Boneka

17 1 0
                                    

Beberapa pekan sudah gue lalui bersama Safira. Makan di pinggir jalan, minum di pinggir jalan, nontonin orang ngamen di pinggir jalan, sudah kita lalui semua. Rasanya begitu menyenangkan sampai-sampai beberapa minggu sebelum kejadian gua mendapat notifikasi dari henpon yang sudah gue sinkron ke gugel.

Reminder : 7 Days to Safira's Birthday

***

Pagi hari saat masuk sekolah, gue bertemu Hisyam yang sedang duduk menunggu guru masuk ke kelasnya. Gue langsung berjalan menghampiri dia dengan muka kebingungan dan dibalas olehnya dengan ekspresi ketakutan. Takut gue lahap kali ya.

"Syam!" Kata gue sambil menepok pantatnya yang luas.

"Jangan, Im! Gue masih normal!" Katanya ketakutan

"Apaan sih? Gue cuman mau nanya lagi perihal pantat lu.. Eh maksudnya hadiah buat cewek gue!"

"Kan bener kan lu Homo! Jauh-jauh dari gue!!!" Katanya sambil menyeret badannya menjauhi gue. Gue kira dia lagi cosplay suster ngesot

"Serius Hisyam! Gue butuh saran lagi dari Lu! Sebagai sahabat gue dan pakar percintaan gue, lu harus bantu gue!" Kata gue memelas.

Hisyam yang mendengar gue ngomong langsung membuat eskpresi terkerennya, membuat gue ketakutan karena gue mengira dia yang homo. Tapi gue menyadari dia melakukan itu karena cewek-cewek kelasnya melihat ke arah kita. Ekspresi mereka melihat kita seakan kita pendosa yang harus dihukum.

"Lu udah nyanya apa yang dia suka?" Tanya Hisyam.

"Belum."

"Dia udah nunjukin apa yang dia suka?" Tanya Hisyam kembali.

"Belum."

"Lu udah sarapan?"

"Belum.. eh maksud gue udah." Kata gue.

"Lu dengerin gue ga sih?" Tanyanya kesel

"Maaf, Syam. Gue dari tadi liatin cewek gue, ternyata dia cantik banget ya."

"Yeh!" Balas Hisyam kesal. Tapi gue tetap menatap Safira, dan dia melihat gue dan membalasnya dengan senyum. Gue kegirangan sampe berusaha nepuk Hisyam. Kemudian gue menyadari satu hal. Hisyam udah masuk kelas.

Kampret.

***

"Syam, tolong lah bantu sahabat terbaik gue sepanjang masa."

"Lu tuh ya, kalau jatuh cinta jangan sampe bikin sahabat terbaik lu sepanjang masa ini menjadi kacang!" Kata Hisyam ketus.

"Hehehe maaf, Syam." Jawab gue sambil menggaruk belakang kepala, berharap tidak ada kutu atau ketombe. Bisa berabe, nilai kegantengan gue di mata Safira dan anak-anak sekolah nanti turun.

Gue pun sama Hisyam terdiam beberapa saat. Sesaat, gue ga bisa mendengar suara kantin yang sebenarnya sedang ramai-ramainya, karena indra gue saat itu diistirahatkan karena otak gue berpikir keras. Mungkin, kalau gue diteriakin goblok sama satu angkatan gue gak bakal marah. Tapi langsung ngaduk-ngaduk septitank.

"Duit lu ada berapa?" Tanya Hisyam memecah kesunyian jiwa.

"Ada lima puluh ribu doang." Jawab gue

"Perasaan kemaren ada banyak duit lu. Lu pake buat apa aja emangnya?"

"Gue beliin Mi-Cash ayodance."

"Yeh bege! Lu kalau udah punya pacar yang kayak gitu-gitu dikurangin, prioritas lu sekarang bukan nyari couple di ayodance, tapi buat ngejajanin cewek lu!"

My First GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang