·˚✎ 10'

1K 189 2
                                    

𝐏𝐞𝐫𝐣𝐨𝐝𝐨𝐡𝐚𝐧 . 𝐍𝐋

0:03 ──⊙──────── 4:03
 ↻  ◁  II  ▷    

   • 

♡   : ·  •

Jangan lupa Klik bintang pojok kiri sebelum membaca. Special double up nih.❞


Happy Reading🌿

Mobil Yusuf sudah terparkir di belakang rumah. Hasna menggandeng Salma masuk ke ruang tengah sambil mengucap salam. Sepi. Mungkin sedang beristirahat semua.

Salma masuk ke dalam kamarnya, begitu juga dengan Hasna. Tapi Yusuf, ia masih terpaku menatap kertas yang tak sengaja terjatuh dari laci mobilnya saat ia hendak mengambil sebuah lap dari sana.

Kertas berwarna kuning itu tampak terbuka, terlepas dari amplop yang sebelumnya memang belum sempat Hasna rapikan. Ada nama Yusuf di sana, yang membuat Yusuf berani mengambil dan membacanya.

Hasna tengah mencari sesuatu saat ia menutup pintu kamarnya. Surat untuk Yusuf yang tadi  ia simpan di saku bajunya. Tidak ada. Wajahnya mulai panik. Ia mencoba untuk mengingatnya. Mulutnya membulat saat ia mulai mengingat sesuatu.

Tangan yang sebelumnya sempat menutupi mulutnya kini langsung memegang kenop pintu dan berlari ke halaman belakang. Hatinya berharap dengan was-was, semoga Yusuf tidak mengetahui surat yang ia simpan di laci mobilnya.

Raut wajah Yusuf perlahan-lahan berubah. Dari penasaran, hingga senyum yang terlihat geli membaca kekonyolan dari surat Hasna. Baru saja ia selesai membaca, ada sebuah ketukan cukup keras dari balik kaca jendela mobilnya.

Hasna, tengah menatapnya dengan alis bertaut. Ekspresi itu menunjukkan bahwa ia tengah kesal pada Yusuf. Mungkin karena lembaran kertas yang kini masih nangkring di tangan Yusuf.

Yusuf menurunkan kaca mobilnya perlahan. Matanya membulat saat Hasna dengan kasar merampas suratnya. Gerak mata Yusuf masih terus saja mengikuti langkah Hasna yang langsung pergi meninggalkannya. Yusuf berdecak tak percaya dengan sikap Hasna barusan. Begitukah sikap seorang wanita yang katanya suka padanya? Aneh.

Detak jantung Yusuf kembali berdegup kencang saat Hasna yang tiba-tiba saja kembali berdiri di belakangnya ketika ia baru saja selesai menutup pintu mobil.

“Sudah baca ini?” tanya Hasna dengan muka merahnya.

Yusuf tak bisa menjawab, lebih tepatnya tak berani menjawab iya.

“Kalau sudah baca, jangan diambil hati! Ini cuma latihan menulis!”

Hasna melanjutkan ucapannya. Kali ini bertambah ketus. Ia menatap mata Yusuf sejenak, sebelum akhirnya kembali berbalik meninggalkan Yusuf. Yusuf melepas nafasnya yang sempat tertahan sesaat. Hasna benar-benar tak bisa ia mengerti. Yang ada dipikirannya adalah, Hasna masih terlalu kekanak-kanakan.

Hasna menutup pintu kamarnya cepat. Ia berdiri bersandar di balik pintu. Memegangi dadanya yang terasa berdebum keras. Sementara tangannya kanannya tengah gemetar memegangi surat yang tadi ia rampas dari Yusuf.

Raut wajahnya perlahan-lahan berubah penuh penyesalan karena malu . Ia melempar tubuhnya ke atas kasur, lalu membenamkan wajahnya di antara tumpukan bantal. Kakinya bergerak-gerak, heboh. Dan mulutnya terus menerus merapal kata bodoh sambil mengingat kejadian tadi.

˗ˏ✎ [Rahasia] *ೃ

“Mbak Hasna, dipanggil Eyang di kamarnya!” suara Salma muncul dari balik pintu sehabis Hasna melaksanakan sholat ‘ashar.

Rahasia [REPUBLISH ; SUDAH DI TERBITKAN] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang