·˚✎ 20'

1K 187 9
                                    

𝐇𝐚𝐬𝐧𝐚'𝐬 𝐑𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 . 𝐋𝐚𝐢𝐥𝐲 𝐒

0:03 ──⊙──────── 4:03
↻ ◁ II ▷

♡ : · •

Jangan lupa tinggalkan jejak, next chap bakal fast up. Kalo komennya rame ^^❞

Happy Reading 🌿

Namun tak berapa lama, saat Hasna berusaha menutupi tubuh Yusuf di bagian dadanya, Yusuf malah membuka matanya. Mata Hasna membulat, terkejut karena Yusuf tiba-tiba terjaga. Mata mereka beradu sementara tangan Hasna masih bertengger di dada Yusuf.

Hasna yang semula menunduk langsung menarik wajahnya menjauh dari Yusuf, tapi usahanya untuk menghindar kalah cepat dari Yusuf yang langsung menahan lengannya. Hasna meringis, malu. Wajahnya memerah.

Yusuf yang semula masih berbaring kini sudah duduk. Lengan Hasna masih berada di genggamannya. Ia sedikit menarik Hasna untuk ikut duduk di sampingnya.

"Apa aku punya salah?" tanya Yusuf saat Hasna ikut duduk bersamanya.

Hasna menunduk, namun pupil matanya beralih ke tangan Yusuf yang kini terlihat saling bertaut.

"Aku ..."

"Gak ada, Kak Yusuf gak salah apa-apa," Hasna memotong ucapan Yusuf.

Yusuf tersenyum. Hasna sudah kembali seperti semula. Cara bicaranya juga sudah berubah.

"Terus, kenapa dengan mata kamu?"

"Gak pa-pah."

"Itu potongan mata habis nangis."

"Yang pasti bukan nangis karena bahagia."

Yusuf menoleh saat mendengar jawaban itu. Menatap raut wajah yang sama sekali tak menoleh. Hidung bangir Hasna terlihat sempurna dengan potongan rambut sedikit pendek di bagian depannya. Rambut itu menutup bagian mata Hasna yang membengkak.

Perlahan Yusuf mengangkat tangannya ke wajah Hasna. Memindah poni yang menjuntai ke belakang telinga Hasna menggunakan jari telunjuknya. Refleks Hasna menoleh. Terkejut dengan perlakuan Yusuf.

Apa apaan ini?
Kenapa dia bisa bersikap manis begini?
Setelah tadi berkata lain pada Kak Amar?

"Kalau begitu, kamu tidak bahagia dengan pernikahan ini?" tanya Yusuf tanpa berkedip.

Hasna berdehem pelan. Lalu bangkit dari duduknya. Ia melangkah ke arah lemari, mengeluarkan satu selimut lagi dari sana.

"Sudah malam, sebaiknya Kak Yusuf tidur. Besok 'kan harus pulang sehabis subuh."

Hasna menghindari percakapan itu. Hatinya masih belum selesai dibuat kebat kebit dengan perlakuan Yusuf tadi. Masih ditambah dengan pertanyaan yang juga membuatnya makin berdebar.

Netra Yusuf mengikuti gerak gerik Hasna hingga ke tempat tidur. Hatinya bingung. Kenapa sikap Hasna kali ini sangat berpengaruh bagi hatinya.

˗ˏ✎ [Rahasia] *ೃ

Kebiasaan Yusuf yang pasti bangun sebelum subuh, menjadi keuntungan tersendiri untuknya kali ini. Ia bangun lebih dulu dibanding Hasna. Begitu juga dengan anggota keluarganya yang lain.

Melihat Hasna yang masih lelap dalam tidurnya, ia memberanikan diri duduk di sisi tempat tidur. Menatap wajah manis di depannya dengan seksama. Sesungguhnya wanita itu telah halal baginya. Namun, hatinya masih belum menemukan sesuatu yang benar-benar bisa ia pertanggung jawabkan nanti jika ia berani menyentuhnya.

Yusuf beranjak menuju kamar mandi yang kebetulan juga tersedia di kamar itu. Berkumur-kumur lalu membasuh mukanya dengan air wudhu. Beberapa menit kemudian, ia sudah khusyuk berkhalwat dengan Tuhannya di samping tempat tidur Hasna.

Amar yang sudah bangun dan melihat pintu kamar Hasna tak tertutup, iseng mendekat, mengintip penyebab pintu kamar itu terbuka. Matanya terbelalak kaget saat melihat Yusuf yang tengah memutar tasbihnya di sana. Khusyuk melafalkan wirid.

"Psst ... Psst ...!"

Amar mencoba memanggil Yusuf dari bingkai pintu. Yusuf menoleh lalu mengacungkan telunjuk di depan bibirnya sambil sesekali menoleh ke arah Hasna.

"Ngapain?" tanya Amar tak bersuara tapi gerakan mulutnya masih bisa terbaca oleh Yusuf.

Yusuf beranjak dari tempatnya. Mendekat pada Amar dengan cepat. Amar tersenyum menggodanya.

"Kamu tidur di sini? Sama Hasna?" cecar Amar saat Yusuf keluar dari kamar Hasna.

"Aku tidur di sofa," jawab Yusuf pelan.

"Eeh.. Tidur di ranjang berdua juga gak papa kok." Amar makin menggoda.

Wajah Yusuf memerah.

"Jangan rame-rame, nanti yang lain bangun, bikin salah paham."

"Kenapa harus salah paham? Kan sudah sah."

"Ish ... Sudah sana wudhu, ntar lagi subuh."

"Kamu yang seharusnya hati-hati. Ntar lagi eyang pasti bangun. Kalau dia sampai lihat kamu lagi di kamar Hasna, bisa mampus kau."

Amar masih tak berhenti menggoda Yusuf.

"Iya, aku mau ambil sajadah dulu. Habis itu kita ke masjid! Sebentar lagi adzan."

"Siaap ...!" Amar memasang sikap hormat pasa Yusuf.

Yusuf hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saat Amar berlalu dari hadapannya. Ia mengatur nafasnya, lalu kembali masuk ke kamar Hasna untuk mengambil sajadahnya. Semayup suara adzan subuh juga sudah terdengar dari speaker masjid.

Yusuf mendekat ke sisi Hasna bermaksud untuk membangunkannya. Walau bagaimanapun, dia sudah sah menjadi suami Hasna. Jadi, segala sesuatu yang berhubungan dengan Hasna sudah menjadi tanggung jawabnya.

Belum sempat ia membangunkan Hasna, Hasna sudah keburu membuka mata. Mengerjap-ngerjap pelan hingga terbuka sempurna. Ia nampak tak percaya melihat Yusuf yang berdiri di sisinya, sudah berpakaian rapi lengkap dengan kopyahnya.

"Sholat, ayo! Sudah subuh!"
Yusuf sama sekali tak menghindar saat Hasna menautkan alis ke arahnya.

Hasna sedikit mengucek-ngucek matanya. Sementara Yusuf sudah bergegas hendak keluar dari kamar.

"Kak Yusuf mau kemana?" tanya Hasna lirih.

"Mau ke masjid."

"Gak jamaah di sini?"

Ups..
Hasna menutup mulut dengan tangannya. Tak sadar dgn yang diucapkannya barusan.

"Mau jamaah bareng?"

Hasna mengangkat alisnya, tak percaya dengan respon Yusuf. Ia mengangguk cepat, seolah lupa dengan apa yang membuatnya marah semalam.

"Ya udah, ayo cepetan! Gak enak lama-lama sekamar, kalau ketahuan eyang bisa habis kita."

Hasna menyingkap selimutnya. Berjalan dengan cepat menuju kamar mandi. Yusuf sengaja menunggu sambil meneruskan tadarusnya.

Tak butuh waktu lama, wajah Hasna yang sudah basah oleh air wudhu menyembul dari balik pintu kamar mandi. Ia mengambil mukenanya dan langsung memakainya. Menggelar sajadah di samping sajadah Yusuf.

Mereka melaksanakan sholat qobliyah terlebih dahulu, baru kemudian sholat shubuh berjamaah. Selepas salam, Yusuf berbalik. Mengulurkan tangannya pada Hasna.

"Gak mau salim?" tanya Yusuf sambil menunjuk pada tangannya.

"Oh ...."
Hasna tersenyum lalu mencium tangan Yusuf. Yusuf berbalik kembali ke arah kiblat sambil mengulum senyumnya.

"Oya, jangan keluyuran tanpa hijab. Ingat, rambut kamu itu aurot!" ketus Yusuf sebelum pergi dari Kamar Hasna.

Alasan itu sangat masuk akal. Padahal ia tak ingin kecantikan Hasna terlihat oleh orang lain yang bukan mahromnya.

˗ˏ✎ [Rahasia] *ೃ

Aduh, tsundere nya masih di gedein ya bapak yusuf.

Rahasia [REPUBLISH ; SUDAH DI TERBITKAN] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang