·˚✎ 26'

909 160 12
                                    

𝐏𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧 𝐒𝐲𝐚𝐡𝐢𝐝𝐚 - 𝐋𝐚𝐢𝐥𝐲 𝐒

0:03 ──⊙──────── 4:03
 ↻  ◁  II  ▷    

   • 

♡   : ·  •

Jangan lupa tinggalkan jejak,berupa vote dan koment. Kuy ramein komennya ntar nay triple up^^❞



𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 🌿

Hasna menangkupkan kedua lengannya di atas meja. Menyusul kepalanya yang ikut tertelungkup di atasnya. Beberapa kali ia menghela nafas berat di dalamnya. Masih ingat bagaimana ia tadi melakukan serangan hijau bagi Yusuf.

“Kamu tadi kenapa?” tanya Ismi.

“Iya, kok langsung keluar gitu aja, Ustadz Yusuf sampe ikutan bingung loh.”

Hasna mengangkat wajahnya, lesu.

“Beneran si Ucup hanya bingung? Bukan ketawa?” tanya Hasna kemudian.

“Ucup? Ya Allah Hasna, ustadz Yusuf. kamu harus belajar memanggil nama orang dengan benar, sebelum jadi boomerang buat diri kamu sendiri.”

Ismi mencuil pipi Hasna sedikit. Debi malah terkikik mendengar Hasna menyebut nama itu.

“Anggap saja panggilan kesayangan dariku untuknya.”

“Gak boleh, itu namanya …” Ismi tampak berfiki.

“Su’ul adab!” sambung Debi.

“Nah betul.”

Hasna kembali meletakkan kepala di atas lengannya, tak bersemangat.

“Kantin Yuk!” ajak Debi.

“Males,” jawab Ismi.

“Kamu Hasna?”

Hasna menggeleng pelan, menolak ajakan Debi.

“Ya sudah, aku ke kantin dulu ya!” Debi bangkit dari duduknya dan langsung melenggang pergi.

Hasna mencoba memejamkan matanya sejenak. Sementara Ismi mulai menekuni bacaannya lagi.

Menghabiskan waktu sambil menunggu dosen di jam berikutnya. Sebagian teman sekelasnya juga ada yang masih stay di sana. Apalagi kalau bukan ngerumpi.

˗ˏ✎ [Rahasia] *ೃ

Yusuf berpapasan dengan Aditya saat ia menuruni anak tangga menuju kantornya. Seperti biasa, Aditya menyapa Yusuf dengan sangat sopan.

Tas ransel yang hanya menggantung di sebelah bahunya, kemeja berwarna maroon yang terbuka hingga menonjolkan kaos putih cerah di dalamnya, serta celana jeans dan sepatu sneaker berwarna senada dengan kemejanya terlihat sangat mempesona.

“Mau ke mana?” tanya Yusuf sedikit curiga.

“Mau ke adik-adik kelas Ustad.”

“Sendiri?”

“Ada yang lain, nanti menyusul katanya.”

“Untuk apa?” Yusuf masih penasaran.

“Ada program dari BEM untuk ekstrakurikuler fotografi, Ustad. Kebetulan saya penanggung jawabnya. Jadi kami ke sana sekalian mencari mahasiswi yang mau bergabung dengan kegiatan ekstra kami.”

“Kalau begitu tunggu di bawah saja, hingga temen-temen kamu datang.”

Sebuah alasan yang sebenarnya tidak bisa dijadikan alasan untuk menahan anggota BEM berkunjung ke ruangan adik kelas mereka.

Rahasia [REPUBLISH ; SUDAH DI TERBITKAN] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang