sama gue dia keliatan oke aja kok."

"hm mungkin memang orangnya begitu kali. kakak tadi gak make-up an kan, mungkin kalau pake lip gak bakal begitu keliatan," ujar yangyang.

"mungkin ya."

"tapi bang," yangyang berbalik menghadap kun. "kok lo kepikiran banget sih? gebetan lo ya?"

"hah enggak kok, gue juga baru kenalan hari ini," jawab kun.

"serius??? keliatan udah akrab banget deh, kirain," kata yangyang.

setelah mendengar perkataan yangyang, kun sendiri juga baru sadar. tapi rasanya, kun sudah seperti mengenal lama seorang kim sojung.















"terima kasih bapak qian kun yang terhormat karena sudah mau membantu merawat saya selama beberapa hari ini," ucap ten sambil membungkuk 90 derajat, disampingnya ada tas berisi baju-bajunya.

"mulai lebay," sungut kun. "kalau bisa jangan balik-balik lagi deh lo kemari."

"oh mana bisa, bang ten sebulan sekali wajib dateng ke rumah lo. ngapel sakit," sahut yangyang, yang akhirnya dijitak ten.

"diem lo bocah. yaudah kun gue balik ya, beneran makasih," kata ten lalu pergi, disusul yangyang.

"makasih bang makan-makan semalem," ucap yangyang.

kun hanya mengangguk melihat kedua temannya ini keluar dari rumahnya.

"haaah kuliah hari ini mulai siang, ngapain ya enaknya?" gumam kun sembari rebahan di sofa.

entah kenapa kun jadi teringat sojung. akhirnya ia memutuskan untuk keluar, menyusuri daerah tempat pertama kali bertemunya ia dan sojung.

tapi dicari kemana pun, kun tidak dapat menemukan sojung.

[2] Summer RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang