·˚✎ 15'

1K 181 4
                                    


𝐊𝐞𝐩𝐮𝐭𝐮𝐬𝐚𝐧 . 𝐋𝐚𝐢𝐥𝐲 𝐒

0:03 ──⊙──────── 4:03
 ↻  ◁  II  ▷    

   • 

♡   : ·  •

Jangan lupa tinggalkan jejak,berupa vooment, next chap bakal fast up. Kalo komennya rame ^^


Happy Reading 🌿

Keluarga Darmawan tampak sudah berkumpul di ruang tengah. Siap untuk mengantar kepergian Hasna dan keluarga. Hasna sendiri juga baru saja keluar dari kamar dengan dua koper di tangannya.

Yusuf mengatur nafasnya sambil melangkah mendekati kumpulan keluarga. Tangannya terasa sangat dingin karena gugup. Detak jantungnya berpacu sangat cepat. Ingin rasanya ia berlari saat itu juga, namun, hatinya tak bisa membiarkannya terlalu lama.

“Yusuf mau bicara.” Perkataannya membuat diam semua anggota keluarga yang sejak tadi terdengar ramai.

Beberapa mata langsung beralih ke arahnya, termasuk Hasna yang kini berdiri di sampingnya. Amar melepas kacamatanya, sementara Hadi, ayah Yusuf memasang telunjuknya di depan mulut sebagai kode bagi salma agar tenang.

“Kenapa?” suara berat eyang makin membuatnya gugup.

Yusuf menelan ludahnya, lalu melirik pada Hasna. Wajahnya terlihat sangat tegang. Mira, ibunya jadi ikut cemas. Alisnya bertautan penuh tanya.

“Yusuf siap untuk menikahi Hasna, tapi dengan alasan hanya untuk menjaganya selama di pesantren.” Akhirnya kata-kata itu keluar juga.

Amar yang semula bersandar pada lemari langsung berdiri tegak, begitu juga dengan eyang Wiji dan keluarganya yang langsung berdiri dari duduknya mendengar pernyataan Yusuf. Perlahan senyum mereka mulai merekah. Hingga akhirnya berujung dengan saling berpelukan bahagia.

Hasna mematung, ia masih tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.

Alasan Yusuf padahal sangat jelas, bahwa itu hanya karena dia ingin menjaga Hasna ketika di pesantren, tapi kenapa hatinya masih merasa melayang. Setidaknya, ia punya kesempatan untuk selangkah lebih maju untuk dekat dengan Yusuf.

Amar tersenyum lalu menepuk lengan Yusuf yang sudah menerima pelukan dari banyak orang. “Sadar?” godanya.
Yusuf hanya menanggapinya dengan senyum seraya membuang mukanya.

“Ya sudah, kalau begitu tidak usah pulang saja, kita tunggu sampai akadnya selesai,” usul Mira.

“Ide bagus,” sambut Lilis, ibu dari Amar.

“Hasna kapan kembali ke pesantren?” tanya Mira.

Hasna menatap bundanya.

“Masih lama, Hasna ‘kan sudah harus mendaftar di pesantren baru. Kalau memang Yusuf sudah punya keputusan begitu, berarti Hasna ya harus masuk di pesantren tempat Yusuf,” jelas Nur sari.

“Kita juga masih harus mencari tanggal yang pas untuk pernikahannya. Meski hanya sirri, tetap saja harus hati-hati,” Eyang menimpali.

“Lebih cepat, lebih baik, Pak!” sahut Mira lagi.

“Sudah, Hasna biar pulang saja dulu. Nanti akadnya langsung di rumah Hasna saja kalau sudah ketemu tanggalnya. Syukur-syukur sebelum Hasna masuk ke pesantren.”

Keputusan eyang Wiji sudah tidak bisa diganggu gugat lagi. Keluarga Hasna juga menyetujui itu. Meski hanya nikah sirri, mereka tetap harus mengikuti adat yang memang sudah dipegang oleh orang tuanya.

Rahasia [REPUBLISH ; SUDAH DI TERBITKAN] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang