Lomba

6 0 0
                                    

Begini-begini, gue anak organisasi. Ehehe

"Hisyam, ayo buruan! Gue udah kebelet berak!" Kata gue sambil megang perut sama bokong, takut keluar.

"Bukannya tadi sebelum lu berangkat, lu udah berak?" Tanya Hisyam heran

"Gue kalau kinap begini, suka tiba-tiba kebelet berak!" Kata gue khawatir.

"Yaelah, lomba juga setengah jam lagi. Sekolah kita sama SMA 1 kan cuman beberapa menit." Katanya enteng.

Dia ga tau apa ya rasanya kebelet berak tapi kudu siap lomba? Kalau sampe-sampe lomba dimulai pas lagi berak kan gak enak.

"Peserta dari SMA 2 mana?"

"Lagi berak, Kak!"

Yakali masa gitu.

***

Tiba di SMA 1 sehabis berak yang rasanya nikmat sekali. Mungkin buat yang tidak paham rasanya seperti apa, lu bisa bisa menganalogikannya seperti ini:

Akhirnya dapat mengisi bensin setelah indikator bensin di motor udah kedap-kedip dan kita ga tau ada di mana.

SMA 1 memang tidak seluas SMA 2. Hanya saja tai kucing di SMA 1 tidak sebrutal di SMA 2. Gue agak resah dengan hal itu, soalnya di Kelas gue bakal jadi cirihas anak Paskibra habis latihan di lapangan.

"ASTAGA ANAK PASKIB BISA GA SIH BERSIHIN DULU SEPATUNYA SEBELUM MASUK?" Teriak gue sebal, abis itu gue dikerumunin sama anak-anak Paskib dan semuanya naro sepatunya di dekat meja gue. Sialan.

Selain itu, SMA 1 juga memiliki kelas-kelas yang terlihat lebih rapih dibanding SMA 2. Jelas, tahun sebelum gue masuk sekolah ini pernah jadi Sekolah Berstandar Internasional (SBI) yang gue dan temen-temen gue plesetin jadi Sekolah Bertarif Internasional. Abisan biaya bulanannya mahal banget. Bisa bisa cendol buat 1 angkatan kali yak.

"Im, gue ke tempat pendaftaran dulu, lu jangan kemana-mana. Ntar ilang lagi." Kata Zul, adek kelas gue yang anggep gue bahkan adek kelasnya.

"Iya bang, gue tungguin di pojok gawang situ ya."

"Jangan taruh kepala lu di bawah ya, ntar dikira Bola Lagi."

"Masa iya ga bisa bedain mana bola mana biji karet bang."

"Hahaha bisa aja lu!" Dia berjalan menuju tempat pendaftaran, Hisyam yang mendengar percakapan itu langsung ngomong ke gue.

"Kok lu manggil dia abang, sih? Kan kita kakak kelasnya."

"Lah iya, yak. Abis perawakannya kek guru tata usaha, kan gue gak enak manggil dia adek."

"Bukan kayak guru tata usaha.."

"Tapi?"

"Kek Guru geografi! Mukanya kudu diseka pake koas!"

Iya, gue dan Hisyam ikut lomba Rohis se-SMA. Gak Percaya? Ya baguslah kalau ga percaya, soalnya kalau percaya sama gue Musyrik! Tapi beneran, gue dan Hisyam masuk organisasi Rohis. Karena menurut gue di sanalah satu-satunya tempat biar keimanan gue ga digoyahin sama yang aneh-aneh. Di sanalah gue merasa aman karena Rohis SMA gue cukup disegani di sekolah. Dan juga ehe, gue bisa tiduran di mushollah!

Gue, Hisyam, dan Hani mengikuti lomba cerdas cermat, yang sebenernya gue adalah tim Hore. Hisyam dan Hani yang ilmunya jauh melibihi gue. Lalu kenapa gue bisa ikut lomba cerdas cermat?

Jadi gini...

"Kita butuh satu orang lagi yang ikut lomba cerdas cermat." Kata Kak Amin, ketua Rohis.

"Temen lu ga ada yang mau ikut?" Tanya Kak Danang yang juga anggota rohis kepada Hisyam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My First GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang