Chapter 6 : Balon & Tumpangan

46 18 7
                                    

Siang ini cuaca terasa sangat terik, tak seperti biasanya. SMA Pelita Bangsa letaknya memang dekat dengan sawah dan pemukiman warga yang tak terlalu padat. Masih sangat terlihat bahwa SMA Pelita Bangsa termasuk sekolah favorit.

"Panas banget deh siang ini, sumpah panas banget!" Affy berucap setengah berteriak memberitahu kepada teman-temannya. Siapa lagi jika bukan Risa, Fitri, Vita, Andin, dan Alya.

"Iya kita denger Fy, gausah teriak napa sih!," Sahut Andin sambil menyeruput es jeruk kesukaannya.

Tak seperti biasanya, kantin kali ini sangat ramai. Siswa-siswi kelas 10, 11, dan 12 masih banyak yang menghabiskan waktunya di kantin. Ada yang makan, minum, atau hanya sekedar mengobrol saja.

Disaat teman-teman kelas atau gengnya itu asyik mengobrol, bercanda, atau makan. Vita malah terlihat bimbang bahkan melamun dari tadi, entah ada hal apa yang mengusik pikirannya sampai ia termenung dan tak menggubris hal apapun.

Risa yang kesal melihat temannya seperti itu langsung saja melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Vita. Selang beberapa detik tak ada jawaban, sontak saja Risa langsung menepuk pundak Vita dengan sangat bertenaga dan membuat Vita terlonjak kaget tentunya.

Dengan Raut wajah yang sangat kesal dan marah, "Lo apa-apaan sih Sa! Sakit tau!" Sambil memegangi pundak kanannya "Gausah pakek tenaga silat juga kali!."

"Hhhh, dari tadi tu lo gak denger, gue panggil berkali-kali."

"Sampek berbusa nih mulut gue," sahut Risa dengan malas.

Fitri juga turut menambahkan, "Iya, ngapain sih Ta lo bengong mulu dari tadi?"

"Gue gak papa. Gue cuma lagi kepikiran sama The Guntur Boys aja."

Vita menjelaskan apa yang ia pikirkan dari tadi, tak lupa memakan bakso yang masih sedikit panas dengan ditambah saos pedas tiga sendok yang makin menggunggah seleranya.

Affy sangat fokus dengan ponsel pintarnya itu, sampai-sampai tak menghiraukan pembahasan teman-temannya. Tapi ia masih memahami titik poin masalah yang diperbincangkan.

Dengan memutar bola mata malas, "Emang The Guntur Boys siapa sih? Dari kemarin perasaan lo mbahas itu mulu. Kayak gak ada topik lain aja, gak capek apa?," gerutu Affy karena bosan dengan pembahasan gengnya.

"Yaelah Fy masak lo gak tau sih?" tanya Alya dengan malas.

"Gak tau, dan ... gue juga gak mau tau," sambil menyeruput orange juicenya Affy menggelengkan kepalanya.

Dengan menatap Affy tegas, Alya memperingatkan, "Hmm, denger dulu! Mereka tuh tukang onarnya Pelita Bangsa. Kerjaanya bikin gaduh, rusuh doang dari dulu. Rese banget lah pokoknya. Dan pastinya lo harus hati-hati kalo ketemu mereka Fy!."

"Just info aja sih, soalnya gue takut lo kenapa-kenapa," pungkasnya.

"Eh lebay banget deh, tapi ganteng-ganteng sama keren- keren juga tau!," gerutu Vita tak terima jika geng idolanya itu dijelek-jelekkan.

"Hah? The Guntur Boys? Bentar deh," sambil mencoba mengingat sesuatu, "Emm mereka kelas 12? Berlima juga nggak?," tanya Affy dengan raut wajah penasaran.

"Iyap bener banget Fy. Lo tau gitu loh Fy," tegas Alya.

Dengan sebuah anggukan, sekarang Affy paham apa yang diperdebatkan teman-temannya.

"Jadi mereka tuh Guntur Boys itu? Iya emang sih rese sumpah sama ngeselin banget. Gue kemarin itu disuruh pak Roy buat ngawasin mereka tuh di perpus, dihukum gitu kayaknya. Ya gue awasin aja sih, terus pas gue bantuin malah sewot gitu songong banget sumpah, sok-sokan lah pokoknya. Yang lainnya sih biasa aja tapi yang nyebelin ya cuma 1. Tau deh namanya siapa. Intinya gak suka banget gue, jangan sampe gue ketemu dia lagi ... amit-amit deh sumpahh!."

***

Jam mata pelajaran terakhir kosong dikarenakan guru-guru sedang merapatkan hal mengenai Ujian Akhir Semester minggu depan. Dan mengakibatkan semua siswa-siswi pulang lebih awal.

Affy pulang sedikit telat karena mengurusi rapat OSIS tadi, saking terburu-burunya mengejar angkot  Affy malah tersandung dan jatuh tersungkur mengakibatkan lututnya sedikit mengeluarkan darah.

"Aww! Aduhh sakit banget sumpah, mana perih lagi."

Affy meringis kesakitan menahan perih. Tak terasa air matanya menetes, sungguh ia tak bisa berdiri sekarang. Ia pun pasrah berharap ada seseorang datang menolongnya.

"Siapapun itu, pliss tolong gue...hiks hiks hiks. Sakit banget," rintih Affy

"Eh! Lo gak papa?" Cowok itu mendekat ke arah Affy, raut kekhawatiran nampak jelas di wajahnya.

Baru kali ini seorang Rifan Algantara yang notabene arogan, keras kepala, dan cuek perhatian kepada seorang wanita. Rifan pulang sedikit telat karena membahas dengan gengnya tentang Night Race kemarin, sungguh kekalahan yang sangat memalukan.

"Gak liat apa! Sakit tau!," gerutu Affy.

"Ya. Gue tau, bentar."

Rifan berlalu begitu saja meninggalkan Affy untuk mengambil kotak obat tentunya.

Ditengah perjalanan kembali Rifan melihat seorang penjual balon dan tak lupa ia membeli satu balon warna pink.

Sesampainya disana Rifan langsung berjongkok dan berkata, "Nih buat lo!" sambil memberikan balon warna pink itu, "Sini gue bersihin luka lo!."

Affy menggeleng tak percaya," Lo waras kak? Gue bukan anak kecil lagi kali."

"Yah salah sendiri, tadi lo nangis kan? Yaudah ... tuh gue beliin balon biar seneng!" Seru Rifan dengan ekspresi wajah datar dan tentunya tenang.

"Ishhh ishhh ... Susah emang ngomong sama cowok gak peka," gumam Affy sangat pelan, sampai seperti ia bergumam dengan dirinya sendiri.

Manik mata hazel itu menatap Affy lekat, "Gue denger." Diiringi aktivitas membersihkan luka di lutut Affy dengan air.

"Aww, ihh kamu ngapain sih kak?"

"Lo punya mata nggak? Ya obatin luka lo lah!"

Affy mendengus kesal, Rifan terus berkata dengan nada tinggi. Mungkin itu memang kebiasaannya, tapi mana sifat arogannya itu? Si Bad Boy itu rela menjatuhkan harga dirinya demi mengobati lukanya. Ini sama sekali bukan Rifan!

Tangannya perlahan memberi obat merah pada luka Affy dan membalutnya dengan perban.

"Udah selesai. Gue cabut dulu!" berdiri dari jongkoknya Rifan ingin berlalu begitu saja, tetapi tentu saja Affy menahannya

"Lah terus gue gimana?, ishh gak peka banget jadi cowok. Masih nyeri tau! yah masa gue langsung bisa jalan, berdiri aja susah," omel Affy panjang lebar terlihat jelas kekesalan nampak di wajahnya.

"Males gue nebengin cewek cerewet kayak lo! Ya tapi karna gue manusia dan gue masih punya perasaan. Yaudah dengan sangat TERPAKSA gue mau anterin lo!" serunya dengan sorot mata tajam yang seakan-akan mengintimidasi Affy

"Inget!...TERPAKSA!!" katanya tajam

'Lo lagi.... lo lagi. Kenapa sih gue harus urusan sama lo lagi? Cowok rese paling ngeselin seumur hidup gue.'

Affy membatin sambil menatap tidak percaya.

To be continued~

Ikutin terus kisah Rifan & Affy!

Makasih semua , tinggalkan jejak ya☺️
vote sama commentnya boleh

Stay safe & healthy semua 💙

Oh iya, Happy New Year semua🎉🎉
Tahun yg berat buat kita semua ... Semoga tahun depan lebih baik dari tahun ini.

Tetap semangat ya :)

Post on 31/12/2020

Jejak RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang