Pagi ini Sawala telah bisa dibawa kembali kerumah karena demamnya sudah menurun dan dokter menyarankan agar Sawala istirahat selama beberapa hari tanpa aktivitas berat dan hal itu akan ditangani oleh dokter panti.
Raya mengatakan dia sanggup menjaga dan memastikan pria tuna wicara itu tetap diam.
'Kenapa kamu masih disini Raya ?? Tidak kembali ke ruang kesehatan ??' Tulis Sawala dikertasnya.
Raya memasang wajah galak andalannya.Apa dia baru saja diusir ??
"Terus apa ?? Lho bakalan gue tinggal terus lho keluyuran ngerjain ini itu habis itu lho drop dan berujung dirumah sakit lagi. Terus siapa yang bakal kena imbasnya ?? Gue.." Balas Raya cepat.
Sawala mengulum bibirnya untuk menahan diri agar tidak melebarkan senyuman atau Raya akan lebih marah lagi.
'Maaf...' Tulis Sawala akhirnya.
Raya melengos kesal.
"Maaf mulu tahu nggak isinya hidup lho Sa. Bukan hari raya ini, udah sekarang mending lho tidur atau rebahan aja sambil baca buku kek atau apa gitu. Gue juga bakalan kerjain laporan praktikum gue..." Ujar Raya dan duduk ditempat dimana Sawala biasanya menulis atau menggambar.
Sawala menatap Raya dalam diam,mereka sama sibuk dengan kegiatan mereka. Raya dengan laporan kuliahnya dan Sawala dengan pemandangan wajah Raya yang terlihat cantik ketika sedang serius seperti sekarang.
Katakan Sawala membual tapi jujur saja,melihat Raya mendadak Sawala mengingat mamanya yang dengan tega membuangnya ?? Oh atau mungkin menitipkan. Mereka sama-sama cantik tapi jelas sifat dan sikap mereka berbeda. Raya jauh lebih memperdulikan dia dibandingkan mamanya sendiri. Sawala kembali tersenyum dan terus saja menatap Raya.
"Berhenti lihatin gue Sa. Lho bikin gue ngga fokus kerja.." Ujar Raya menyentak lamunan Sawala.
Sawala menulis dibuku coklatnya.
'Siapa yang lihatin kamu ??'
Raya mendengus kesal.
"Insting gue kuat dan ya,lho lihatin gue lama jelas gue bakalan sadar ada yang ngawasin gue..." Balas Raya masih dengan menulis sesuatu dibuku besarnya.
Sawala bangkit dari tempat tidurnya yang sontak membuat Raya menatapnya penuh selidik.
"Mau ngapain lho ?? Nggak usah aneh-aneh duduk aja yang bener nggak usah kemana-mana kalau butuh apa-apa bilang aja sama gue..." Balas Raya.
Sawala menunduk dan menuliskan sesuatu disana.
'Tapi kamu bukan pembantu saya Raya,lagian saya bisa kok ngambil minum sendiri kamu tenang saja saya nggak akan kecapekan...' Ungkap Sawala dan menatap Raya penuh kesungguhan.
Raya menghela nafas,oke untuk kali ini dia mengalah hanya air minum dan Sawala tidak akan pingsan.
"Oke cuma air minum aja. Awas kalau lho sempat-sempatnya kerja didalam dapur lho..." Balas Raya dengan tatapan penuh peringatan.
Sawala tersenyum lebar dan mengangguk. Dia beranjak ke dapur dan membuat minuman untuk dirinya dan Raya.
Raya mendongak kala seseorang meletakkan satu gelas minuman disampinnya. Raya mendecak dan berdiri dengan kedua tangan di pinggang.
"Siapa yang minta lho bikinin minum buat gue ha ?? Kan tadi gue udah bilang jangan banyak gerak Sa,ih lho emang bener-bener...." Raya mengepalkan tangannya didepan Sawala hendak memukul pria bersenyum manis itu tapi dia tahan.
Wajah polos Sawala membuat Raya merasa begitu jahat jika dia melukai pria tuna wicara ini.
"Gue bener-bener pengen banget mukul lho tapi ya,gue nggak bisa melakukan hal sejahat itu sama lho. Jadi please Sa,jangan bikin gue jadi super kesel..." Omel Raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WICARA (Completed)
FanficFollow dulu sebelum baca !! *** Dia Sawala. Pria tampan,berhidung mancung, berpenampilan sederhana namun sayang dia suka menyendiri. Kenapa ?? Sebab dia berbeda. Bagi kebanyakan orang mungkin Sawala kurang tapi bagi Raya,Sawala adalah yang terbaik...