·˚✎ 29'

896 167 19
                                    


𝐒𝐮𝐫𝐚𝐭 𝐘𝐮𝐬𝐮𝐟 - 𝐋𝐚𝐢𝐥𝐲 𝐒

0:03 ──⊙──────── 4:03
 ↻  ◁  II  ▷    

   • 

♡   : ·  •

Jangan lupa tinggalkan jejak,berupa vooment, next chap bakal fast up. Kalo komennya rame ^^❞

𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲  𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 🌿

Hasna mengaduk-aduk jus jambunya tanpa selera. Tatapannya kosong menatap lalu lalang mahasiswi di depan kantin.  Debi datang bersama Ismi dengan kotak bekalnya.
“Bengong terus, deh!” Ismi sedikit menepuk pundak Hasna lalu duduk di sampingnya. Begitu juga dengan Debi yang ikut duduk di depan Hasna.

“Nih …!”

Wajah Debi tersenyum lebar saat memperlihatkan rujak serut buatannya. Hasna melongo sebentar, lalu merebahkan kepalanya di pundak Ismi.

“Kamu sakit?” tanya Ismi sambil menggerakkan pundaknya agar lebih nyaman untuk Hasna. Hasna menjawabnya dengan gelengan kepala.

“Terus kenapa dari semalem kayak gini?” tanya Ismi lagi.

“Pusing,” jawab Hasna lirih.

“Kalau pusing, makan ini aja! Dijamin sembuh!” Debi menyodorkan sendok plastik yang juga sudah ia siapkan.

“Eh, Deb. Aku boleh tanya sesuatu, gak?”

Hasna menarik kepalanya dari pundak Ismi. Ia memperbaiki duduknya sambil menerima sendok dari Debi.

“Apa, apa?”

Debi memang selalu bersemangat setiap mendengar teman-temannya mempunyai pertanyaan untuknya. Karena yang ditanyakan pasti seputar kehidupan dalem, atau perihal abdi dhalem yang juga banyak ditaksir oleh mereka.

“Kemaren, kamu kan cerita kalau si Yusuf diituin sama kyai. Jawaban dia gimana?”

“Ustad Yusuf, Hasna!” Ismi tak bosan mengingatkan Hasna.

Debi tersenyum sambil melirik ke arah Ismi.

“Kayaknya ada yang kepo nih sama urusan ustad cakep itu.”

“Dih, bukan waktunya becanda deh. Aku serius loh.”

Ismi sedikit memicingkan mata, menatap pada Hasna. Hasna mulai kikuk menerima tatapan itu dari sahabatnya.

“Kamu suka sama Ustad Yusuf?”

“Yah, ha ha. Pertanyaan macam apa itu?” Hasna memalingkan wajah setelah menepuk lengan Ismi yang tiba-tiba bertanya hal konyol padanya.

“Buktinya dari kemarin kamu kepo.” Skakmat dari Debi.

“Kamu juga dapat buku dari beliau kemarin. Jangan-jangan kalian punya hubungan lain yang tidak kami tahu?” tambah Ismi.

Hasna menggigit bibir. Manik matanya bergantian menatap dua wanita di depannya. Senjata makan tuan sepertinya. Pertanyaannya justru berbalik menusuknya.

“Buku?” tanya Debi.

“Buku apa?” tanyanya lagi saat melihat Ismi menganggukkan kepala.
Hasna menyendok rujak serut buatan Debi.

“Mmh, enak bangeet!” serunya kemudian sambil menunjukkan ekspresi bak food vloger. Berharap dua temannya akan melupakan kecurigaan mereka.

Ismi dan Debi saling berpandangan.  Mereka tahu, jika Hasna sudah menghindari pertanyaan mereka, tandanya Hasna memang tidak ingin bercerita apapun pada mereka. Sekarang tinggal menunggu, hingga Hasna mau menceritakannya sendiri tanpa paksaan.

Rahasia [REPUBLISH ; SUDAH DI TERBITKAN] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang