·˚✎ 3'

1.2K 235 5
                                    

𝐁𝐚𝐭𝐮 . 𝐍𝐋

0:03 ──⊙──────── 4:03
 ↻  ◁  II  ▷    

   • 

♡   : ·  •

Awas, jangan senyum senyum sendiri.  Klik bintang pojok kiri sebelum membaca.❞

Happy Reading🌿

Hasna menutup pintu kamar setelah menyeret kopernya ke dalam. Matanya terbelalak kaget melihat isi dari kamarnya yang berubah. Mulai dari pemiliha spreinya, dan furniture di dalamnya. Beberapa bingkai kaligrafi juga turut menyadarkannya, bahwa ini bukanlah kamarnya.

"Kamar siapa ini?" gumamnya.

Ia membuka pintu kamar kembali. Yusuf yang masih tidak jauh dari kamarnya, memberik kode dengan menunjuk kamar sebelahnya tanpa menoleh. Karena bayangan Hasna terlihat jelas di depan cermin yang tergantung di tembok ruangan yang akan dilewatinya.

Hasna ikut menoleh ke arah yang ditunjuk Yusuf. Langsung ia menepuk jidatnya, menyayangkan kelakuannya yang benar-benar memalukan saat ini. Apalagi, dua kali pula ketololannya terlihat jelas oleh Yusuf.

"Ya ampuun! Bodoh! Ish..!"

Ia mengumpat sebal, seraya menarik kopernya kembali ke arah kamar di sebelah kamar Yusuf. Benar sekali, bagaimana dia bisa masuk ke kamar Yusuf? Mungkin karena tadi yang dipikirkannya hanya Yusuf, makanya dia sampai nyasar ke kamarnya.

Kamar Yusuf dan Hasna memang bersebelahan. Karena Hasna yang memintanya. Biasanya Yusuf jarang berkumpul saat lebaran. Dia memilih untuk mengabdi dan menghabiskan waktunya di pondok. Dia akan pulang kalau lebaran idul adha, sekalian mengadakan kurban di kampungnya. Itulah alasan Hasna memilih kamar di sebelah kamar Yusuf. Karena
Hasna yang tidak suka berisik.

Beruntung, saat tahun lalu, Yusuf pulang. Yusuf sama sekali tidak menimbulkan kegaduhan seperti yang ia benci. Berada di sebelah kamar Yusuf, hampir sama dengan tidak ada Yusuf. Aktifitas Yusuf di dalam kamar nyaris tak terdengar oleh Hasna. Sikap diam Yusuf yang terkesan dingin dan tak acuh, membuat Hasna makin menyukainya.
Ia segera berjingkrak-jingkrak kesal saat menutup pintu kamarnya.

Bagaimana ia harus keluar dan bertemu dengan Yusuf lagi. Jika tak sampai setengah jam, dia sudah mempermalukan dirinya dua kali di depan Yusuf?

˗ˏ✎ [Rahasia] *ೃ

Hasna memutar kepalanya di balik pintu belakang. Bibi Mira menepuknya dari belakang, sontak mengagetkannya.

"MAAMPUUSS!" serunya. Tersadar, ia langsung menutup mulutnya yang sudah disambut dengan tawa dari seluruh keluarga. Termasuk Yusuf yang sudah juga melebarkan senyumnya ke arah Hasna.

Hasna kembali meringis malu. Ia menarik tangannya yang semula menutupi mulutnya ke arah matanya. Menyayangkan ucapannya barusan sambil menggerutu pada ibu dari Yusuf itu.

"Bi Miraa...!"

Ibu Yusuf masih tertawa saat melewatinya sambil menepuk lengannya pelan.

"Ayo sini!" Eyang Kakungnya berseru seraya melambaikan tangan ke arahnya.

Hasna menurut. Ia tak berani melirik lagi ke arah Yusuf. Hari ini, tiga kali sudah ia mempermalukan dirinya sendiri di depan Yusuf. Dan yang paling memalukan adalah hal terakhir tadi. Entah apa yang akan dipikirkan Yusuf tentangnya. Mungkin, ia harus pasrah jika Yusuf mengira ia latah.

Hasna duduk di samping eyang kakungnya. Tepat berada di depan Yusuf yang sudah siap dengan sepiring nasi dan lauknya. Canggung, ia menyendok nasi yang sudah mulai berkurang di depannya dengan centong. Semangkok urap yang ada di depan Yusuf sangat sulit ia jangkau dari tempatnya. Sedangkan untuk memintanya pada Yusuf, ada rasa malu yang sudah diubun-ubun dan siap untuk pecah kapan saja.

Rahasia [REPUBLISH ; SUDAH DI TERBITKAN] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang