Bab Satu: Putra Gemesh!

1.1K 113 13
                                    

JELAS ini bukan kamarku. Nggak ada poster Lady Gaga-nya. Aku menggeliat, lalu mengucek mata. Setelah kesadaranku kembali utuh dan mataku bisa fokus, aku setengah terkejut berada di kamar asing yang ... macho banget. Ini kamar cowok. Tapi, kamar siapa?

Ini bukan kamar Reza, karena aku sudah sering keluar masuk kamarnya jadi aku tahu kayak gimana acak-acakannya kamar cowok itu. Kamar yang ini beda. Rapi. Semua barang berada di tempat yang seharusnya. Aku turun dari ranjang, berkeliling, melihat-lihat kalau-kalau ada foto si pemilik kamar. Nggak ada. Apakah tadi malam aku diculik? Ya ampun, kalau memang aku diculik, kuharap yang culik aku cowok ganteng.

Ternyata memang cowok ganteng.

Putra.

Anak baru itu masuk ke dalam kamar dengan kondisi telanjang dada dibalut handuk dari pinggang sampai ke lutut. Baru selesai mandi ternyata. Aku memanfaatkan momen ini untuk merekam dengan jelas tubuhnya yang gembul-gembul gemesh. Putra nggak berotot, nggak atletis, tapi gemuk dan berlemak. Tapi nggak gendut kayak obesitas, cuma yaaa gemuk gemesh gitu. Aku memandangi perut buncitnya yang kelihatan kenyal, dan ketika mataku naik memandangi dada berbulunya, dia melotot.

"Ngapa lo lihat-lihat gua?!" bentaknya, galak.

Aku melempar pandangan. "Siapa juga yang lihatin lo, males banget!"

Dia membuka lemari, mengambil kaus. Aku memandangi punggungnya yang putih dan lebar. Ya ampun, meluk tubuh Putra yang berlemak pasti enak banget, empuk kayak meluk boneka Teddy Bear raksasa.

"Kenapa gue ada di sini?" tanyaku setelah dia memakai baju.

"Karena lo kejebur kolam di rumah Pak Trimo, pingsan, dan gue yang disuruh nganter lo pulang, tapi orang-orang lupa gue anak baru yang nggak tahu di mana rumah lo, jadi gue bawa lo ke sini."

"Oh, terima kasih."

"Ya, sama-sama," balasnya. "Sekarang, balik badan. Gue mau pakai celana."

Aku melihatnya sudah akan melepas handuk.

"Heh! Balik badan! Ngapain lo lihat-lihat gue?!" Dia melotot galak.

"Ganti ya ganti aja kalik. Sama-sama lakik juga."

"Gue lakik. Lo suka lakik. Paham, kan?" Oh, iya aku paham. "Sekarang balik badan!" bentaknya.

Aku balik badan. Kesel. Padahal pengen lihat dia ganti celana. Kata orang, kalau badannya gemuk pasti tititnya kecil. Aku nggak percaya sih. Mantanku gemuk-gemuk dan Reza anjing juga gemuk, tapi tititnya nggak kecil, malah gemuk juga. Dan aku penasaran kira-kira tititnya Putra gemuk juga nggak, yaaa ...

Setelah dia selesai pakai celana, aku disuruhnya mandi. Dia melempar handuk yang baru dia ambil dari lemari kepadaku. Handuknya wangi stroberi. Well, aku nggak suka stroberi. Kenapa ya nggak ada pengharum pakaian yang wanginya rasa durian?

Aku mandi cepat-cepat. Cuma sabunan doang, nggak sikat gigi karena aku nggak bawa sikat gigi. Kumur-kumur doang. Setelah selesai, Putra mengajakku ikut sarapan bareng keluarganya.

"Hah? Nggak ah, malu gue," kataku.

"Aleman banget kayak gadis," katanya. "Emak Bapak gue nggak bakal gigit."

"Bukan itu. Gue ngerasa nggak enak aja. Mending gue langsung cabut dah."

"Emak gue mana mungkin ngebiarin tamu cabut sebelum makan. Udah ah hayuk, cuma sarapan aja susah banget." Dia menarikku, dan akhirnya aku nggak bisa menolak.

Emaknya Putra mirip banget mukanya sama Putra. Kecuali jenis kelamin dan gaya rambut, nggak ada yang beda dari mereka. Kalau Bapaknya malah mirip adiknya. Putra dua bersaudara, atau seenggaknya inilah yang kulihat di meja makan saat sarapan pagi ini. Emaknya baik banget, nyapa aku selamat pagi dan menyilakanku duduk. Bapaknya banyak diam, tapi ketika mata kami bertemu, beliau tersenyum. Setelah doa pagi yang dipimpin oleh Bapaknya selesai, kami pun melahap sarapan pagi itu yang menu utamanya adalah kentang tumbuk dicampur kacang polong.

F*ck BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang