Chapter 3 : First Impression

73 36 15
                                    

Di kelas 11 IPS 1 kali ini sangat ramai, siswa-siswa di pojok kelas sedang berkumpul bersama sambil memainkan game di gawai mereka masing-masing, sementara siswi-siswinya sangat asyik bergosip mengobrolkan hal yang mereka sukai. Tentu saja membahas kakak kelas mereka yang tampan, keren, dan sangat populer di SMA Pelita Bangsa.

"Hmm, gimana ya guys kabarnya The Guntur Boys pagi ini? aku rindu deh." Vita mengungkapkannya dengan penuh kekhawatiran karena sangat mengagumi geng tersebut.

"Yaelah ta. Otakmu isinya The Guntur Boys mulu sih, gak capek apa? Lagian juga nakal-nakal, tukang buat onar semua tuh," ucap Ani dengan menghembuskan nafas pasrah dan sangat bosan mendengar ocehan Vita setiap hari tentang The Guntur Boys itu.

Pintu kelas terbuka tiba-tiba, dan menampilkan Affy dengan raut wajah cemberut dan terlihat dalam kondisi mood yang tidak bagus. Sambil berjalan menuju tempat duduknya Affy sudah disambut oleh teman-teman kelasnya.

Baru saja Affy mendaratkan pantatnya di kursi ia sudah dicerca berbagai pertanyaan.

Lani berkata, "Kenapa sih Fy? pagi-pagi gini udah cemberut aja."

"Iya tumben deh. Biasanya lo yang paling ceria Fy," kata Lia menambahkan.

"Hmm iya deh aku mau cerita. Jadi tadi tuh aku buru-buru kan, biasa terlalu semangat di hari Jum'at ini. Terus akhirnya malah aku kepeleset nyungsep ke lantai sampai bukuku langsung berserakan semua. Eh, tapi untungnya ada pangeran tampan yang ngebantuin aku," ucap Affy dengan senyuman sambil mengingat kejadian tadi di depan lorong kelas 10 MIPA 2.

Dengan raut wajah bingung, "Hah, maksudnya gimana sih Fy? pangeran apa lagi deh? " tambah Fitri sambil memicingkan matanya.

Affy pun menghembuskan nafas pasrah, tapi tetap menjelaskan pada teman-temannya bahwa tadi ia dibantu oleh siswa tampan, baik hati, dan cuek yang notabene anak kelas 12. Sejak pertama kali bertemu pun Affy sudah menaruh kagum dengan siswa tersebut karena kemisteriusannya yang membuatnya penasaran.

Belum selesai Affy dan teman-temanya berbincang, pintu kembali terbuka dengan menampilkan Dion sambil berlari terengah-engah.

" Fy, lo dipanggil pak Roy tuh. Udah ditunggu di perpustakaan sekarang," kata Dion sambil menatap lurus ke arah Affy.

***

Di perpustakaan The Guntur Boys sudah diomeli dan diceramahi habis-habisan oleh pak Roy selaku guru BK SMA Pelita Bangsa, sementara Rifan sudah sangat bosan dan muak dengan itu semua yang membuatnya malas berpendapat dan memilih diam.

Tok...tok...tok suara pintu terketuk dan menampilkan Affy yang sudah berdiri di depan perpustakaan itu.

Dengan menampilkan senyum ramahnya Affy berkata, "Permisi, ada apa ya bapak memanggil saya? Apa ada hubungannya sama kegiatan pentas seni nanti ya pak? "

"Oh nggak ada hubungannya sama sekali Fy. Ini bapak cuma mau minta tolong kamu awasi dan bantu mereka semua ini membereskan dan merapikan semua buku-buku yang ada di perpustakaan ini sampai selesai," ucap pak Roy panjang lebar sambil menunjuk kearah The Guntur Boys.

Setelah memberikan perintah itu pak Roy pun meninggalkan perpustakaan, dan sekarang di perpustakaan hanya menyisakan mereka berenam dengan Affy tetap mengawasi geng yang selalu menggemparkan seluruh penjuru sekolah itu.

Dengan angkuhnya Rifan berkata, "Kayaknya lo pergi aja deh! Kita udah gede, nggak perlu diawasi kayak anak TK," tentunya sambil menunjuk Affy dengan tatapan tajamnya.

"Saya disini punya hak dari pak Roy untuk mengawasi kalian menjalankan hukuman dengan baik dan benar, para kakak kelas yang terhormat," ucap Affy dengan diiringi sindiran tajam pada Rifan dan teman-temannya.

"Udahlah Fan. Harusnya tuh kita seneng bidadari cantik udah mau ngeluangin waktunya buat kita semua, ya nggak guys?" Bian berucap dengan penuh keyakinan dengan disertai kerlingan mata genitnya pada Affy.

Sementara ketiga temannya Vio, Reza, Roni kompak menyauti, "Yoi bro suka-suka lo aja deh."

Rifan dengan angkuh dan cueknya mencoba membereskan ruang perpustakaan itu seorang diri. Membawa banyak sekali tumpukan buku-buku yang harus ditata serapi mungkin, akan tetapi ia malah tersandung sesuatu dan membuat semua buku itu berserakan di lantai.

Affy pun menghembuskan nafas pasrah lalu berkata, "Makannya kalau butuh bantuan ngomong dong kak, aku kan disini disuruh ngawasi dan ngebantuin kakak juga." Dengan membantu membereskan semua buku yang berserakan itu, Affy sudah terbiasa menjadi pengawas ketika para trouble maker sekolah menjalankan hukumannya.

"Gausah sok tau lo! Mending lo bantuin temen-temen gue sana!" kata Rifan dingin dan penuh penekanan disetiap kata-katanya.

'Sumpah. Beda jauh banget sih kakak kelas tadi pagi baik hati banget, dan sekarang malah harus berhadapan sama cowok paling nyebelin sedunia.'


Affy POV


To Be continued ~

Thanks for readers kesayangan 💙

Stay Safe Everyone 🤗

Post on 06/12/2020

Jejak RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang