Wicara 12 : Sweet

325 37 6
                                    

Sawala membuka kedua netranya kala merasakan sebuah tangan hangat menyentuh tangan kanannya lembut. Sawala menoleh dan mendapati wanita berambut panjang meletakkan kepalanya diatas lengan kirinya.

Sawala menyunggingkan senyuman tipis. Wanita itu tampak sangat lelap disana,apakah lengannya nyaman ?? Apa dia merasa seakan berada dirumah ?? Sawala langsung mengalihkan tatapannya kala dirasa wanita itu bergerak dengan bulu mata yang bergetar.

Sepertinya dia akan bangun,Sawala berusaha terlihat senatural mungkin menyatakan bahwa dia baru saja bangun dan tidak tahu bahwa wanita itu yang menjaganya. Sang hawa menatap Sawala senang bahkan saking senangnya,dia sampai melompat dari tempat duduk untuk memeluk Sawala erat.

"Akhirnya lho sadar,lho tahu gue hampir kehilangan nafas ketika tahu lho jatuh nggak sadarkan diri Sa...." Seloroh sang hawa kepada Sawala.

Sawala tersenyum hangat.

'Maaf Raya,saya tidak bermaksud membuat kamu khawatir. Tapi tadi saya benar-benar akan menemui kamu untuk meminta obat tapi ya, gitu...' Gerak tangan Sawala berhasil membuat sang senja mendengus keras.

"Lain kali kalau udah ngerasa sakit jangan ditahan Sa,nanti kalau parah gimana ?? Lho tahu,gue harus kena omel karena jelas gue seorang dokter ya meski gue masih kuliah tapi jelas gue udah bisa melakukan operasi besar dan menangani satu pria demam saja gue nggak bisa. Gue bakalan beneran mukul lho kalau saumpama gue nggak sadar lho sekarang lagi nggak berdaya..." Cerocos Raya kesal.

Bukannya risih dan kesal juga karena dia terganggu akan suara Raya yang mengganggu ketenangannya,Sawala malah terus saya melebarkan senyumnya dan menarik tangan Raya pelan agar kembali duduk.

'Bisa tolong berikan saya media ??' Pinta Sawala dari gerakan tangannya.

Raya memang kesal tapi tak ayal dia menyerahkan handphonenya sebagai media untuk menulis bagi Sawala.

"Gue nggak mungkin sempet bawa buku lho disaat genting gitu. Jadi pake itu aja..." Balas Raya sembari melirik ponsel yang sudah berada didalam genggaman tangan Sawala.

Sawala mengangguk saja dan segera mengetikkan beberapa kata disana.

'Saya tidak tahu kenapa mendadak sakit Raya,mungkin karena saya kurang tidur. Kemarin malam saya susah memejamkan mata dan ketika pagi saya juga bangun kesiangan. Lalu ketika akan beranjak,mendadak kepala saya berputar dan saya merasa dunia saya akan runtuh....'

Tulis Sawala di ponsel Raya,dengan sabar Raya mengeja masing-masing kata disana. Lalu mendengus kesal.

"Lain kali kalau nggak bisa tidur tuh ngomong. Apa gunanya gue kalau saumpama anak panti pada nahan sakit semua ?? Lho nggak nganggep gue mampu ya ?? Lho pasti khawatir bakalan gue racunin kan makanya nggak percaya sama gue..." Tuduh Raya cerewet.

Sawala menggeleng pelan dan jangan lupakan senyuman yang selalu terpatri diwajahnya.

"Pake senyum terus,nggak pegel bibir lho senyum terus ??" Balas Raya kesal.

Sawala menggeleng dan menulis kembali.

'Saya minta maaf jika apa yang saya lakukan itu membuat kamu sakit hati. Saya tidak bermaksud untuk tidak mempercayai kamu Raya,tapi keadaannya udah malam dan saya yakin kamu sudah tidur. Tidak perlu dipikirkan lain kali saya akan membuat segelas susu hangat seperti yang kamu bilang tadi...'

Jelas Sawala disana. Raya luluh,dia mendesah kecil. Baiklah,dia tidak bisa lama memarahi pria sepolos dan sesabar Sawala,dia akan terkesan sangat jahat jika sampai melakukan itu secara terus-menerus. Yang pasti Sawala sudah bilang dia baik-baik saja.

"Oke,gue maafin kali ini. Tapi serius Sa,lain kali kalau ngerasa sakit langsung datang keruang kesehatan atau samperin gue kekamar oke ??" Balas Raya mengulurkan tangan kanannya.

WICARA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang